InfoMalang – Tragedi terbaru kembali mengguncang Jalur Gaza setelah rumah sakit terbesar di Khan Younis, RS Nasser, menjadi sasaran serangan rudal Israel pada Senin (25/8/2025). Dalam insiden ini, setidaknya 15 orang dilaporkan tewas, termasuk tiga jurnalis yang tengah meliput kondisi di lapangan.
Kementerian Kesehatan Gaza menyebut serangan ini sebagai salah satu yang paling brutal sejak beberapa bulan terakhir. Keji Rudal Israel Hantam RS Gaza menjadi bukti betapa rentannya fasilitas medis di wilayah konflik.
Jurnalis Ikut Jadi Korban
Salah satu korban yang tewas adalah Hussam al-Masri, jurnalis kontrak Reuters. Ia gugur bersama dua jurnalis lain yang identitasnya belum diumumkan. Fotografer Reuters lainnya, Hatem Khaled, dilaporkan mengalami luka-luka akibat ledakan yang sama.
Menurut laporan, mereka sedang berada di lantai empat RS Nasser ketika rudal pertama menghantam. Selang beberapa menit, rudal kedua kembali menghajar lokasi serupa. Pola serangan ini disebut sebagai double-tap strike, di mana serangan kedua dilancarkan saat tim penyelamat tiba. Keji Rudal Israel Hantam RS Gaza menambah panjang daftar kekejaman yang menimpa pekerja media.
RS Nasser Jadi Target Berulang
RS Nasser adalah rumah sakit terbesar di bagian selatan Gaza. Selama 22 bulan perang berlangsung, fasilitas ini berkali-kali menjadi target. Bulan Juni lalu, serangan serupa menewaskan tiga orang dan melukai 10 lainnya.
Militer Israel kerap menuduh militan Hamas beroperasi dari dalam rumah sakit. Namun, hingga kini belum ada bukti yang bisa dibuktikan secara publik. Meski begitu, Keji Rudal Israel Hantam RS Gaza kembali memperlihatkan bagaimana tempat perlindungan sipil bisa berubah menjadi kuburan massal.
Dampak Bagi Tenaga Medis
Dengan jumlah staf yang semakin menipis, RS Nasser menghadapi krisis serius. Banyak dokter dan perawat bekerja tanpa henti di tengah keterbatasan pasokan medis. Serangan terbaru ini memperburuk keadaan, karena beberapa tenaga medis juga dilaporkan tewas.
Keji Rudal Israel Hantam RS Gaza bukan hanya merenggut nyawa jurnalis dan pasien, tetapi juga melemahkan sistem kesehatan yang sudah nyaris lumpuh.
Sorotan Internasional
Serangan di Gaza kali ini menarik perhatian dunia internasional. Organisasi pers global mengecam keras kematian tiga jurnalis dalam peristiwa tersebut. Kebebasan pers kembali menjadi korban di tengah konflik yang tak kunjung usai.
Bagi warga Gaza, Keji Rudal Israel Hantam RS Gaza menjadi simbol penderitaan yang terus berulang. Mereka kini tak hanya kehilangan keluarga, tetapi juga ruang aman untuk berobat.
Isu Transportasi di Dalam Negeri
Sementara itu, isu transportasi lokal juga menjadi sorotan di Indonesia. Serikat Sopir Angdes di Malang tengah resah dengan hadirnya bus Trans Jatim. Mereka khawatir keberadaan transportasi baru itu akan menggerus mata pencaharian sopir angkutan pedesaan.
Jarwo Sutikno, Wakil Ketua DPD Serikat Sopir Indonesia Jawa Timur, menyebut sebagian besar anggota Serikat Sopir Angdes di Malang kesulitan memenuhi syarat untuk beralih menjadi sopir Trans Jatim. Faktor usia dan kelengkapan surat berkendara menjadi kendala utama.
Kekhawatiran Para Sopir
Rata-rata anggota Serikat Sopir Angdes di Malang berusia di atas 40 tahun, sehingga dinilai sulit lolos kualifikasi. Selain itu, banyak yang belum memiliki SIM B1 atau B2 umum. Hal ini membuat mereka merasa semakin terpinggirkan di tengah rencana pemerintah memperluas layanan Trans Jatim.
Jika satu jalur Trans Jatim hanya membutuhkan puluhan sopir, maka ratusan anggota Serikat Sopir Angdes di Malang akan kehilangan pekerjaan. Kondisi ini menciptakan ketidakpastian ekonomi di tingkat akar rumput.
Permintaan Dialog
Jarwo menegaskan perlunya dialog dengan Dinas Perhubungan agar ada solusi yang adil. Menurutnya, Serikat Sopir Angdes di Malang berharap bisa dilibatkan sebagai feeder atau pelengkap trayek Trans Jatim. Namun, ia menekankan perlunya kejelasan agar tidak terjadi tumpang tindih jalur.
Dengan semakin banyaknya kebijakan transportasi baru, Serikat Sopir Angdes di Malang menuntut agar aspirasi mereka tidak diabaikan.
Dua Krisis, Dua Konteks
Jika di Gaza warga sipil menghadapi ancaman rudal, di Indonesia sopir angkutan menghadapi ancaman hilangnya pekerjaan. Dua situasi ini memang berbeda konteks, namun sama-sama menimbulkan keresahan dan rasa tidak aman.
Keji Rudal Israel Hantam RS Gaza menjadi simbol krisis kemanusiaan global. Di sisi lain, keresahan Serikat Sopir Angdes di Malang mencerminkan tantangan sosial-ekonomi domestik.
Harapan ke Depan
Banyak pihak berharap serangan di Gaza segera dihentikan demi menyelamatkan nyawa warga sipil. Keji Rudal Israel Hantam RS Gaza sudah cukup memberi gambaran betapa pentingnya perlindungan terhadap fasilitas medis dan jurnalis.
Di Indonesia, nasib Serikat Sopir Angdes di Malang masih menunggu kejelasan. Mereka ingin pemerintah hadir dengan solusi yang tidak hanya berpihak pada modernisasi transportasi, tetapi juga menjaga kesejahteraan masyarakat yang sudah lama menggantungkan hidupnya dari angkutan pedesaan.















