Infomalang – Peristiwa penusukan di depan Stadion Kanjuruhan kembali mengguncang publik Kabupaten Malang. Kasus ini bukan sekadar tindak kekerasan biasa, melainkan melibatkan dua orang yang ternyata saling mengenal cukup dekat. Insiden berdarah tersebut menjadi perhatian masyarakat karena terjadi di area publik yang kerap menjadi titik keramaian. Polisi kini telah mengungkap sejumlah fakta baru mengenai motif di balik penusukan itu, sekaligus memastikan proses hukum terhadap pelaku berjalan sesuai prosedur.
Pihak kepolisian menegaskan bahwa kasus ini akan ditangani secara transparan dan profesional. Dengan mengedepankan hasil visum dan keterangan para saksi, penyidik berupaya mengungkap seluruh kronologi kejadian secara detail. Tujuannya adalah memberikan kepastian hukum bagi korban sekaligus menjawab rasa ingin tahu publik mengenai motif di balik aksi brutal tersebut.
Kronologi Penusukan di Depan Stadion Kanjuruhan
Insiden penusukan terjadi pada Minggu, 26 Oktober 2025, sekitar pukul 13.00 WIB di area depan Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Korban berinisial FA, warga Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, diduga menjadi korban serangan mendadak dari seorang pria berinisial S, warga Desa Brongkal, Kecamatan Pagelaran. Aksi penusukan berlangsung cepat dan menyebabkan korban mengalami luka serius di beberapa bagian tubuhnya. Warga yang melihat kejadian itu langsung bergegas menolong korban dan melarikannya ke rumah sakit terdekat.
Menurut keterangan saksi di lokasi, suasana sempat panik setelah pelaku menyerang korban berkali-kali menggunakan senjata tajam berupa pisau. Beberapa warga yang berada di sekitar area stadion mencoba menghentikan pelaku, namun ia berhasil melarikan diri. Tidak butuh waktu lama, polisi yang mendapat laporan segera melakukan pengejaran dan berhasil menangkap pelaku kurang dari satu jam setelah kejadian. Penangkapan dilakukan di rumah saudaranya yang berada di wilayah Pagelaran.
Hubungan Antara Pelaku dan Korban Penusukan
Dari hasil penyelidikan, polisi menemukan bahwa pelaku dan korban ternyata sudah saling mengenal sejak lama. Mereka bukan orang asing, melainkan memiliki hubungan pertemanan yang cukup dekat. Kasatreskrim Polres Malang, AKP Muchammad Nur, menyampaikan bahwa antara keduanya sempat terjadi pertikaian beberapa hari sebelum peristiwa penusukan terjadi. Pertikaian itu dikabarkan berawal dari masalah pribadi yang belum sepenuhnya selesai meskipun sebelumnya mereka sudah sempat berdamai.
Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh keterangan beberapa warga sekitar yang mengenal korban dan pelaku. Mereka mengungkapkan bahwa hubungan keduanya mulai renggang setelah sebuah kesalahpahaman yang tak kunjung diselesaikan. Polisi kemudian memastikan bahwa rasa sakit hati menjadi pemicu utama hingga pelaku akhirnya nekat melakukan tindakan tersebut. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa peristiwa penusukan bukanlah tindakan spontan, melainkan sudah direncanakan dengan emosi yang belum tuntas.
Baca juga: Tragis! Tiga Pelaku Kasus Pemerkosaan dan Pembunuhan Siswi SMA Jombang Terima Vonis Seumur Hidup
Motif Sakit Hati di Balik Aksi Penusukan
Berdasarkan hasil pemeriksaan, pelaku mengaku melakukan penusukan karena tidak terima dengan ucapan korban yang dianggap menyinggung harga dirinya. Beberapa hari sebelum kejadian, korban disebut sempat mengungkit kembali persoalan lama yang sebelumnya telah dianggap selesai. Perkataan itu membuat pelaku merasa tersinggung dan menimbulkan dendam yang akhirnya mendorongnya untuk mengambil tindakan ekstrem.
Motif sakit hati ini kemudian berkembang menjadi niat pelaku untuk menyiapkan senjata tajam sebelum menemui korban. Polisi mengungkapkan bahwa pelaku sempat pulang ke rumah terlebih dahulu untuk mengambil pisau yang panjangnya sekitar 30 sentimeter. Setelah itu, ia kembali ke lokasi tempat korban biasa berkumpul. Tindakan ini menunjukkan bahwa pelaku sudah memiliki niat melakukan penyerangan, bukan sekadar emosi sesaat.
Aksi Penusukan yang Direncanakan dengan Matang
Setelah menyiapkan senjata, pelaku kemudian kembali ke area sekitar stadion di mana korban sedang berada. Saat keduanya bertemu, terjadi percekcokan singkat sebelum akhirnya pelaku menghunuskan pisau ke arah korban berkali-kali. Serangan cepat itu membuat korban tidak sempat menghindar dan mengalami luka cukup serius di bagian tubuh vital. Aksi pelaku berhenti setelah warga sekitar mendekat untuk menolong korban.
Menurut polisi, pola tindakan pelaku menunjukkan bahwa penusukan tersebut sudah direncanakan dengan matang. Fakta bahwa pelaku sempat menyiapkan senjata dan memilih waktu untuk menyerang menjadi bukti kuat bahwa insiden ini bukan spontanitas semata. Hal ini membuat penyidik menambahkan unsur kesengajaan dalam penyelidikan kasus tersebut.
Barang Bukti Penusukan dan Penangkapan Pelaku
Tidak lama setelah kejadian, polisi berhasil mengamankan pelaku di rumah saudaranya yang berada di Desa Brongkal. Saat dilakukan penangkapan, pelaku tidak melakukan perlawanan. Polisi turut menyita sejumlah barang bukti, antara lain satu pisau sepanjang 30 sentimeter dan pakaian berwarna hitam yang dikenakan pelaku saat kejadian. Barang-barang tersebut kini menjadi bagian dari bukti yang akan diproses lebih lanjut dalam penyidikan.
Selain barang bukti fisik, polisi juga mengumpulkan keterangan dari beberapa saksi yang berada di lokasi kejadian. Kesaksian mereka menjadi bagian penting dalam mengungkap kronologi dan memastikan tidak ada pihak lain yang terlibat dalam kasus penusukan ini. Langkah-langkah tersebut dilakukan secara sistematis untuk menjaga objektivitas proses hukum.
Kondisi Korban Penusukan Masih Dalam Perawatan
Korban FA hingga kini masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Tim medis melaporkan bahwa korban mengalami beberapa luka tusukan di bagian tubuh, namun kondisinya sudah mulai stabil. Polisi menunggu hasil visum untuk memastikan tingkat luka yang dialami korban dan menentukan langkah hukum lanjutan terhadap pelaku. Pihak keluarga korban juga telah memberikan keterangan kepada penyidik untuk memperkuat hasil penyelidikan.
Kasihumas Polres Malang, AKP Bambang Subinajar, menegaskan bahwa kepolisian terus memantau kondisi korban sembari memastikan semua proses berjalan sesuai ketentuan. Ia juga mengimbau masyarakat agar tidak menyebarkan informasi yang belum terverifikasi mengenai kasus ini. Keakuratan data dan kepercayaan publik menjadi hal penting dalam penyelesaian kasus penusukan yang sedang ditangani.
Penusukan di Kanjuruhan Jadi Pengingat Bahaya Emosi Tak Terkendali
Peristiwa penusukan di depan Stadion Kanjuruhan menjadi pelajaran penting tentang bagaimana emosi yang tidak terkendali dapat berujung pada tindak kriminal serius. Konflik pribadi yang seharusnya bisa diselesaikan dengan komunikasi justru berakhir tragis karena rasa sakit hati dan dendam yang dipelihara. Kepolisian berharap masyarakat lebih bijak dalam menyelesaikan persoalan dan tidak mudah terbawa emosi.
Kasus ini juga menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa tindakan kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan masalah, justru menimbulkan penderitaan baru bagi korban maupun pelaku. Dengan terbukanya motif dan kronologi kasus penusukan ini, diharapkan masyarakat dapat memahami pentingnya kontrol diri serta kepercayaan pada proses hukum yang berlaku.
Baca juga: Duo Maling Motor Apes Beraksi di Musala, Dua Pria Jabung Malang Ditangkap Polisi















