infomalang.com/ – Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan tujuh hari reverse repo rate di level 5,25% pada pertemuan kebijakan 20 Agustus mendatang. Keputusan ini diyakini sebagai langkah berhati-hati BI dalam menilai dampak dari pemangkasan suku bunga sebelumnya, mengingat inflasi menunjukkan tanda-tanda kenaikan dan perekonomian masih bergerak cukup solid.
Menurut jajak pendapat terbaru yang dilakukan Reuters, mayoritas ekonom memprediksi BI memilih untuk menahan suku bunga di level saat ini. Sebanyak 24 dari 29 ekonom menyatakan BI akan tetap mempertahankan bunga acuan, sementara sisanya memperkirakan adanya pemangkasan 25 basis poin. Proyeksi ini mencerminkan sikap hati-hati otoritas moneter nasional dalam menjaga stabilitas keuangan sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Jadi Pertimbangan
Sejak September 2024 hingga Juli 2025, BI telah memangkas total suku bunga sebesar 100 basis poin. Terbaru, pemangkasan 25 basis poin dilakukan bulan lalu, sehingga suku bunga acuan turun menjadi 5,25%. Namun, meski suku bunga sudah diturunkan, pertumbuhan pinjaman di sektor perbankan terpantau masih lamban. Hal ini menandakan bahwa transmisi kebijakan moneter belum sepenuhnya efektif.
Di sisi lain, ekonomi Indonesia masih mencatat pertumbuhan 5,12% pada kuartal II 2025, lebih tinggi dari perkiraan banyak analis. Meski demikian, inflasi meningkat menjadi 2,37% pada Juli, mendekati titik tengah target BI sebesar 1,5%–3,5%. Lonjakan inflasi inti, terutama akibat tekanan harga pangan, menjadi alasan utama mengapa BI dinilai perlu mengambil jeda untuk menilai kembali arah kebijakan berikutnya.
Euben Paracuelles, Kepala Ekonom ASEAN di Nomura, menyebut bahwa kenaikan inflasi inti cukup signifikan dan bisa berdampak pada keranjang harga pokok. “Karena itu, langkah paling bijak bagi BI saat ini adalah berhenti sejenak sebelum mempertimbangkan pemangkasan lanjutan,” ungkapnya.
Momentum Pelonggaran Diperkirakan di Kuartal IV
Meski menahan suku bunga dalam waktu dekat, peluang pelonggaran pada kuartal IV tahun ini tetap terbuka lebar. Dari jajak pendapat Reuters, 14 dari 24 ekonom memperkirakan BI akan menjaga suku bunga tetap di 5,25% hingga akhir kuartal III. Sementara itu, sembilan ekonom memprediksi ada pemangkasan 25 basis poin, dan satu ekonom bahkan memperkirakan penurunan hingga 50 basis poin.
Kondisi eksternal juga berperan penting dalam proyeksi arah kebijakan BI. Ekspektasi bahwa Federal Reserve Amerika Serikat (The Fed) akan memangkas suku bunga dua kali lagi pada akhir tahun 2025 memberi ruang tambahan bagi BI untuk melakukan pelonggaran. Jika tekanan eksternal berkurang, Indonesia memiliki kesempatan untuk menyesuaikan kebijakan moneternya tanpa mengganggu stabilitas nilai tukar rupiah.
Baca Juga:Pemerintah Siapkan Strategi Penarikan Utang Rp 781,87 Triliun pada 2026
Faktor Risiko yang Masih Mengintai
Meski ada peluang pelonggaran, risiko tetap ada. Pertumbuhan kredit yang masih lambat bisa mengurangi efektivitas pemangkasan suku bunga lebih lanjut. Selain itu, tekanan inflasi dari harga pangan global serta potensi pelemahan daya beli masyarakat domestik juga perlu diwaspadai.
Lavanya Venkateswaran, ekonom dari OCBC, menambahkan bahwa momentum pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan melambat pada paruh kedua tahun ini. Dengan sikap fiskal pemerintah yang cenderung netral, beban terbesar akan kembali berada di pundak kebijakan moneter BI. “Kebijakan moneter harus melakukan tugas berat untuk menjaga pertumbuhan tetap solid di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian,” ujarnya.
Prospek hingga Akhir Tahun
Menjelang akhir 2025, mayoritas ekonom memproyeksikan suku bunga acuan BI berada di kisaran 5,00% hingga 4,75%. Dari 23 responden dalam survei, 15 ekonom memperkirakan BI akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5,00% pada akhir tahun, enam memperkirakan lebih agresif hingga 4,75%, sementara hanya satu ekonom melihat kemungkinan penurunan lebih dalam ke 4,50%.
Kendati demikian, ada pula kemungkinan BI mempertahankan suku bunga di 5,25% hingga akhir tahun jika inflasi terus meningkat. Faktor ini membuat keputusan BI akan sangat bergantung pada dinamika harga pangan, pergerakan rupiah, serta tren global, khususnya kebijakan moneter The Fed.
Secara keseluruhan, sikap hati-hati Bank Indonesia mencerminkan kebutuhan untuk menjaga keseimbangan antara mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengendalikan inflasi. Dengan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25% pada Agustus, BI berupaya memberikan ruang bagi kebijakan sebelumnya untuk bekerja lebih efektif.
Jika kondisi global dan domestik mendukung, peluang pemangkasan suku bunga pada kuartal IV tetap terbuka. Namun, keputusan itu akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan inflasi, pertumbuhan kredit, serta arah kebijakan bank sentral utama dunia.
Dengan langkah terukur ini, BI berupaya memastikan bahwa stabilitas ekonomi nasional tetap terjaga, sembari membuka jalan bagi pemulihan pertumbuhan yang lebih inklusif di sisa tahun 2025.
Baca Juga:LPG 3 Kg Terancam Habis, Pertamina Lakukan Pengendalian Distribusi di Malang Raya















