Breaking

Australia–Indonesia Didorong Perkuat Kerja Sama di Tengah Meningkatnya Ancaman (5/8)

infomalang.com/ Australia dan Indonesia didesak untuk memperdalam hubungan pertahanan guna menghadapi berbagai ancaman yang kian kompleks di kawasan Indo-Pasifik. Desakan ini muncul melalui laporan terbaru Institut Kebijakan Strategis Australia (ASPI) yang dirilis pada Selasa (5/8). Laporan tersebut menekankan bahwa kedua negara perlu membangun kerangka kerja bersama untuk mengatasi berbagai kegiatan berbahaya yang terkoordinasi, termasuk serangan siber, pemaksaan ekonomi, hingga kampanye disinformasi yang mengancam stabilitas kawasan.

ASPI mengidentifikasi ancaman hibrida — kombinasi antara taktik militer dan nonmiliter — sebagai salah satu tantangan utama yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Taktik semacam ini, menurut laporan tersebut, telah meluas ke berbagai bentuk seperti kampanye disinformasi dan eksploitasi kerentanan masyarakat, sehingga dapat menantang kedaulatan bahkan negara-negara yang memiliki tata kelola pemerintahan yang kuat.

“Peningkatan kompleksitas ancaman di kawasan Indo-Pasifik membutuhkan respons kolektif, dan hubungan bilateral antara Australia dan Indonesia dapat memainkan peran penting dalam membentuk strategi tersebut,” demikian salah satu rekomendasi laporan tersebut.

Baca Juga:Trump Kenakan Tarif 50% ke Brasil, Tegaskan Langkah Bermuatan Politik

Pentingnya Kerja Sama Pertahanan

Penandatanganan perjanjian kerja sama pertahanan antara Canberra dan Jakarta pada Agustus 2024 disebut sebagai langkah maju yang besar. Perjanjian ini mencakup kerja sama di bidang pelatihan militer, keamanan maritim, serta pengembangan kapasitas pertahanan. Namun, ASPI menekankan bahwa keberhasilan jangka panjang dari perjanjian ini sangat bergantung pada kemampuan kedua negara dalam mengelola perbedaan strategis dan membangun kepercayaan yang tahan guncangan terhadap perubahan geopolitik.

Laporan tersebut juga menyoroti adanya kesenjangan persepsi antara kedua negara. Saat ini, Australia menempatkan nilai strategis yang lebih besar pada hubungan dengan Indonesia dibandingkan sebaliknya. Meski demikian, hal ini dinilai wajar mengingat perbedaan fokus dan prioritas masing-masing negara.

Optimisme dan ambisi tetap diperlukan untuk mencapai kemitraan yang lebih seimbang. Namun, para pembuat kebijakan Australia harus mendasarkan harapan mereka pada realitas yang ada, bukan sekadar pada keinginan politik,” tulis laporan ASPI.

Peran Trilateral dan Kerja Sama Maritim

Salah satu rekomendasi kunci dari laporan ini adalah membentuk kerangka kerja maritim trilateral antara Indonesia, Australia, dan Filipina. Kerangka kerja ini diharapkan mampu memperkuat keamanan kawasan, khususnya di wilayah laut strategis yang kerap menjadi jalur perdagangan internasional dan rawan terhadap ancaman keamanan.

Kerja sama trilateral ini juga dapat meningkatkan kapasitas penegakan hukum maritim, memperkuat intelijen bersama, dan memperdalam latihan militer terkoordinasi. Dengan demikian, ketiga negara dapat menghadapi tantangan seperti perompakan, penyelundupan, dan infiltrasi ilegal di perairan regional.

Tantangan dan Peluang

Meskipun hubungan kedua negara telah memasuki fase baru, tantangan politik dan geopolitik tetap menjadi faktor yang perlu diantisipasi. Beberapa perbedaan pandangan strategis, terutama terkait dengan kebijakan luar negeri masing-masing negara, perlu dikelola dengan bijaksana agar tidak mengganggu kerja sama yang sudah dibangun.

Isu keamanan juga sempat mencuat setelah muncul laporan bahwa Rusia meminta izin untuk mengoperasikan pesawat militer jarak jauh dari pangkalan di Indonesia. Laporan tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemimpin Australia yang menolak keras usulan itu. Namun, otoritas Indonesia segera meyakinkan Australia bahwa dorongan dari Moskow tersebut tidak akan diteruskan.

Langkah ini dinilai sebagai upaya Jakarta untuk menjaga keseimbangan hubungan luar negeri sambil tetap mempertahankan kepercayaan mitra strategisnya di kawasan.

Hubungan Bilateral Pasca Pemilu

Hubungan antara kedua negara mendapat momentum baru setelah Anthony Albanese memenangkan pemilu pada Mei lalu. Dalam kunjungan luar negeri pertamanya pada periode kedua pemerintahannya, Perdana Menteri Australia tersebut bertemu Presiden Indonesia Prabowo Subianto di Jakarta. Pertemuan tersebut menghasilkan komitmen untuk memperkuat kerja sama pertahanan, meningkatkan investasi, dan memperluas hubungan ekonomi bilateral.

Kunjungan tersebut menunjukkan bahwa Australia memandang Indonesia sebagai mitra strategis penting dalam menjaga stabilitas kawasan. Di sisi lain, Indonesia dapat memanfaatkan kerja sama ini untuk memperkuat kapasitas pertahanannya sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi melalui investasi yang lebih besar dari Australia.

Harapan ke Depan

Laporan ASPI menekankan bahwa keberhasilan kemitraan Australia–Indonesia sangat bergantung pada kesediaan kedua negara untuk terus membangun kepercayaan jangka panjang. Pendekatan yang realistis, bukan sekadar optimis, diperlukan agar hubungan ini dapat berkembang sesuai potensi yang ada.

Melalui respons terkoordinasi dan kerja sama yang lebih mendalam, Australia dan Indonesia memiliki peluang besar untuk membangun kemitraan yang berorientasi pada tujuan bersama: menjaga keamanan kawasan Indo-Pasifik dan menghadapi berbagai ancaman hibrida yang semakin kompleks.

Baca Juga:Diplomasi Indonesia-Australia: Harmoni Kepentingan atau Retorika Politik 2025