Di dalam lorong bekas pertambangan batu bara di sudut Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat, sejumlah pekerja terlihat fokus pada tugas mereka.
Bermodalkan cahaya dari alat penerangan di kepala, mereka menembus kelamnya lubang yang dinamai Sawah Luwung, melakukan pemeliharaan rutin pada dinding terowongan sepanjang 1,5 kilometer.
Aktivitas ini menjadi bukti nyata komitmen untuk merawat peninggalan bersejarah yang kini diakui dunia.
UNESCO Tetapkan Sawahlunto, dan hal ini menempatkan tanggung jawab besar untuk melestarikan situs ini bagi generasi mendatang.
Sejarah mencatat bahwa eksplorasi batu bara di kota yang dijuluki Kota Arang ini dimulai sejak 1868, setelah ahli geologi Belanda, WH de Greve, menemukan cadangan “emas hitam” yang melimpah.
Penemuan ini memicu era industrialisasi besar-besaran, mengubah Sawahlunto menjadi kota tambang vital di Hindia Belanda.
Warisan masa lalu yang sarat sejarah inilah yang menjadi alasan kuat mengapa UNESCO Tetapkan Sawahlunto sebagai salah satu situs warisan dunia.
Setelah kemerdekaan, operasional tambang diambil alih Indonesia, dan pada 1980, PT Bukit Asam Tbk melakukan perluasan, termasuk membangun terowongan Sawah Luwung yang kini menjadi ikon.

Transformasi dari Pusat Komersil Menjadi Sentra Pendidikan
Usai beroperasi selama 36 tahun dan menghasilkan jutaan ton batu bara, PT Bukit Asam Tbk menghentikan eksplorasi tambang dari lubang Sawah Luwung pada 2016.
Alih-alih menutupnya secara permanen, sebuah visi baru muncul. Perusahaan melihat potensi lain yang bisa digarap agar lubang bekas tambang itu tidak sekadar dikenal melalui catatan sejarah, melainkan benar-benar eksis sebagai sarana edukasi.
Ini adalah langkah berani yang sejalan dengan semangat pelestarian yang digariskan saat UNESCO Tetapkan Sawahlunto sebagai warisan dunia.
Baca Juga:Kemeriahan Karnaval Desa di Malang, Jangan Lewatkan Jadwal Awal September Ini
Pada 2019, Sawah Luwung resmi bertransformasi menjadi lubang pendidikan tambang bawah tanah pertama di Indonesia.
Menurut Supervisor Keselamatan Tambang Dalam Sawah Luwung PT Bukit Asam Tbk Ombilin Mining Site, Asmaliardi, Sawah Luwung awalnya merupakan salah satu lubang tambang paling produktif.
Kini, fungsinya berubah total. Sebagian terowongan telah direvitalisasi untuk menjadi fasilitas pendidikan bagi mahasiswa pertambangan.
Perubahan fungsi ini menunjukkan bahwa warisan sejarah dapat terus hidup dan relevan dengan zaman. Ini adalah bukti bahwa UNESCO Tetapkan Sawahlunto untuk menginspirasi masa depan.
Laboratorium Alami dengan Teknologi Mutakhir
Terowongan Sawah Luwung kini menjadi laboratorium alami bagi para mahasiswa. Dengan ketinggian sekitar tiga meter dan elevansi 214 meter di atas permukaan laut, tempat ini memungkinkan mereka menjumpai langsung jejak-jejak kejayaan batu bara puluhan tahun lampau.
Mulai dari rel perlintasan lori yang berfungsi mengangkut batu bara hingga mesin-mesin pertambangan yang didatangkan langsung dari Eropa, semuanya masih berfungsi dengan baik.
Sistem ventilasi di Sawah Luwung pun termasuk dalam kategori canggih pada masanya. Lubang ini menerapkan sistem ventilasi mekanis yang berfungsi mendistribusikan udara segar ke area kerja dan mengeluarkan udara kotor.
Sistem ini dirancang untuk memastikan kebutuhan oksigen pekerja terpenuhi dan mengencerkan gas berbahaya.
Sementara itu, sistem penyangga terowongan menerapkan teknologi modern seperti rock bolt, wire mesh, dan beton semprot.

Semua ini menjadi alasan kuat mengapa UNESCO Tetapkan Sawahlunto sebagai situs yang memiliki nilai sejarah dan teknologi.
Darius Agung Prata, Kepala Balai Diklat Tambang Bawah Tanah (BDTBT) Sawahlunto, menyebut bahwa Sawah Luwung merupakan sarana strategis.
UNESCO Tetapkan Sawahlunto tidak lepas dari kekayaan mineralnya. Di dalam lubang ini, mahasiswa dapat melihat langsung batu bara lapisan C, salah satu kualitas terbaik di dunia dengan kalori 6.500 hingga 7.000 Kkal.
Kualitas inilah yang menjadikan komoditas ekspor unggulan di masa operasi komersial.
Dengan semua keunggulan tersebut, Sawah Luwung bisa disebut sebagai pertambangan modern di masanya.
Kualitas batu bara yang kelas wahid, ditambah dengan sarana dan prasarana yang mutakhir, menjadi alasan kuat bagi Belanda untuk mengeksplorasi secara besar-besaran.
Kini, semua warisan berharga ini dirawat dengan baik oleh PT Bukit Asam Tbk. Berkat upaya pelestarian ini, UNESCO Tetapkan Sawahlunto sebagai situs yang layak mendapat perhatian dunia.
Baca Juga:Air Terjun Paling Menakjubkan di Malang untuk Eksplorasi












