MALANG – Kota Malang di Jawa Timur bersiap menjadi pusat perhatian dunia pada perayaan Hari Jadi ke-200 Klenteng Eng Ang Kiong. Acara puncaknya berupa kirab budaya akbar yang melibatkan ribuan peserta dari berbagai belahan dunia.
Skala partisipasi yang begitu masif, baik dari Asia maupun dalam negeri, menjadikan perayaan ini layak disebut bersejarah.
Kirab Budaya Klenteng Eng Ang Kiong Pecahkan Rekor sebagai salah satu perayaan budaya Tionghoa terbesar yang pernah digelar di kota apel ini. Kirab Budaya Klenteng Eng Ang Kiong Pecahkan Rekor dengan mengundang perhatian global.
Perayaan Dua Abad: Makna Sejarah di Jantung Kota
Klenteng Eng Ang Kiong, sebagai salah satu rumah ibadah tertua dan paling bersejarah di Malang, memiliki peran sentral dalam melestarikan budaya Tionghoa sekaligus mempererat kerukunan antarumat beragama.
Mencapai usia 200 tahun bukanlah pencapaian biasa, melainkan sebuah penanda ketahanan budaya dan sejarah panjang komunitas Tionghoa di Malang Raya. Peringatan akbar yang jatuh pada Sabtu, 27 September 2025, ini menjadi wujud nyata pelestarian tradisi.
Kirab budaya ini dirancang sebagai puncak perayaan, menampilkan arak-arakan yang penuh warna, kostum tradisional, barongsai, dan atraksi liong, yang semuanya diiringi musik khas Tionghoa yang riuh.
Baca Juga:Rendra Masdrajad Safaat Menanggapi Kondisi Taman Bibit Mojolangu yang Kurang Terpelihara
Total partisipan diperkirakan mencapai 3.500 hingga 4.000 orang, yang terdiri dari 1.300 hingga 1.500 tamu internasional dan 2.000 hingga 2.500 partisipan domestik.
Kirab Budaya Klenteng Eng Ang Kiong Pecahkan Rekor sebagai magnet wisata budaya. Kirab Budaya Klenteng Eng Ang Kiong Pecahkan Rekor dengan skala perayaan yang monumental.
Daya Tarik Global: Ribuan Tamu dari Asia
Daya tarik perayaan ini meluas hingga ke mancanegara. Panitia mencatat kehadiran delegasi resmi dari berbagai negara, termasuk Malaysia, Singapura, Myanmar, Brunei, Makau, Hong Kong, hingga Tiongkok.
Kehadiran ribuan turis dan peserta dari luar negeri ini membuktikan bahwa perayaan Klenteng Eng Ang Kiong telah bertransformasi dari acara lokal menjadi event kultural internasional.
Mereka datang tidak hanya untuk beribadah, tetapi juga untuk menjadi saksi kemegahan tradisi yang telah dipertahankan selama dua abad.
Perpaduan antara tradisi lokal dan partisipasi global ini menambah semarak suasana kota dan memberikan dampak positif bagi sektor pariwisata Malang.
Kedatangan para tamu telah mulai terasa sejak sehari sebelum acara, Jumat, 26 September 2025, yang disambut meriah oleh panitia dan masyarakat.
Momen ini menunjukkan bahwa keragaman budaya di Malang Raya adalah aset yang sangat berharga. Kirab Budaya Klenteng Eng Ang Kiong Pecahkan Rekor berkat dukungan komunitas internasional.
Kirab Budaya Klenteng Eng Ang Kiong Pecahkan Rekor dengan menghadirkan delegasi dari berbagai negara Asia.
Antisipasi Kemacetan dan Imbauan KAI
Meskipun meriah, perayaan sebesar ini tentu membawa konsekuensi logistik, terutama masalah kepadatan lalu lintas.
Kirab yang dimulai pukul 13.00 WIB ini akan melintasi sejumlah ruas jalan utama Kota Malang, termasuk Jalan Klenteng, Gatot Soebroto, Trunojoyo, Cokroaminoto, Cipto, Celaket, Kahuripan, Majapahit, dan Pasar Besar. Mengingat rute yang sangat panjang dan melewati jantung kota, kemacetan tidak terhindarkan.
Menyikapi hal ini, PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 8 Surabaya mengeluarkan imbauan khusus bagi penumpang yang hendak berangkat atau tiba di Stasiun Malang.
Manager Humas KAI Daop 8 Surabaya, Luqman Arif, menyarankan penumpang untuk mengatur waktu perjalanan dan tiba di stasiun lebih awal dari biasanya. Penumpang juga dianjurkan menggunakan akses pintu Timur Stasiun Malang karena dinilai lebih lancar. KAI berkomitmen memastikan operasional kereta api tetap berjalan normal sesuai jadwal.
Namun, kesadaran dan antisipasi dari penumpang sangatlah penting untuk menghindari tertinggal kereta. Luqman juga mengingatkan penumpang untuk terus memantau informasi terbaru melalui kanal resmi KAI.
Kirab Budaya Klenteng Eng Ang Kiong Pecahkan Rekor dan memengaruhi mobilitas kota. Kirab Budaya Klenteng Eng Ang Kiong Pecahkan Rekor memerlukan antisipasi lalu lintas yang matang.
Simbol Kerukunan dan Mobilitas
Penyelenggaraan perayaan dua abad Klenteng Eng Ang Kiong ini tidak hanya menjadi penanda keagamaan, tetapi juga simbol kuat kerukunan dan pelestarian budaya di tengah modernisasi Kota Malang.
Kehadiran ribuan peserta dari berbagai latar belakang, baik dari luar negeri maupun seluruh Indonesia, semakin mempertegas semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Di satu sisi, acara ini merayakan masa lalu; di sisi lain, ia beradaptasi dengan tantangan mobilitas kota modern.
Kirab Budaya Klenteng Eng Ang Kiong Pecahkan Rekor sebagai cerminan harmoni budaya. Kirab Budaya Klenteng Eng Ang Kiong Pecahkan Rekor adalah agenda yang wajib disaksikan.
Baca Juga:Penutupan Sementara Wisata Bromo Lewat Jemplang dan Wonokitri, Ramp Check Jeep Wisata Digelar












