infomalang.com/ – Fenomena kenaikan harga beras di Indonesia kembali menjadi sorotan publik. Meskipun stok melimpah dan hasil panen meningkat, Harga Beras Tetap Melonjak di Tengah Panen Melimpah sehingga menimbulkan keresahan di kalangan konsumen. Situasi ini memunculkan pertanyaan mengenai pengelolaan pasokan dan efektivitas kebijakan pemerintah.
Data terbaru menunjukkan harga beras medium acuan naik menjadi Rp15.950 per kilogram pada Agustus 2025. Angka ini naik hampir 5% sejak awal tahun, bahkan menyamai rekor pada Maret 2024. Kondisi ini memperkuat pandangan bahwa Harga Beras Tetap Melonjak di Tengah Panen Melimpah tidak semata-mata dipengaruhi oleh faktor produksi.
Padahal, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi beras nasional meningkat 16% dalam tujuh bulan pertama tahun ini. Produksi tahunan diperkirakan mencapai 33,52 juta ton, melampaui kebutuhan konsumsi 31,2 juta ton. Namun, kenyataan di lapangan membuktikan Harga Beras Tetap Melonjak di Tengah Panen Melimpah masih terjadi.
Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Pasar
Pemerintah sebelumnya menaikkan harga pembelian gabah dari Rp6.000 menjadi Rp6.500 per kilogram. Kebijakan ini ditujukan untuk meningkatkan pendapatan petani. Namun, langkah ini justru mendorong persaingan ketat antar penggilingan padi dan Bulog, sehingga Harga Beras Tetap Melonjak di Tengah Panen Melimpah semakin sulit dikendalikan.
Situasi kian pelik ketika Presiden Prabowo Subianto memperluas standar pembelian Bulog menjadi untuk “beras kualitas apa pun.” Keputusan ini membuat Bulog menyerap beras kualitas rendah, sementara penggilingan swasta harus menaikkan harga untuk mendapatkan gabah. Hasilnya, Harga Beras Tetap Melonjak di Tengah Panen Melimpah dan menimbulkan disparitas harga di pasar.
Ombudsman RI bahkan menemukan beberapa supermarket di Jakarta tidak menyediakan beras sama sekali. Kondisi ini menandakan distribusi yang tidak optimal. Laporan tersebut menegaskan bahwa Harga Beras Tetap Melonjak di Tengah Panen Melimpah lebih banyak disebabkan oleh pengelolaan stok yang buruk, bukan keterbatasan suplai.
Baca Juga:Wali Kota Malang Arahkan Rp50 Miliar Bank Dunia ke Proyek Banjir
Stok Melimpah, Harga Masih Sulit Terkendali
Di sisi lain, Bulog melaporkan cadangan beras hampir mencapai 4 juta ton per September 2025. Angka ini dua kali lipat lebih besar dibanding akhir tahun lalu. Namun, stok besar tersebut tidak secara otomatis menurunkan harga di pasar. Hal ini memperlihatkan bahwa Harga Beras Tetap Melonjak di Tengah Panen Melimpah berkaitan dengan efektivitas distribusi, bukan semata ketersediaan.
Konsumen banyak menyuarakan kekecewaan melalui media sosial. Mereka mengeluhkan terbatasnya beras premium di ritel modern meski pemerintah mengklaim stok cukup. Kekecewaan ini semakin terasa karena Harga Beras Tetap Melonjak di Tengah Panen Melimpah membuat daya beli masyarakat semakin tertekan.
Selain itu, kebijakan intervensi pasar dengan melepas 1,3 juta ton beras hingga akhir tahun belum menunjukkan dampak signifikan. Dari jumlah itu, baru sekitar 210 ribu ton yang benar-benar masuk ke pasar. Akibat distribusi yang lambat, Harga Beras Tetap Melonjak di Tengah Panen Melimpah tetap menjadi beban masyarakat kecil.
Analisis Ekonomi dan Dampak Sosial
Para analis menilai bahwa upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas pangan belum berjalan maksimal. Pengawasan distribusi, transparansi kualitas beras, dan tata kelola Bulog harus lebih diperketat. Tanpa langkah tegas, Harga Beras Tetap Melonjak di Tengah Panen Melimpah bisa terus berlanjut dan memicu keresahan sosial.
Di tingkat global, harga beras justru lebih rendah. Thailand, misalnya, mencatat harga beras pecah 5% turun hingga 21,5% pada Agustus. Perbandingan ini menunjukkan bahwa Harga Beras Tetap Melonjak di Tengah Panen Melimpah di Indonesia lebih dipengaruhi faktor domestik daripada kondisi pasar internasional.
Pakar ekonomi memperingatkan bahwa jika masalah distribusi dan tata kelola tidak segera diatasi, masyarakat akan semakin terbebani. Dengan konsumsi beras yang menjadi kebutuhan pokok 280 juta penduduk, Harga Beras Tetap Melonjak di Tengah Panen Melimpah berpotensi memicu inflasi pangan yang lebih luas.
Harapan Konsumen dan Tantangan Pemerintah
Akhirnya, konsumen berharap pemerintah mampu menyeimbangkan kepentingan petani, pengusaha, dan masyarakat. Transparansi dalam pengelolaan Bulog, serta pengawasan distribusi, menjadi kunci agar krisis harga pangan tidak terus berulang. Jika tidak, Harga Beras Tetap Melonjak di Tengah Panen Melimpah akan terus menjadi cerita klasik setiap tahun.
Baca Juga:Pertarungan AS vs Tiongkok, Indonesia Pegang Kunci Pasokan Energi Hijau















