InfoMalang –Bencana alam Indonesia kembali menunjukkan intensitasnya dalam kurun waktu singkat. Berdasarkan laporan resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tercatat enam bencana dalam sehari yang terjadi di berbagai daerah. Kejadian itu berlangsung sejak Sabtu (12/7/2025) pukul 07.00 WIB hingga Minggu (13/7/2025) pukul 07.00 WIB.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyampaikan bahwa peristiwa ini menjadi bukti nyata bagaimana risiko bencana alam Indonesia harus diantisipasi secara serius. Terutama saat memasuki masa transisi musim, ancaman dapat datang dari berbagai arah sekaligus.
“Selama 24 jam tersebut, ada enam bencana baru yang dilaporkan. Kondisi ini menuntut kesiapsiagaan semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, karena potensi bencana bisa muncul kapan saja,” ungkap Abdul dalam keterangan persnya.
Kekeringan di Purworejo, Jawa Tengah
Di Dusun Sejagir, Kecamatan Begelen, Kabupaten Purworejo, kekeringan melanda akibat kemarau panjang. Sebanyak 36 kepala keluarga atau 108 jiwa terdampak langsung. Warga kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk memasak, minum, dan mencuci.
Sebagai langkah cepat, BPBD Purworejo menyalurkan 10.000 liter air bersih dengan menggunakan dua truk tangki. Bantuan ini diharapkan dapat meringankan beban warga yang terdampak bencana alam Indonesia tersebut. Namun, solusi sementara ini belum menjawab persoalan jangka panjang. Pemerintah daerah diminta menyiapkan sistem distribusi udara yang lebih berkelanjutan.
Baca Juga: ratusan Diaspora Indonesia Long March ke KJRI New York, Serahkan 17+8 Tuntutan Rakyat
Karhutla di Kabupaten Toba, Sumatera Utara
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) seluas tujuh hektar terjadi di Desa Pagar Batu, Kecamatan Balige. Api baru bisa dipadamkan pada malam hari setelah mengerahkan personel gabungan dari BPBD, TNI, Polri, dan masyarakat setempat.
Meski berhasil dikendalikan, kejadian ini menandakan rapuhnya ekosistem lahan kering. Saat musim kemarau, percikan api kecil saja bisa memicu kebakaran besar. Karhutla di Toba menambah panjang daftar bencana alam Indonesia yang rentan terjadi di wilayah Sumatera.
Angin Kencang di Serdang Bedagai
Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, diterjang angin kencang yang merusak 46 rumah warga. Dua orang melaporkan luka-luka akibat tertimpa material bangunan yang roboh. Korban luka segera dievakuasi ke RSUD Sultan Sulaiman untuk mendapatkan perawatan.
BPBD membantu melakukan asesmen kerusakan dan memberikan darurat berupa logistik serta terpal untuk sementara menutup atap rumah yang rusak. Peristiwa ini menampilkan variasi ancaman bencana alam Indonesia yang tidak melulu berupa banjir atau kekeringan, tetapi juga cuaca ekstrem.
Angin Kencang di Rokan Hulu, Riau
Bencana serupa juga menimpa Kabupaten Rokan Hulu. Sebanyak 73 rumah warga mengalami kerusakan akibat terjangan angin. Dari jumlah tersebut, 19 rumah rusak berat, 24 rusak sedang, dan sisanya rusak ringan.
Fasilitas umum tak luput dari jalur. Beberapa sekolah dan rumah ibadah mengalami kerusakan pada bagian atap dan dinding. Kondisi ini menampilkan bagaimana bencana alam Indonesia memberikan dampak yang luas, tidak hanya pada rumah tinggal, tetapi juga sarana pendidikan dan keagamaan.
Banjir di Kota Palu, Sulawesi Tengah
Curah hujan tinggi memicu banjir lokal di tiga kecamatan di Kota Palu, yakni Palu Barat, Palu Timur, dan Palu Selatan. Air menggenangi 111 rumah warga
Meski banjir surut beberapa jam kemudian, warga masih berupaya membersihkan lumpur dan memperbaikinya
Karhutla di Wilayah Sumatera
Selain di Toba, titik-titik kebakaran lahan kecil juga muncul di sejumlah wilayah lain di Sumatera. Kondisi lahan kering menjadi pemicu utama mudahnya api menyebar. BNPB menyatakan, tanpa patroli rutin dan kerja sama dengan masyarakat, bencana alam Indonesia dari jenis karhutla akan semakin sulit dikendalikan.
Peringatan ini juga menjadi pengingat agar aktivitas pembukaan lahan dengan cara pembakaran harus dihentikan. Praktik tersebut tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga memperbesar risiko karhutla setiap tahun.
Ancaman Ganda: Basah dan Kering
Uniknya, meski musim kemarau sudah berlangsung, sekitar 70 persen wilayah Indonesia masih memiliki potensi hujan lebat. Kondisi ini menciptakan situasi ganda, di mana banjir dan karhutla bisa terjadi secara bersamaan di daerah yang berbeda.
Fenomena ini disebut Abdul Muhari sebagai ciri khas ben
Imbauan Kesiapsiagaan dari BNPB
BNPB mengeluarkan imbauan agar masyarakat lebih waspada menghadapi dinamika cuaca dan iklim. Ada tiga hal utama yang ditekankan. Pertama, antisipasi kekeringan dengan distribusi air bersih dan pengelolaan sumber daya air. Kedua, meningkatkan patroli di wilayah rawan karhutla seperti Riau, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, dan NTT. Ketiga, waspada terhadap cuaca ekstrem berupa angin kencang dan hujan deras.
Masyarakat juga diingatkan untuk tidak berteduh di bawah pohon besar atau bangunan rapuh saat terjadi badai. Selain itu, peringatan dini cuaca dari BMKG harus selalu diperhatikan sebelum beraktivitas di luar rumah.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan dampak bencana alam Indonesia dapat diminimalkan. Kesadaran bersama menjadi kunci agar keselamatan warga tetap terjaga di tengah kondisi alam yang semakin tidak diketahui.















