Infomalang – Industri fesyen Indonesia tengah berada di ambang transformasi besar, bergerak cepat menuju arah yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Salah satu gerakan paling signifikan dan kini mencuri perhatian dunia adalah upcycled fashion—sebuah konsep revolusioner yang mengubah limbah tekstil yang awalnya tidak bernilai menjadi karya mode bernilai tinggi dan eksklusif.
Tren ini semakin populer dan diakui berkat kontribusi vital para desainer muda yang berhasil memadukan nilai estetika, potensi ekonomi, dan kepedulian mendalam terhadap lingkungan dalam setiap helai kain yang mereka olah.
Di jantung Jawa Timur, semangat inovasi dan keberlanjutan ini diwujudkan melalui acara bergengsi bertajuk “Upcycled Fashion in Style” yang digelar oleh Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Malang.
Acara yang berlangsung meriah di Malang Creative Center (MCC) pada Rabu (15/10/2025) ini tidak hanya berfungsi sebagai peragaan busana, tetapi juga menjadi wadah komprehensif bagi para pelaku industri fesyen, pelajar, serta komunitas kreatif untuk menampilkan hasil karya mereka yang secara tegas berorientasi pada keberlanjutan dan etika produksi.
Kolaborasi Institusi dan Desainer Muda untuk Solusi Ramah Lingkungan
Ketua TP PKK Kota Malang, Hanik Andriani Wahyu Hidayat, menegaskan bahwa kegiatan ini melampaui sekadar ajang apresiasi. Menurutnya, ini adalah bentuk nyata dukungan struktural terhadap desainer muda dan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal yang berinovasi.
Ia menyebut bahwa karya mode yang dihasilkan dari bahan daur ulang bukan sekadar indah dipandang, tetapi juga membawa pesan penting dan mendesak tentang pelestarian lingkungan.
Hanik menyoroti isu global yang kini menjadi tantangan utama: meningkatnya volume limbah tekstil seiring pesatnya pertumbuhan industri fast fashion. Limbah ini menuntut adanya jawaban inovatif dari hulu ke hilir.
Melalui gerakan upcycling, para desainer muda diajak untuk melihat limbah kain tidak sebagai sampah, melainkan sebagai bahan baku potensial yang dapat diubah menjadi produk fesyen bernilai tinggi.
“Ini sejalan dengan misi PKK dalam mendukung program Ngalam Laris dan Ngalam Idrek yang digagas oleh Pemerintah Kota Malang. Kami ingin ekonomi kreatif lokal tumbuh, tetapi harus dengan kesadaran ekologis yang tinggi,” ujar Hanik.
Ia juga menambahkan bahwa kegiatan ini berfungsi sebagai sarana efektif untuk menanamkan kesadaran ekologis kepada masyarakat luas, khususnya generasi muda yang merupakan konsumen aktif fesyen.
Dengan memanfaatkan bahan sisa, para desainer muda belajar bahwa kreativitas tidak selalu bergantung pada pembelian material baru, tetapi juga pada kemampuan mengolah sesuatu yang dianggap tidak berguna menjadi karya bernilai seni tinggi, sebuah filosofi yang kini sangat dihargai pasar global.
Baca Juga: Pria Ini Jualan Cilok Keliling di Korea, Ternyata Istrinya Orang Indonesia
Gerakan Rejeaneration: Menghidupkan Kembali Limbah Denim
Salah satu sorotan utama dan paling menarik dalam acara di MCC ini adalah peluncuran kampanye “Rejeaneration”. Ini adalah sebuah gerakan kreatif yang secara khusus berfokus pada pemanfaatan limbah berbahan denim atau jin menjadi karya fesyen yang tidak hanya modis, tetapi juga eksklusif dan tahan lama.
Kampanye ini secara ambisius mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif, tidak hanya sebagai konsumen, tetapi juga sebagai pencipta produk mode berkelanjutan yang tetap bergaya dan berkelas premium.
Zizi Rafika, seorang desainer muda berbakat asal Malang sekaligus Founder dari brand Feyzion, menjelaskan bahwa upcycle fashion bagi dirinya bukan sekadar tren gaya hidup sesaat, melainkan bagian dari tanggung jawab sosial dan lingkungan.
“Setiap potongan kain bekas, setiap patch denim yang dibuang, memiliki potensi untuk dihidupkan kembali dengan sentuhan kreativitas baru. Kami tidak hanya mendaur ulang, kami meregenerasi nilai,” jelas Zizi.
Ia percaya sepenuhnya bahwa mode berkelanjutan dapat memberikan dampak positif yang berlipat ganda, tidak hanya pada lingkungan melalui pengurangan limbah, tetapi juga pada perekonomian lokal melalui penciptaan lapangan kerja dan peningkatan nilai jual produk UMKM.
Zizi juga menegaskan bahwa fesyen ramah lingkungan kini menjadi daya tarik baru yang kuat di pasar global. Produk-produk hasil upcycling telah menarik minat yang tinggi dari pembeli internasional karena menawarkan nilai eksklusif, sifat unik one-of-a-kind, dan narasi yang kuat di balik proses pembuatannya.
Hal ini membuktikan bahwa karya yang dihasilkan oleh desainer muda lokal bisa bersaing dan bahkan memimpin di kancah dunia jika dikemas dengan ide, inovasi, dan nilai etika yang kuat.
Perpaduan Budaya Lokal dan Daya Saing Global
Selain fokus pada pengolahan limbah, Hanik Andriani juga menekankan pentingnya menghadirkan unsur budaya lokal yang kaya dalam setiap desain fesyen. Ia mengajak para desainer muda untuk mengangkat identitas Malang dan Indonesia secara lebih luas melalui sentuhan kain tradisional seperti batik dan tenun nusantara.
Kolaborasi antara unsur tradisional dan modern ini diyakini mampu menghasilkan karya mode yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga sarat makna dan memiliki keunikan yang tak tertandingi di pasar global.
Pendekatan ini merupakan langkah strategis dalam memperkuat posisi Malang sebagai kota kreatif yang secara aktif mendukung ekonomi berkelanjutan. Hanik menyebut bahwa banyak UMKM di bidang fesyen di Malang yang telah berhasil menembus pasar internasional.
Bahkan, produk fesyen dari Kota Malang sudah rutin diekspor ke destinasi seperti Dubai dan Amerika Serikat setiap tiga bulan sekali. Capaian ekspor ini menjadi bukti nyata bahwa kreativitas desainer muda dan UMKM lokal memiliki daya saing global yang tinggi.
Menumbuhkan Ekosistem Fesyen Berkelanjutan di Masyarakat
TP PKK Kota Malang juga berkomitmen untuk memperluas gerakan upcycle fashion hingga menjangkau tingkat akar rumput, yaitu di tingkat kecamatan dan kelurahan.
Sosialisasi dan pelatihan intensif telah dilakukan di lima kecamatan, melibatkan langsung masyarakat yang memiliki keterampilan menjahit, membordir, maupun mendesain.
Tujuan dari ekspansi ini adalah agar semakin banyak pihak yang berperan aktif dalam menciptakan ekonomi kreatif yang berorientasi pada keberlanjutan.
Melalui kolaborasi erat antara pemerintah, desainer muda, akademisi, dan masyarakat luas, upcycled fashion diharapkan tidak hanya menjadi simbol gaya, tetapi juga bentuk tanggung jawab kolektif terhadap lingkungan dan kekayaan budaya.
Dengan inisiatif ini, Kota Malang berpotensi besar untuk menjadi salah satu pusat penggerak sustainable fashion terkemuka di Indonesia, secara efektif mengangkat tren mode daur ulang ke level premium yang membanggakan bangsa.
Baca Juga: Wali Kota Malang Dorong Koperasi Merah Putih Hadir di Setiap Kelurahan















