Industri dupa rumahan di Desa Dalisodo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang semakin dikenal hingga luar Jawa, bahkan mencapai Bali. Dengan kualitas dan harga yang kompetitif, produk dupa dari desa ini berhasil menarik perhatian konsumen di Pulau Dewata. Kunjungan Calon Gubernur Jawa Timur Khofifah Indarparawansa kemarin (28/10) menunjukkan perhatian terhadap potensi ekonomi lokal yang menjanjikan ini. Dalam kunjungannya, Khofifah melihat langsung proses produksi dupa di industri rumahan tersebut.
1. Proses Produksi dan Pasokan Dupa ke Bali
Pemilik home industry dupa, Sukamto, mengungkapkan bahwa produknya dikirim secara rutin ke Bali setiap minggu. Bahkan, ketika pesanan sedang meningkat, pengiriman bisa dilakukan dua kali dalam seminggu. Harga yang ditawarkan untuk dupa lokal ini pun cukup terjangkau, yaitu Rp 250 ribu per karung berisi 40 kilogram. Meski tanpa wewangian, dupa tersebut tetap diminati karena nantinya aroma akan ditambahkan langsung di Bali.
Baca Juga : Aksi Begal Berkedok Transaksi COD Ponsel di Tumpang, Pelaku Ancam Korban dengan Kekerasan
2. Kapasitas Produksi dan Metode Pembuatan Dupa
Sukamto menjelaskan bahwa setiap pekerjanya mampu memproduksi hingga 50 kilogram dupa per hari, sehingga total produksi mingguan bisa mencapai 2 ton. Dalam proses pembuatannya, stik kayu berukuran 25–30 cm dicelupkan ke dalam larutan soda api (natrium hidroksida) untuk menciptakan daya lekat. Setelah itu, stik dilapisi serbuk kayu dan dijemur hingga kering. Teknik ini memungkinkan produksinya berjalan efisien, memenuhi permintaan hingga 4 ton dupa setiap minggunya.
Baca Juga : Pria Asal Tumpang Dihukum 15 Tahun Penjara Karena Jadi Kurir Sabu Demi Upah Rp 500 Ribu















