Breaking

Banjir dan Longsor Melanda Empat Kecamatan di Wilayah Malang Selatan

infomalang.com/ – Kabupaten Malang kembali menghadapi bencana hidrometeorologi berupa banjir dan longsor setelah hujan deras mengguyur wilayah Malang Selatan selama tiga hari berturut-turut, dari 19 hingga 21 September 2025.

Peristiwa ini memicu genangan air dan pergerakan tanah di empat kecamatan yang berbeda, membuat ribuan warga terdampak dan memerlukan penanganan cepat dari berbagai pihak.

Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi di wilayah tersebut.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang mencatat empat kecamatan terdampak, yaitu Sumbermanjing Wetan, Gedangan, Tirtoyudo, dan Ampelgading.

Bencana ini bukan hanya merusak infrastruktur, tetapi juga mengganggu aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat.

“Intensitas hujan yang sangat tinggi dalam beberapa hari terakhir menjadi penyebab utama,” ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Malang, Sadono Irawan.

Ia menambahkan, kontur geografis Malang Selatan yang memiliki banyak perbukitan dan aliran sungai membuat wilayah ini sangat rentan terhadap bencana hidrometeorologi.

Sumbermanjing Wetan Jadi Wilayah Terparah Banjir dan Longsor

Kecamatan Sumbermanjing Wetan menjadi titik paling parah terdampak banjir. Desa Sitiarjo dan Kedungbanteng mencatat genangan air yang meluas hingga 1.494 hektare.

Empat dusun di Desa Sitiarjo terdampak, dengan total 2.228 jiwa yang merasakan dampak langsung banjir.

  • Dusun Krajan Tengah mencatat 705 jiwa terdampak.
  • Krajan Kulon 411 jiwa.
  • Krajan Wetan 648 jiwa.
  • Roworate 464 jiwa.

Air yang menggenangi wilayah ini berlangsung sekitar enam jam sebelum akhirnya surut, meninggalkan material lumpur, sampah, dan ranting yang menyulitkan aktivitas warga.

“Lumpur tebal sekali. Semua perabotan di rumah kami kotor dan rusak. Ini butuh waktu lama untuk membersihkannya,” kata seorang warga Desa Sitiarjo, sambil menunjukkan kondisi rumahnya.

BPBD telah menyalurkan bantuan logistik berupa makanan, selimut, dan obat-obatan untuk meringankan beban warga terdampak.

Dampak di Kecamatan Gedangan dan Longsor di Tirtoyudo-Ampelgading

Selain Sumbermanjing Wetan, Kecamatan Gedangan juga dilanda banjir. Desa Sidodadi dan Desa Gajahrejo menjadi titik terdampak dengan total 45 rumah terendam.

Ketinggian air mencapai 60 sentimeter, namun berkat kondisi drainase yang lebih baik, air surut dalam waktu dua jam.

“Meski genangan tidak berlangsung lama, masyarakat tetap melakukan pembersihan rumah dan lingkungan dengan gotong royong,” kata seorang relawan.

BPBD menyatakan kondisi di Gedangan relatif terkendali, sehingga tidak memerlukan tambahan bantuan besar.

Baca Juga: Temenggungan Gelar Bersholawat Peringati Maulid Nabi, Jalan KH. Ahmad Dahlan Ditutup

Bencana tanah longsor turut terjadi di Kecamatan Tirtoyudo dan Ampelgading. Di Tirtoyudo, empat rumah warga di Desa Sumbertangkil rusak tertimpa longsoran. Sementara di Ampelgading, dua rumah di Desa Wirotaman mengalami hal serupa.

“Longsor terjadi saat dini hari. Kami langsung evakuasi keluarga ke tempat yang lebih aman,” ujar seorang warga Desa Wirotaman.

BPBD bersama relawan segera melakukan pembersihan material tanah dan memberikan bantuan logistik.

Penanganan cepat ini penting untuk mencegah longsor susulan, mengingat kontur tanah di wilayah selatan rawan pergeseran ketika diguyur hujan deras.

Kolaborasi Penanganan Bencana dan Rencana Lanjutan

Penanganan bencana di Malang Selatan menjadi bukti nyata dari sinergi berbagai pihak. Lebih dari 20 unsur terlibat dalam operasi penanganan, meliputi TNI, Polri, PMI, Dinas PU Bina Marga, Perumda Tirta Kanjuruhan, hingga kelompok relawan SAR dan KSB.

Kolaborasi ini menunjukkan solidaritas dalam menghadapi situasi darurat. Pembersihan dilakukan menggunakan alat berat dan juga secara manual oleh masyarakat.

Selain itu, pengurasan sumur warga dilaksanakan untuk menjamin ketersediaan air bersih pasca banjir.

“Air sumur tercemar lumpur. Kami butuh air bersih untuk minum dan memasak,” kata seorang warga.

Kegiatan ini dijadwalkan berlangsung hingga 24 September 2025 dengan dukungan dari PMI dan Dinas Kesehatan.

“Pembersihan sumur di Desa Sitiarjo menjadi prioritas. Hal ini penting untuk mencegah penyebaran penyakit akibat kualitas air yang tercemar lumpur,” kata Sadono Irawan dari BPBD.

Sadono menambahkan bahwa penanganan bencana akan terus dilanjutkan pada pekan berikutnya. Upaya tersebut tidak hanya fokus pada pembersihan, tetapi juga pemulihan infrastruktur jalan serta penguatan tanggul untuk mencegah banjir berulang.

“Kami akan berkoordinasi dengan Dinas terkait untuk melakukan perbaikan jangka panjang,” tegasnya.

Pentingnya Mitigasi dan Kesiapsiagaan

Peristiwa banjir dan longsor di Malang Selatan menunjukkan bahwa bencana hidrometeorologi masih menjadi ancaman nyata.

Wilayah dengan kontur pegunungan dan aliran sungai yang banyak membuat Malang Selatan rentan ketika hujan deras turun. Oleh karena itu, mitigasi jangka panjang sangat diperlukan.

  • Pemetaan Daerah Rawan: Pemerintah perlu melakukan pemetaan komprehensif untuk mengidentifikasi daerah yang paling berisiko.
  • Perbaikan Infrastruktur: Perbaikan saluran air dan penguatan tanggul sungai harus menjadi agenda prioritas.
  • Edukasi Masyarakat: Masyarakat juga harus diberi edukasi tentang pentingnya menjaga lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, dan mengenali tanda-tanda awal bencana.

Dengan langkah antisipasi yang tepat, risiko kerugian dapat ditekan dan keselamatan warga lebih terjamin.

“Bencana ini adalah pengingat bagi kita semua untuk lebih peduli pada lingkungan dan lebih siap menghadapi cuaca ekstrem,” pungkas Sadono.

Banjir dan longsor yang melanda empat kecamatan di Malang Selatan menjadi peringatan penting tentang kerentanan daerah terhadap bencana alam. Ribuan warga terdampak, rumah dan fasilitas umum mengalami kerusakan, serta aktivitas masyarakat terganggu.

Namun, kolaborasi yang solid antara pemerintah, aparat, relawan, dan masyarakat menunjukkan solidaritas dalam menghadapi bencana.

Ke depan, penguatan mitigasi dan kesiapsiagaan perlu menjadi prioritas agar kejadian serupa dapat diminimalisasi, memastikan bahwa warga Malang Selatan dapat hidup lebih aman dan nyaman.

Baca Juga: Polri Membekukan Penggunaan Sirine dan Strobo untuk Pengawalan Pejabat