Breaking

Kos 2 Lantai di Landungsari Amblas 1 Meter Akibat Longsor

Infomalang – Hujan deras disertai angin kencang yang mengguyur wilayah Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, pada Jumat (10/10) sore, menyebabkan sebuah rumah kos dua lantai di Desa Landungsari roboh. Bangunan berlantai dua itu amblas hingga sedalam 1 meter setelah fondasi di bagian belakang tergerus aliran sungai.

Peristiwa tersebut terjadi di RT 03/RW 02, Desa Landungsari. Rumah kos yang diketahui milik Sujuati, warga setempat, berada tepat di tepi aliran sungai dengan kedalaman sekitar lima meter. Akibat intensitas hujan yang tinggi, arus sungai meluap dan menghantam dasar bangunan hingga menyebabkan longsor di sisi belakang kos.

Tanda Awal Sebelum Longsor Terjadi

Menurut keterangan Leo, salah satu penghuni kos, tanda-tanda kerusakan sebenarnya sudah terlihat sejak tiga hari sebelum kejadian. Ia menyebut, beberapa penghuni telah menemukan retakan di lantai kamar mandi bagian belakang yang posisinya berbatasan langsung dengan tebing.

“Kira-kira tiga hari sebelum longsor, kami melihat retakan di lantai kamar mandi. Awalnya kecil, tapi makin lama makin lebar,” ujarnya saat ditemui di lokasi pada Sabtu (11/10).

Retakan yang awalnya dianggap sepele berubah menjadi ancaman serius. Satu hari sebelum kejadian, kerusakan semakin parah hingga tiang fondasi bagian belakang terlihat patah. “Waktu itu masih ada sekitar 20 orang yang tinggal di kos, tapi kami sudah dilarang mendekat ke area belakang karena terlalu berisiko,” tambahnya.

Kronologi Kejadian

Puncak bencana terjadi sekitar pukul 15.00 WIB saat hujan deras mengguyur Landungsari. Dalam waktu singkat, debit air sungai meningkat tajam dan mengikis tanah di sekitar pondasi. Dua jam kemudian, setelah hujan mereda, dinding bagian belakang bangunan ambruk disertai longsoran besar.

Volume bangunan yang amblas diperkirakan mencapai 8×12 meter, meliputi area jemuran, dapur, kamar mandi, serta beberapa kamar kosong di lantai dasar. Untungnya, tidak ada korban jiwa karena sebagian besar penghuni sudah mengungsi lebih dulu setelah melihat tanda-tanda keretakan.

Langkah Cepat BPBD Kabupaten Malang

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang, Sadono Irawan, menyampaikan bahwa pihaknya langsung melakukan peninjauan dan pemasangan terpal di area longsoran untuk mencegah air hujan kembali meresap ke tanah yang labil.

“Sementara bekas longsoran kami tutup dengan dua lembar terpal agar tidak terkena air hujan secara langsung. Tujuannya untuk mencegah longsor susulan,” jelas Sadono.

Menurutnya, kondisi tebing yang rapuh membuat potensi longsor susulan masih cukup tinggi, terutama jika hujan dengan intensitas tinggi kembali turun. Jika longsoran meluas, material bangunan dikhawatirkan bisa menutup aliran sungai yang juga berfungsi sebagai irigasi pertanian warga.

“Kami fokus melakukan mitigasi agar longsor susulan tidak terjadi. Kalau sampai sungai tersumbat, bisa berdampak ke wilayah pertanian di hilir,” tegasnya.

Penghuni Diminta Pindah Sementara

Pasca-kejadian, seluruh penghuni kos diminta untuk segera pindah sementara demi keselamatan. Pemilik kos juga telah berkoordinasi dengan pemerintah desa setempat untuk mencari tempat tinggal sementara bagi para penyewa yang terdampak.

Baca Juga:  Auroreg Hiasi Langit Malam, Karnaval Gampingan 2025 Tetap Meriah Meski Hujan

“Saat ini penghuni sudah tidak diperbolehkan tinggal di lokasi. Kami bantu mereka pindah ke tempat yang lebih aman,” kata Sadono.

Pihak BPBD juga mengimbau masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai Landungsari untuk lebih waspada terhadap tanda-tanda pergerakan tanah, seperti retakan di dinding atau lantai, serta perubahan permukaan tanah yang tiba-tiba menurun.

Risiko Bencana di Daerah Bantaran Sungai

Kawasan Landungsari memang dikenal sebagai wilayah dengan kondisi geografis yang rawan longsor, terutama di area yang berdekatan dengan aliran sungai dan tebing curam. Aktivitas pembangunan yang terlalu dekat dengan bibir sungai sering kali memperparah risiko tersebut.

Pakar geologi dari Universitas Brawijaya, Dr. Bambang Wicaksono, menilai bahwa fenomena ini perlu menjadi perhatian serius. Menurutnya, konstruksi bangunan di dekat tebing harus memperhatikan struktur tanah dan jarak aman dari aliran sungai.

“Fondasi bangunan di wilayah seperti Landungsari seharusnya dibangun minimal lima meter dari tepi sungai untuk menghindari risiko erosi. Selain itu, harus ada sistem drainase yang mampu mengalirkan air hujan dengan baik,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa fenomena perubahan iklim dan peningkatan curah hujan ekstrem dalam beberapa tahun terakhir turut meningkatkan risiko bencana tanah longsor di wilayah Malang Raya.

Upaya Pencegahan dan Edukasi Warga

Pemerintah Kabupaten Malang bersama BPBD kini tengah memperkuat edukasi kebencanaan di masyarakat, khususnya di daerah rawan longsor. Melalui program “Desa Tangguh Bencana”, warga didorong untuk aktif mengenali tanda-tanda bencana alam dan membuat jalur evakuasi mandiri.

“Kami ingin masyarakat tidak hanya menunggu bantuan datang, tapi juga punya kemampuan dasar dalam mitigasi bencana,” terang Sadono.

Selain itu, BPBD juga berencana membangun tanggul sementara dan memperkuat tebing dengan bronjong batu agar erosi tidak kembali terjadi. Upaya ini akan dilakukan seiring dengan pembersihan material longsor yang menumpuk di bantaran sungai.

Baca Juga: Lalu Lintas Padat di Jalan Pasir Luhur Saat Karnaval Gampingan 2025, Sound Horeg Masih Bongkaran di Depan Gapura

Peristiwa amblasnya kos dua lantai di Landungsari menjadi pengingat penting bagi warga Kabupaten Malang akan bahaya membangun terlalu dekat dengan sungai. Hujan deras yang kini kian sering turun dapat memicu bencana serupa kapan saja.

Pemerintah daerah pun mengimbau agar warga tetap waspada, terutama saat musim penghujan. Langkah antisipatif seperti pemeriksaan fondasi bangunan dan pelaporan dini kepada pihak berwenang jika muncul retakan tanah dapat membantu mengurangi risiko kerusakan lebih parah.

Dengan kolaborasi antara masyarakat, pemilik bangunan, dan pemerintah, diharapkan kejadian seperti di Landungsari ini tidak kembali terulang di masa depan.