
Malang, Jawa Timur – Kerajinan alat dapur berbahan kayu dari Desa Pandansari, Kecamatan Poncokusumo, semakin diminati masyarakat. Dengan desain estetis dan kesan alami, produk ini tak hanya digunakan sehari-hari tetapi juga cocok sebagai souvenir. Popularitasnya membuat produksi meningkat dari 700-800 unit menjadi 1.000 unit per hari.
Nia Faidatul Husna, pemilik usaha kerajinan kayu di Desa Pandansari, mengungkapkan bahwa produknya beragam, mulai dari cobek, sendok, hingga sumpit. “Setiap pegawai mampu memproduksi hingga 100 item sehari. Proses pembuatannya juga cukup teliti,” ujar Nia pada Rabu (15/1/2025).

Kayu yang digunakan, seperti mahoni dan jati, harus dijemur terlebih dahulu selama 2-3 hari agar setengah kering. Proses ini penting untuk mencegah jamur. Bila cuaca buruk, penjemuran bisa memakan waktu hingga seminggu. Kayu diperoleh dari daerah Malang Selatan, seperti Kecamatan Bantur, dengan harga bahan baku mulai dari Rp 3.000 hingga Rp 60.000, tergantung jenis dan ukuran.
Baca Juga : Meriahkan HUT Ke-47, MIN 2 Kota Malang Gelar Kompetisi Mapel dan Jalan Sehat
Produk kecil seperti sendok atau sumpit dihargai Rp 3.000, sedangkan nampan kayu mencapai Rp 60.000. Harga juga dipengaruhi jenis kayu, dengan kayu jati lebih mahal sekitar Rp 5.000 dibanding mahoni. Untuk hampers, pembeli bisa memesan sesuai anggaran, seperti paket Rp 200.000 yang disesuaikan dengan permintaan.
Produksi kerajinan ini masih menghadapi tantangan, salah satunya masalah listrik. “Proses produksi membutuhkan alat dengan daya listrik 5.500 VA, dan sering kali terjadi pemadaman akibat gangguan di daerah sekitar,” tambah Nia. Meski demikian, usaha ini terus berkembang berkat tingginya minat masyarakat terhadap produk kayu.
Baca Juga : Daftar Menu Depot Tanjung Api Beserta Harganya
Baca Juga : Menu Dimsum Umayumcha : Dimsum yang viral di Malang
