infomalang – Perlambatan ekonomi yang mulai terasa dalam beberapa bulan terakhir telah membawa dampak signifikan pada perilaku konsumsi masyarakat di Kota Malang.
Melemahnya indikator ekonomi utama dan penurunan keyakinan konsumen membuat warga semakin berhati-hati dalam mengelola pendapatan mereka, menghasilkan perubahan pola belanja yang lebih selektif dan terfokus pada kebutuhan esensial.
Data terbaru menunjukkan adanya penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kota Malang, yang pada November turun menjadi 159,9 persen dari 161,5 persen pada Oktober. Pelemahan ini mengindikasikan menurunnya optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi dalam waktu dekat.
Indikator Penghasilan dan Lapangan Kerja Menurun
Bank Indonesia (BI) Malang mencatat bahwa dua indikator utama yang paling memengaruhi pelemahan keyakinan ini adalah indeks penghasilan dan indeks ketersediaan lapangan kerja.
Indeks penghasilan menunjukkan penurunan sebesar 3,3 poin, dari 154,3 persen pada Oktober menjadi 151,0 persen pada November. Bersamaan dengan itu, indeks ketersediaan lapangan kerja mengalami penurunan yang lebih tajam sebesar 4,2 poin, mencapai 142,0 persen dari 146,2 persen di bulan sebelumnya.
Kedua penurunan ini mencerminkan kekhawatiran yang meluas di tengah masyarakat Malang terhadap penerimaan pendapatan dan ketidakpastian di sektor ketenagakerjaan.
Baca Juga: Perkembangan Ekonomi Digital dan Pengaruhnya pada Model Bisnis Modern
Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat
Akibat adanya tekanan ekonomi ini, masyarakat Kota Malang dilaporkan mulai menahan pembelian barang-barang bernilai tinggi atau durable goods. Kategori seperti elektronik, kendaraan, dan perabotan rumah tangga cenderung ditunda.
Warga kini memprioritaskan belanja pada kebutuhan pokok yang lebih mendesak, seperti makanan, pendidikan, dan kesehatan.
Kondisi ini menunjukkan upaya rumah tangga untuk memperketat pengeluaran demi memastikan kebutuhan dasar tetap terpenuhi, meskipun pendapatan mengalami perlambatan. Hal ini menjadi sinyal bagi pelaku usaha di sektor non-esensial untuk segera menyesuaikan strategi pemasaran mereka.
Harapan Intervensi Pemerintah Daerah
Pakar Ekonomi Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, menilai penurunan indikator ini sebagai alarm perlambatan ekonomi yang memerlukan respons cepat dari pemerintah daerah.
Joko menekankan pentingnya percepatan penyerapan belanja daerah sebagai penggerak utama ekonomi lokal di tengah melambatnya investasi swasta.
Pemerintah daerah diharapkan menghadirkan program yang mampu mengurangi beban pengeluaran harian, seperti subsidi transportasi atau penyaluran bantuan sosial (bansos) sebagai bantalan jangka pendek untuk menahan penurunan daya beli.
Selain itu, stabilitas harga pangan harus menjadi perhatian utama agar inflasi tidak memperburuk kondisi ekonomi rumah tangga yang telah tertekan oleh perlambatan ekonomi.
Baca Juga: Menjelajahi Jenis Kegiatan Ekonomi yang Membentuk Pertumbuhan Negara















