Breaking

Pencarian Ibu Hanyut di Sungai Glidik Berakhir di Pantai Alas Purwo Banyuwangi

infomalang – Tragedi kemanusiaan yang menimpa Rika Julia Safitri (27) di Sungai Glidik, Desa Lebakharjo, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang, akhirnya berakhir dengan kepastian yang memilukan.

Ibu muda tersebut ditemukan meninggal dunia setelah dilaporkan hanyut di sungai seminggu sebelumnya. Penemuan jenazah di lokasi yang sangat jauh—tepatnya di Pantai Rowobendo, kawasan Taman Nasional Alas Purwo (TNAP), Kabupaten Banyuwangi—menggarisbawahi betapa dahsyatnya kekuatan arus sungai dan laut yang menjadi jalur tragis jenazah korban.

Peristiwa ini telah menggemparkan warga Malang Raya dan menjadi pengingat pahit akan bahaya tersembunyi yang mengintai di sepanjang aliran sungai saat musim hujan.

Jarak antara lokasi hanyut (Ampelgading, Malang) dan lokasi penemuan (Tegaldlimo, Banyuwangi) mencapai puluhan kilometer, melewati beberapa wilayah kabupaten dan muara Laut Selatan, sebuah fakta yang menunjukkan betapa intensifnya upaya pencarian yang dilakukan oleh tim gabungan.

Kisah ini bukan hanya tentang duka keluarga, tetapi juga refleksi kolektif tentang urgensi mitigasi bencana, kesiapsiagaan darurat, dan peran krusial sinergi antar-instansi dalam penanganan bencana alam.

Kronologi Tragis dan Daya Rusak Sungai Glidik

Musibah ini terjadi pada Sabtu (1/11/2025). Sungai Glidik yang melintasi Ampelgading, pada hari itu, berada dalam kondisi berbahaya setelah wilayah tersebut diguyur hujan deras selama beberapa jam.

Debit air meningkat drastis, membuat arus sungai menjadi sangat deras dan permukaannya meluap melebihi batas normal.

Rika Julia Safitri dilaporkan hanyut di sungai bersama anaknya ketika mereka melintas di tepi sungai. Arus yang tiba-tiba meluap menyeret keduanya. Dalam kepanikan, warga sekitar segera bereaksi.

Berkat kesigapan warga dan upaya cepat, anak korban berhasil dievakuasi dari derasnya arus dan diselamatkan. Namun, Rika Julia Safitri, sayangnya, terbawa arus kuat dan seketika hilang dari pandangan, mengawali operasi pencarian yang panjang dan penuh tantangan.

Derasnya arus Sungai Glidik memiliki daya rusak tinggi, terlebih sungai ini merupakan salah satu sungai besar di Malang Selatan yang langsung bermuara ke Samudra Hindia. Karakteristik ini membuat area pencarian menjadi sangat luas dan kompleks, melibatkan penyisiran di daratan yang curam dan perairan laut lepas.

Operasi Pencarian Multi-Wilayah dan Tantangan Lapangan

Setelah laporan resmi dibuat, Tim SAR gabungan segera dibentuk, terdiri dari personel BPBD Kabupaten Malang, Basarnas Pos SAR Malang, anggota kepolisian, TNI, dan ratusan relawan dari berbagai komunitas.

Pencarian dilakukan secara intensif selama sepekan penuh, sebuah periode yang dipenuhi harapan dan kecemasan.

Koordinator lapangan Basarnas Malang menjelaskan metodologi pencarian yang diterapkan. Tim dibagi menjadi tiga sektor:

Baca Juga: Momentum Hari Pahlawan Jadi Awal Gerakan Penghijauan Baru di Kota Malang

  1. Sektor Darat (Aliran Sungai): Petugas menyisir area terjal dan berliku di sepanjang aliran Sungai Glidik, fokus pada kemungkinan korban tersangkut di bebatuan, ranting pohon, atau tumpukan sampah.
  2. Sektor Muara: Menggunakan perahu karet dan perahu nelayan, tim menyisir wilayah muara yang bertemu dengan laut selatan, area yang sulit diprediksi arusnya.
  3. Sektor Laut (Penyisiran Pantai): Karena potensi arus laut yang kuat, tim memperluas penyisiran hingga ke wilayah pantai kabupaten tetangga, termasuk Lumajang dan Jember, sesuai dengan prediksi arus dan angin.

Kendala utama pencarian adalah kondisi cuaca yang tidak menentu dan medan yang sulit dijangkau. Hujan deras yang sporadis terus meningkatkan debit air, memaksa tim SAR menghentikan penyisiran air secara berkala demi keselamatan.

Selain itu, arus laut selatan dikenal sangat kuat dan berombak besar, membuat penggunaan perahu di muara sangat berisiko.

Penemuan Dramatis di Pantai Rowobendo

Dramatisme pencarian mencapai puncaknya pada Sabtu pagi (8/11/2025). Tim SAR menerima laporan mengejutkan dari petugas Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) di Banyuwangi.

Sebuah jasad perempuan ditemukan terdampar di Pantai Rowobendo, wilayah yang secara geografis berada jauh di timur, namun masih dalam jalur arus laut selatan.

Jarak tempuh arus yang membawa jenazah korban dari Ampelgading, Malang, hingga Tegaldlimo, Banyuwangi, menempuh puluhan kilometer, melewati batas administrasi empat kabupaten—sebuah fakta yang menggarisbawahi kekuatan alam yang luar biasa.

Jenazah Rika Julia Safitri dievakuasi ke RSUD Blambangan Banyuwangi untuk pemeriksaan forensik dan identifikasi.

Proses identifikasi dilakukan dengan teliti melalui koordinasi antara Polres Banyuwangi, Polres Malang, dan pihak keluarga, yang mencocokkan ciri-ciri fisik dan pakaian korban.

Setelah dipastikan, jenazah segera dipulangkan ke rumah duka di Ampelgading. Kepastian penemuan ini, meski menyakitkan, memberikan akhir bagi penantian panjang keluarga.

Pelajaran Penting dan Urgensi Mitigasi Bencana

Tragedi hanyut di sungai Glidik ini menjadi wake-up call bagi Pemerintah Kabupaten Malang dan seluruh masyarakat yang bermukim di dekat aliran sungai. Kepala BPBD Kabupaten Malang menyampaikan duka cita mendalam dan menekankan pentingnya evaluasi mitigasi bencana.

  1. Peringatan Dini Lokal: Diperlukan sistem peringatan dini yang lebih efektif dan terdesentralisasi di tingkat desa (RT/RW) di sepanjang aliran sungai, terutama di daerah rawan banjir bandang atau luapan air mendadak.
  2. Sosialisasi Bahaya Sungai: Intensitas sosialisasi kepada warga, khususnya pada musim hujan, harus ditingkatkan. Warga harus disadarkan bahwa tepi sungai, meskipun tampak aman saat kemarau, bisa menjadi zona bahaya mematikan dalam hitungan menit setelah hujan deras.
  3. Larangan Beraktivitas: Pengetatan peraturan dan pengawasan terhadap aktivitas warga di tepi sungai atau penyeberangan tanpa jembatan saat debit air meningkat.

Tragedi ini menegaskan bahwa kerja sama antar-instansi (BPBD, Basarnas, TNI, Polri) dan sinergi antar-wilayah (Malang, Lumajang, Jember, Banyuwangi) adalah kunci dalam penanganan bencana di wilayah pesisir dan aliran sungai yang luas.

Kisah Rika Julia Safitri meninggalkan duka mendalam dan menjadi simbol pengorbanan yang tidak terhindarkan di tengah keganasan alam.

Kesadaran dan kewaspadaan kolektif adalah warisan terpenting dari tragedi ini, memastikan keselamatan harus menjadi prioritas tertinggi di atas segalanya.

Baca Juga: Semangat Hari Pahlawan, Polres Malang Teguhkan Komitmen Pengabdian pada Bangsa