Breaking

Dhimas Aryo Satria Utomo Ungkap Keseruan dan Pelajaran Berharga dari FIS UM Outbound Mobility Program

MALANG – Mahasiswa S1 Geografi Murni Universitas Negeri Malang, Dhimas Aryo Satria Utomo, mengungkapkan keseruan dan pelajaran berharga dari kegiatan FIS UM Outbound Mobility Program.

Kegiatan yang diikuti oleh 28 mahasiswa/i tersebut awalnya direncanakan bekerja sama dengan Universiti Sains Malaysia. Namun karena adanya beberapa perubahan, tujuan kegiatan kemudian dialihkan ke Universitas Malaya.

Pendaftaran FIS UM Outbound Mobility Program dibuka pada tanggal 5-24 Februari 2025. Kegiatan ini seharusnya dilaksanakan pada 12-19 Juli 2025, tetapi karena beberapa kendala, pelaksanaannya diundur menjadi pada 4-8 November 2025.

Dhimas menjelaskan bahwa salah satu kendalanya adalah harga tiket pesawat yang terlalu mahal dan melebihi dana yang disediakan oleh fakultas. Bahkan, sempat ada wacana pelaksanaan pada bulan September, namun akhirnya kembali diundur.

“Salah satu kendalanya adalah harga tiket pesawat yang terlalu mahal dan melebihi dana yang disediakan oleh fakultas. Bahkan, sempat ada wacana pelaksanaan pada bulan September, namun akhirnya kembali diundur,” ujarnya.

Untuk perihal biaya, fakultas hanya mengakomodasi tiket pesawat pulang pergi. Sementara itu, kebutuhan lain seperti uang makan dan jajan sepenuhnya ditanggung oleh mahasiswa peserta.

Baca Juga: Universitas Negeri Malang Laksanakan Lelang Penghapusan Barang

Pada 4 November 2025, rombongan berangkat dari Malang menuju Malaysia. Setibanya di sana keesokan harinya, kegiatan dimulai dengan sesi pengenalan dan tur kampus.

Keesokan harinya, pada 6 November 2025, peserta mengikuti tur ke berbagai destinasi. Upacara penutupan dilaksanakan pada 7 November 2025, dan pada 8 November 2025 seluruh peserta kembali ke Indonesia.

Bagi Dhimas, kemacetan di Malaysia dan Indonesia hampir sama. Namun, ia menilai kemacetan di Malaysia terlihat lebih tertata rapi, dengan perbandingan sekitar 80% mobil dan 20% sepeda motor.

“Kemacetan di Malaysia dan Indonesia hampir sama. Namun, saya menilai kemacetan di Malaysia terlihat lebih tertata rapi, dengan perbandingan sekitar 80% mobil dan 20% sepeda motor,” lanjutnya.

Motivasi Dhimas mengikuti kegiatan ini adalah untuk belajar langsung ke negeri lain dan memahami mengapa Malaysia dapat lebih unggul dari Indonesia dalam beberapa aspek, seperti infrastruktur dan pelayanan publik.

Kegiatan selanjutnya akan dibuka untuk Batch 2. Ia berharap pada pelaksanaan berikutnya tidak lagi menghadapi permasalahan seperti di Batch 1, baik terkait perubahan jadwal maupun pergantian universitas tujuan.

“Motivasi saya ingin belajar langsung ke negeri lain dan memahami mengapa Malaysia dapat lebih unggul dari Indonesia. Semoga di pelaksanaan berikutnya tidak lagi menghadapi permasalahan seperti di Batch 1,” pungkasnya.

Baca Juga: FIK RUN 5K Universitas Negeri Malang Dimenangkan Mahasiswa Blitar