Breaking

Upaya Efektif Mengurangi Resiko Banjir di Lingkungan Permukiman

infomalang – Banjir masih menjadi ancaman bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia, terutama di kawasan permukiman padat penduduk.

Tingginya curah hujan, buruknya kondisi drainase, dan minimnya kesadaran menjaga kebersihan lingkungan secara kolektif meningkatkan resiko banjir yang berulang.

Untuk menekan kerugian dan menciptakan permukiman yang tangguh, diperlukan langkah mitigasi yang terpadu, melibatkan perbaikan infrastruktur dan perubahan perilaku masyarakat.

Mitigasi yang efektif harus diawali dengan pemahaman mendalam bahwa banjir adalah hasil interaksi kompleks antara faktor teknis dan perilaku sosial.

Memahami Penyebab Utama Peningkatan Resiko Banjir

Peningkatan resiko banjir di lingkungan permukiman biasanya disebabkan oleh beberapa faktor utama yang saling berkaitan:

  1. Drainase Tidak Optimal: Sistem saluran air yang tidak terawat, kapasitasnya tidak sesuai volume air hujan, atau tersumbat sampah.

  2. Penurunan Daya Serap Tanah: Pembangunan permukiman yang pesat mengurangi ruang terbuka hijau, membuat permukaan tanah menjadi kedap air dan limpasan permukaan meningkat dr

  3. Penyempitan Aliran Sungai: Pembangunan di sempadan sungai menyebabkan penyempitan aliran dan penurunan kapasitas tampung sungai.

Strategi Mitigasi Struktural dan Non-Struktural

Mengurangi resiko banjir memerlukan pendekatan dua arah, yaitu perbaikan fisik (struktural) dan perubahan perilaku (non-struktural).

1. Perbaikan dan Perawatan Sistem Drainase

Perbaikan drainase adalah langkah fundamental. Saluran air harus dipastikan bersih, lancar, dan memiliki kapasitas yang memadai untuk menampung curah hujan ekstrem.

  • Pemeliharaan Berkala: Pemerintah daerah harus menggalakkan program pemeliharaan drainase yang melibatkan partisipasi aktif warga, agar sumbatan dapat dideteksi dan diatasi secepatnya.

  • Optimalisasi Kapasitas: Desain ulang drainase harus mengacu pada masterplan kota dan mempertimbangkan volume air maksimum saat musim hujan ekstrem.

Baca Juga: Hujan Lebat Sebabkan Rumah Warga Ambrol dan Plengsengan Sungai Jebol di Kota Malang

2. Peningkatan Daya Serap Tanah dan Ruang Hijau

Mempertahankan dan menambah ruang resapan adalah kunci untuk mengurangi limpasan permukaan dan menekan resiko banjir.

  • Penerapan Biopori: Warga dapat didorong untuk membuat lubang resapan biopori di halaman atau pekarangan rumah. Biopori berfungsi sebagai jalur resapan air yang efektif.

  • Penggunaan Material Ramah Air: Mengganti permukaan kedap air (seperti beton penuh) dengan material yang ramah resapan, seperti paving block atau rumput, dapat membantu air hujan meresap maksimal sebelum mencapai saluran drainase.

  • Penanaman Pohon: Pohon dan ruang hijau lainnya tidak hanya berfungsi estetika, tetapi juga meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan dan menyerap air.

3. Edukasi dan Kesiapsiagaan Masyarakat

Salah satu pemicu banjir yang sering diabaikan adalah perilaku membuang sampah sembarangan. Oleh karena itu, edukasi non-struktural menjadi sangat vital.

  • Kampanye Kebersihan Kolektif: Mengadakan kampanye lingkungan dan gotong royong rutin di tingkat RT/RW untuk membersihkan saluran air dan menegakkan aturan larangan membuang sampah ke selokan.

  • Kesiapsiagaan Individu: Mendorong warga untuk memeriksa kondisi atap dan saluran air di sekitar rumah sebelum musim hujan, serta memiliki rencana tanggap darurat saat resiko banjir meningkat.

Kolaborasi sebagai Kunci Keberhasilan Mitigasi

Mengatasi resiko banjir tidak dapat dilakukan secara individu. Diperlukan sinergi kuat antara pemerintah dan masyarakat.

  • Peran Pemerintah: Menyediakan infrastruktur yang handal (normalisasi sungai, drainase utama) dan memimpin program mitigasi.

  • Peran Warga: Bertanggung jawab menjaga kebersihan lingkungan, memelihara fasilitas yang tersedia, dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pencegahan.

Dengan kolaborasi yang baik dan upaya pencegahan yang konsisten, lingkungan permukiman dapat secara signifikan menekan resiko banjir dan kerugian yang ditimbulkannya, menuju komunitas yang lebih tangguh dan aman.

Baca Juga: Nyesek, Adik Ini Rekam Suaranya Saat Ibunya Masuk Rumah Sakit Sebelum Meninggal