economics

ATM di Indonesia Hilang? Ini Penyebabnya!

46
×

ATM di Indonesia Hilang? Ini Penyebabnya!

Share this article
ATM di Indonesia Hilang? Ini Penyebabnya!

Suaramedia.id – Fenomena mengejutkan terjadi di dunia perbankan Indonesia. Jumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di berbagai wilayah dilaporkan menyusut drastis. Berdasarkan data Surveilans Perbankan Indonesia dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jaringan kantor bank umum konvensional (BUK) di seluruh Indonesia pada triwulan IV-2023 berkurang 4.676 unit, menyisakan 115.539 unit. Lebih mengejutkan lagi, jumlah terminal perbankan elektronik (ATM/CDM/CRM), yang mencapai 92.829 unit pada triwulan III-2023, mengalami penurunan signifikan menjadi 91.197 unit pada triwulan II-2024. Artinya, dalam kurun waktu kurang dari setahun, Indonesia kehilangan ribuan ATM!

Apa yang sebenarnya terjadi? Arianto Muditomo, pengamat perbankan dan praktisi sistem pembayaran, mengungkapkan beberapa faktor kunci. Pertama, perubahan perilaku masyarakat yang semakin beralih dari transaksi tunai ke layanan digital seperti mobile banking dan aplikasi keuangan. Kedua, biaya investasi dan perawatan ATM yang tinggi menjadi beban bagi perbankan. "Penurunan jumlah mesin ATM adalah fenomena kompleks," ujar Arianto kepada infomalang.com, "baik dari sisi bank maupun nasabah, ada alasan logis dan strategis di balik tren ini."

Juragan Kost
ATM di Indonesia Hilang? Ini Penyebabnya!
Gambar Istimewa : awsimages.detik.net.id

Meski demikian, Arianto menekankan pentingnya ATM, terutama di daerah dengan akses internet terbatas. Ia mendorong bank untuk berinovasi dan menyediakan layanan ATM yang aman dan mudah diakses. "Akan ada keseimbangan baru antara layanan digital, ATM, dan gerai cabang fisik," tambahnya.

Strategi adaptasi pun dilakukan berbagai bank. BRI, misalnya, menutup beberapa kantor cabang dan mengalihkan layanan ke agen BRILink yang tersebar luas. Direktur Utama BRI, Sunarso, menjelaskan bahwa ini merupakan bagian dari BRIvolution 2.0, transformasi digital BRI untuk mencapai inklusi keuangan yang lebih luas. "Masyarakat Indonesia belum sepenuhnya digital," kata Sunarso kepada infomalang.com, "banyak yang lebih memilih layanan perbankan lewat agen, bahkan lebih suka lewat warung-warung dekat rumah." Jumlah agen BRILink sendiri telah mencapai 1.022.000 pada tahun ini, meningkat drastis dari 75.000 pada 2015.

Bank Negara Indonesia (BNI) juga mengambil langkah serupa. Direktur Networks & Services BNI, Ronny Venir, mengatakan rasionalisasi kantor cabang disebabkan oleh perubahan perilaku masyarakat pasca pandemi Covid-19 yang semakin mengandalkan transaksi digital. "Banyak transaksi yang bisa dilakukan secara digital," ujar Ronny kepada infomalang.com.

Kesimpulannya, penurunan jumlah ATM di Indonesia merupakan cerminan perubahan lanskap perbankan yang semakin digital. Namun, tantangannya adalah bagaimana memastikan akses layanan perbankan tetap merata bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama di daerah-daerah yang belum terjangkau teknologi digital.