Breaking

2025, Luas Lahan Tembakau di Kabupaten Malang Tembus 900 Hektare

Infomalang – Sektor perkebunan di Kabupaten Malang menunjukkan perkembangan signifikan pada 2025. Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (DTPHP) setempat mencatat, luas lahan tembakau kini menembus 900 hektare, naik sekitar 38 hektare dibanding tahun sebelumnya yang tercatat 862 hektare. Pertumbuhan ini menandai optimisme baru bagi para petani untuk menempatkan Malang sebagai salah satu produsen tembakau potensial di Jawa Timur.

Pertumbuhan yang Konsisten

Kepala Bidang Perkebunan DTPHP Kabupaten Malang, Kholida Masruroh, menuturkan bahwa peningkatan lahan bukan sekadar angka statistik, tetapi bukti keseriusan petani untuk menjadikan tembakau sebagai komoditas andalan. “Minat petani meningkat seiring peluang pasar yang stabil. Dari 33 kecamatan di Kabupaten Malang, saat ini sudah 31 kecamatan menanam tembakau dengan berbagai varietas,” jelasnya, Selasa (16/9/2025).

Menurut Kholida, sebagian besar petani memanfaatkan lahan tadah hujan yang pada musim kemarau tidak cocok untuk padi. Tembakau yang relatif hemat air menjadi pilihan logis. “Di musim kemarau, sumber air terbatas. Tembakau justru memerlukan sinar matahari penuh dan sedikit air untuk menghasilkan kualitas daun terbaik,” ujarnya.

Strategi Petani di Musim Kemarau

Petani tembakau Kabupaten Malang memanfaatkan karakter cuaca kering sebagai keunggulan. Saat panas terik, proses pengeringan daun berlangsung cepat, sehingga risiko gagal panen akibat kelembapan berlebih dapat ditekan. “Semakin panas, semakin baik hasil tembakau, karena daun lebih cepat kering dan aromanya terjaga,” kata Kholida.

Meski iklim Malang tidak sepanas Madura—daerah yang dikenal menghasilkan tembakau berkualitas premium—petani setempat berhasil menjaga kualitas yang kompetitif. Beberapa kecamatan seperti Gondanglegi, Dampit, dan Wajak menjadi sentra penghasil dengan mutu yang dinilai setara wilayah penghasil tembakau lain di Jawa Timur, seperti Jember atau Probolinggo.

Produksi Tembakau 2024 dan Target 2025

Data DTPHP menunjukkan, produksi tahun 2024 mencapai 11.464 ton daun basah atau setara 1.146 ton rajangan kering. Varietas yang dibudidayakan beragam: jenis jawa (rejeb) mendominasi dengan 4.726 ton daun basah di area 382 hektare, disusul kasturi 4.651 ton di 355 hektare, dan virginia 2.087 ton di 125 hektare.

Untuk 2025, dinas menargetkan peningkatan hasil hingga 5 persen seiring bertambahnya luas lahan. “Kami optimistis dengan tambahan lahan 38 hektare, produksi bisa menyentuh 12 ribu ton daun basah,” tutur Kholida.

Dukungan Pemerintah dan Kemitraan Pasar

Agar petani tidak kesulitan menjual hasil panen, pemerintah daerah aktif memperkuat jaringan pemasaran. DTPHP menggandeng berbagai mitra, termasuk UD Dadi Mas Jaya, UD Sanjaya, hingga kelompok usaha bersama Makmur Barokah. Selain itu, pembeli besar seperti CV District 88 dan pedagang lokal telah menandatangani nota kesepahaman untuk menyerap tembakau jenis kasturi dan virginia.

Di sisi sarana, Pemkab Malang menyediakan bantuan berupa gudang penyimpanan modern, dome pengering, dan greenhouse untuk menjaga kualitas pascapanen. “Kami juga memberikan alat pengering portabel agar petani tidak bergantung pada sinar matahari semata,” jelas Kholida.

Daya Saing dengan Daerah Lain

Kabupaten Malang memang pendatang baru dibanding sentra tembakau klasik seperti Madura, Bojonegoro, atau Ngawi. Namun, posisi geografis yang strategis dan tanah subur menjadi modal penting. Para pakar pertanian menilai, jika tren ekspansi lahan berlanjut, Malang bisa menjadi salah satu kontributor utama pasokan tembakau Jawa Timur dalam lima tahun ke depan.

Dr. Hendra Prasetyo, dosen agribisnis Universitas Brawijaya, menilai langkah Malang realistis. “Pasar tembakau dalam negeri dan ekspor masih besar. Selama manajemen pascapanen dan kemitraan dagang kuat, 900 hektare adalah titik awal yang sangat baik,” katanya.

Dampak Ekonomi Lokal

Pertumbuhan lahan tembakau terbukti memberi efek positif pada ekonomi desa. Ratusan tenaga kerja musiman terserap setiap musim tanam dan panen, mulai dari proses bibit, pemeliharaan, hingga pengeringan. Pendapatan tambahan ini membantu menstabilkan perekonomian keluarga petani, terutama ketika harga padi tidak menentu.

Baca Juga: Ulasan Jasa Taman di Malang dari Garden Center

Siti Nurhayati, petani tembakau di Kecamatan Gondanglegi, mengaku pendapatan keluarganya naik dua kali lipat sejak beralih sebagian lahan dari padi ke tembakau. “Kalau padi butuh banyak air, musim kemarau sering rugi. Dengan tembakau, hasilnya lebih pasti,” ujarnya.

Tantangan dan Harapan

Meski prospek cerah, tantangan tetap ada. Fluktuasi harga tembakau global, ketergantungan pada cuaca, dan isu kesehatan terkait produk turunan tembakau menjadi perhatian. Pemerintah daerah berkomitmen mengedepankan prinsip pertanian berkelanjutan dan memastikan petani mendapat pendampingan terkait praktik budidaya yang ramah lingkungan.

“Kami mendorong petani untuk menerapkan sistem pengolahan limbah dan pemupukan organik agar lahan tetap subur dan produktif,” jelas Kholida. Ia menambahkan bahwa diversifikasi produk, seperti tembakau aroma khusus untuk ekspor, sedang dipelajari sebagai strategi jangka panjang.

Menuju Sentra Baru di Jawa Timur

Ekspansi lahan tembakau hingga 900 hektare menjadi tonggak penting bagi Kabupaten Malang. Dengan dukungan pemerintah, kemitraan pasar yang kuat, dan minat petani yang terus bertambah, daerah ini siap menantang dominasi sentra tembakau lama. “Ini bukan sekadar mengejar angka luas lahan, tapi membangun ekosistem tembakau yang berdaya saing,” pungkas Kholida.

Ke depan, jika pertumbuhan lahan terus berlanjut, Kabupaten Malang berpeluang menjadi salah satu lumbung tembakau Jawa Timur, sekaligus motor penggerak ekonomi berbasis komoditas perkebunan yang berkelanjutan.

Baca Juga: Tingkat Hunian Hotel Kota Batu Anjlok 50 Persen