InfoMalang – Buntut Keracunan MBG yang dialami pelajar dan guru di MTs Al Khalifah, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang terus ditindaklanjuti oleh aparat kepolisian. Kasus ini naik ke level penyidikan serius setelah puluhan siswa mengalami gejala seperti mual, pusing, dan muntah-muntah setelah mengonsumsi menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Kamis (23/10/2025).
Pihak Polres Malang melalui Kasat Reskrim, AKP Mohammad Nur, memastikan bahwa penyelidikan terkait Buntut Keracunan MBG ini melibatkan serangkaian pemeriksaan saksi, pengambilan sampel dan pengiriman ke laboratorium forensik. “Kami akan merangkai kronologinya dari awal sampai akhir,” ujar Nur.
Kronologi Insiden Buntut Keracunan MBG
Keracunan MBG bermula ketika siswa dan guru MTs Al Khalifah mengonsumsi paket makanan program MBG yang disediakan oleh satuan layanan pemenuhan gizi (SPPG) Mangunrejo, Kepanjen. Menu yang disajikan adalah nasi ayam katsu dengan sayur wortel-jagung. Kemudian timbul gejala keracunan.
Setidaknya 38 orang terindikasi keracunan: 36 siswa dan 2 guru mengalami mual dan muntah. Sekolah menghentikan sementara penerimaan menu MBG dan menunggu hasil laboratorium terkait kejadian Keracunan MBG.
Baca Juga:Empat Kereta Tujuan Malang Tertahan Akibat Banjir di Semarang
Penyelidikan Polisi dan Pengambilan Sampel
Keracunan MBG kini melibatkan pihak kepolisian yang telah memeriksa driver SPPG Mangunrejo, perwakilan guru, dan kepala SPPG sebagai saksi kunci. AKP Nur menyebut bahwa polisi juga telah mengirimkan sampel lauk, sayur, dan bekas muntahan ke Laboratorium Forensik Polda Jawa Timur untuk keperluan analisis.
Pengiriman sampel ini merupakan langkah penting dalam rangka memastikan penyebab Keracunan MBG apakah berasal dari bakteri, keracunan makanan, atau faktor lain. Hasil analisis diharapkan membantu menentukan tanggung jawab hukumnya.
Respons Dinas Kesehatan dan Sekolah terhadap Buntut Keracunan MBG
Keracunan MBG membuat pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Malang (Dinkes) memilih bersikap hati-hati. Kepala Dinkes drg. Wiyanto Wijoyo menyampaikan bahwa hasil laboratorium belum keluar dan mereka masih menunggu data lebih lanjut.
Sementara itu, pihak sekolah MTs Al Khalifah sudah melaporkan bahwa satu siswa masih dirawat karena terdiagnosa tipes setelah mengonsumsi menu MBG. Sekolah juga menghentikan layanan MBG sementara hingga hasil investigasi keluar.
Efek Buntut Keracunan MBG terhadap Program dan Kepercayaan Publik
Buntut Keracunan MBG ini memberikan dampak besar terhadap kepercayaan orang tua siswa dan penerima manfaat program. Banyak orang tua merasa khawatir dan trauma setelah insiden di MTs Al Khalifah terjadi. Bahkan meskipun program MBG bertujuan baik, kejadian tersebut memicu pengawasan ketat terhadap kualitas penyajian.
Selain itu, program MBG yang melibatkan SPPG sebagai penyedia makanan bergizi gratis kini menjadi sorotan. Komisi IV DPRD Kabupaten Malang telah meninjau sejumlah SPPG untuk memastikan protokol kebersihan dan standar operasional prosedur (SOP) dijalankan secara ketat.
Dugaan Penyebab Buntut Keracunan MBG
Keracunan MBG di MTs Al Khalifah diduga karena beberapa faktor: salah satu adalah keterlambatan pengiriman makanan, kondisi makanan yang tidak hangat, dan kemungkinan proses pengolahan yang kurang higienis. Siswa menyebut paket MBG tiba dalam kondisi dingin, berbeda dari sehari-hari yang hangat.
Kasatreskrim juga menyebut bahwa driver dan penyedia makanan akan diperiksa secara mendalam untuk mengetahui apakah ada pelanggaran kebersihan atau kesalahan distribusi yang menjadi pemicu utama Buntut Keracunan MBG.
Langkah-Langkah Korektif Usai Buntut Keracunan MBG
Keracunan MBG mengharuskan pemangku kebijakan melakukan evaluasi cepat. Sekolah dan dinas berkoordinasi untuk menangguhkan sementara layanan MBG sampai ditemukan akar permasalahan. Pemerintah daerah melalui Dinkes juga menerapkan inspeksi mendadak ke SPPG yang terlibat.
DPRD Kabupaten Malang turut meminta agar SPPG yang belum mengantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) segera mendapatkan pendampingan agar tidak terjadi lagi Buntut Keracunan MBG serupa.
Tantangan dalam Penanganan Buntut Keracunan MBG
Penanganan Keracunan MBG tidak mudah karena melibatkan banyak pihak: sekolah, penyedia makanan, distributor SPPG, dan pihak laboratorium forensik. Koordinasi antarinstansi menjadi kunci agar proses investigasi berjalan cepat dan transparan.
Selain itu, pengawasan terhadap SPPG di wilayah Kabupaten Malang masih harus ditingkatkan agar insiden seperti Buntut Keracunan MBG tidak terulang. Implementasi SOP, kontrol suhu, kebersihan dapur dan distribusi harus menjadi prioritas.
Pentingnya Transparansi dan Komunikasi Publik
Dalam menghadapi Keracunan MBG, transparansi di pihak penyelenggara sangat vital. Sekolah, dinas dan pihak penyedia harus memberikan informasi yang jelas kepada orang tua dan masyarakat. Kepala sekolah MTs Al Khalifah menyebut bahwa orang tua siswa sekarang butuh keyakinan bahwa layanan MBG aman.
Pemerintah daerah diharapkan memberikan update rutin tentang hasil laboratorium, langkah korektif, dan standar keamanan pangan agar kepercayaan publik pulih pasca Buntut Keracunan MBG.
Monitoring Lanjutan dan Evaluasi Program MBG
Setelah insiden Keracunan MBG, Pemkab Malang kini memperkuat monitoring program MBG. Nantinya, semua SPPG yang tersebar di kecamatan akan mendapatkan pengawasan reguler, audit kualitas makanan, dan pelatihan ulang penyedia jasa makanan.
Dinas Ketahanan Pangan, Dinkes, dan BKPSDM akan berkolaborasi dalam menyusun sistem evaluasi terkait SPPG, distribusi dan penerima manfaat MBG agar kejadian seperti Buntut Keracunan MBG dapat dicegah di masa mendatang.















