infomalang.com/ – Pasca maraknya aksi unjuk rasa yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia pada Agustus 2025, sektor pariwisata di Kota Malang ikut terdampak signifikan.
Travel warning dari beberapa negara turut memperburuk keadaan dengan membuat wisatawan mancanegara menunda kunjungan. Kondisi ini berdampak langsung pada turunnya jumlah pengunjung ke sejumlah destinasi populer, memicu kekhawatiran bagi para pelaku usaha dan pemerintah setempat.
Kayutangan Heritage, salah satu destinasi ikonik yang biasanya ramai dikunjungi wisatawan hingga 1.500 orang per hari, kini tercatat hanya menerima sekitar 600 pengunjung. Angka ini menunjukkan penurunan lebih dari 50 persen.
Tidak hanya itu, sejumlah toko di koridor Kayutangan sempat menutup usaha mereka akibat penurunan jumlah wisatawan yang drastis. Fenomena serupa juga terjadi di destinasi lain seperti Kampung Warna-Warni Jodipan, yang kini terlihat sepi dari hiruk pikuk wisatawan yang biasa memadati gang-gang sempitnya.
Dampak pada Destinasi Ikonik Kota Malang dan Sektor Perhotelan
Kampung Warna-Warni Jodipan yang terkenal di kalangan wisatawan mancanegara juga mengalami penurunan kunjungan yang cukup drastis. Biasanya, destinasi ini mampu menarik 250 hingga 500 pengunjung per hari, namun pasca travel warning jumlahnya menyusut hingga 50 persen.
“Kami sangat sedih melihat kondisi ini. Biasanya selalu ada turis dari luar negeri, tapi sekarang sangat jarang. Padahal kami sudah berbenah,” ujar seorang pengelola Kampung Jodipan.
Hal ini membuktikan bahwa sektor pariwisata sangat rentan terhadap kondisi politik dan keamanan suatu wilayah.
Menurut Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang, Baihaqi, penurunan ini sempat membuat sektor pariwisata lokal terguncang.
“Ini bukan hanya masalah satu destinasi, tetapi seluruh ekosistem pariwisata di Malang. Mulai dari pelaku usaha kecil, pemandu wisata, hingga transportasi, semuanya merasakan dampaknya,” kata Baihaqi.
Namun, ia menegaskan bahwa pihak pemerintah kota segera mengambil langkah cepat dengan melakukan pemantauan dan menjalin kolaborasi bersama Kabupaten Malang serta Kota Batu untuk menjaga kondusivitas destinasi wisata.
Kolaborasi ini dianggap penting karena Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu) adalah satu kesatuan destinasi wisata yang saling terhubung.
Tidak hanya destinasi wisata, industri perhotelan juga ikut terdampak. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) BPC Kota Malang, Agoes Basoeki, menyebutkan bahwa gelombang demo dan travel warning membuat tingkat hunian hotel menurun.
“Beberapa agenda acara yang seharusnya digelar di hotel maupun restoran juga terpaksa ditunda atau dialihkan. Ini kerugian yang signifikan bagi kami,” ungkap Agoes. Namun, ia optimis bahwa kondisi akan segera membaik.
Baca Juga: UNESCO Tetapkan Sawahlunto, Tambang Peninggalan Belanda Jadi Warisan Dunia
Strategi Pemulihan dan Peran Akademisi
Agoes Basoeki menyebutkan bahwa memasuki awal September 2025, sektor ini mulai pulih kembali. Momen long weekend membantu meningkatkan okupansi hotel, sehingga kondisi berangsur membaik. Wisatawan domestik menjadi salah satu faktor penting dalam mendukung kebangkitan industri pariwisata dan perhotelan di Kota Malang.
“Wisatawan domestik ini sangat loyal dan tidak terlalu terpengaruh isu politik. Mereka adalah tulang punggung pemulihan kami,” ujarnya.
Pemerintah Kota Malang sendiri terus berupaya menjaga kepercayaan wisatawan dengan memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan di berbagai destinasi. Baihaqi menegaskan, meskipun sempat tertekan, sektor pariwisata Kota Malang kini mulai berbenah.
Kolaborasi antarwilayah di Malang Raya menjadi salah satu strategi yang diharapkan dapat mempercepat pemulihan jumlah kunjungan. Selain itu, travel warning yang dikeluarkan sejumlah negara hanya bersifat peringatan dini.
Saat kondisi di Indonesia mulai stabil, pemerintah menegaskan bahwa situasi kembali kondusif dan aman untuk berwisata. Hal ini mulai terlihat dengan meningkatnya kembali kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Kepala Pusat Kajian Pariwisata Universitas Merdeka Malang, Ayu Fitriatul Ulya, memberikan pandangan strategis terkait upaya pemulihan.
Menurutnya, branding melalui media sosial sangat penting untuk meyakinkan wisatawan bahwa Kota Malang aman untuk dikunjungi. Promosi yang konsisten dapat memberikan citra positif bagi pariwisata lokal.
“Pesan yang harus disampaikan adalah bahwa Malang aman dan menyambut hangat semua wisatawan. Ini harus terus digencarkan,” kata Ayu.
Selain itu, Ayu juga menekankan perlunya sinergi antara pemerintah, PHRI, Pokdarwis, hingga kepolisian dalam menjaga kondusivitas. Upaya seperti memberikan fleksibilitas reschedule bagi wisatawan, mengatur lalu lintas saat terjadi kepadatan, serta menyediakan informasi terkini terkait event wisata dan tingkat okupansi hotel akan memperkuat kepercayaan publik.
“Sinergi adalah kunci. Semua pihak harus bekerja sama untuk memulihkan kembali kepercayaan publik,” tegasnya.
Peran Masyarakat dan Warganet dalam Pemulihan
Tidak hanya pemerintah dan pelaku usaha, masyarakat juga memiliki peran penting dalam pemulihan pariwisata. Warganet diharapkan mampu menyampaikan kondisi riil di lapangan melalui media sosial. Narasi positif dari masyarakat dapat membantu mengubah persepsi wisatawan mancanegara yang sempat khawatir pasca travel warning.
“Satu unggahan positif dari warga lokal bisa lebih efektif daripada puluhan iklan,” ujar Ayu Fitriatul Ulya.
Dengan sinergi dari berbagai pihak, sektor pariwisata di Kota Malang berpeluang bangkit lebih cepat. Optimisme ini terlihat dari mulai ramainya kembali kunjungan wisatawan di berbagai destinasi populer. Pelaku usaha juga mulai kembali beroperasi normal dan menyiapkan strategi untuk menarik lebih banyak pengunjung.
Meskipun sempat tertekan akibat unjuk rasa dan travel warning, pariwisata Kota Malang kini perlahan bangkit kembali. Langkah strategis dari pemerintah, dukungan pelaku usaha, serta partisipasi masyarakat menjadi kunci dalam menjaga citra positif sektor pariwisata.
Harapan ke depan, Kota Malang dapat semakin memperkuat branding sebagai destinasi wisata aman dan nyaman, baik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Pemulihan ini menjadi bukti bahwa sektor pariwisata memiliki daya tahan yang kuat, dan dengan kolaborasi yang tepat, ia dapat bangkit dari keterpurukan dan kembali menjadi motor penggerak ekonomi daerah.
Baca Juga: Kemeriahan Karnaval Desa di Malang, Jangan Lewatkan Jadwal Awal September Ini












