Breaking

Car Free Day Malang Tercemar, Pedagang Kaki Lima Serbu Zona Terlarang

Car Free Day (CFD) Kota Malang yang sejatinya menjadi ruang publik bebas kendaraan dan polusi, kembali tercemar oleh kehadiran Pedagang Kaki Lima (PKL) yang nekat berjualan di zona terlarang. Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran dari masyarakat dan aparat penegak ketertiban, mengingat CFD adalah ruang hijau dan sehat untuk warga.

Penertiban oleh Satpol PP Kota Malang

Pada Minggu pagi, sejumlah personel Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Malang melakukan penertiban terhadap PKL yang melanggar batas area yang telah ditentukan. Dalam kegiatan itu, Satpol PP lebih mengedepankan pendekatan persuasif kepada para pedagang.

“Kami menegur dan mengarahkan para pedagang untuk segera meninggalkan zona yang dilarang untuk berjualan. CFD harus dikembalikan fungsinya sebagai ruang publik sehat,” ujar salah satu petugas Satpol PP.

Upaya penertiban ini bukan kali pertama dilakukan. Satpol PP secara rutin melakukan pengawasan, namun masih ditemukan PKL yang memanfaatkan momen CFD untuk berjualan di titik-titik strategis, terutama yang ramai pengunjung.

Alasan PKL Nekat Jualan di Zona Terlarang

Beberapa PKL yang ditemui di lokasi mengaku bahwa CFD merupakan momen yang menguntungkan dari segi ekonomi. Banyaknya pengunjung yang datang untuk berolahraga atau sekadar jalan-jalan menjadi peluang besar bagi mereka.

“Kalau jualan di luar CFD, pembelinya sepi. Di sini ramai, jadi bisa buat nambah pemasukan keluarga,” ujar salah satu pedagang yang enggan disebutkan namanya.

Meski memahami kebutuhan ekonomi, pihak Satpol PP tetap menekankan pentingnya menjaga aturan. Keberadaan PKL di zona terlarang mengganggu kenyamanan dan keselamatan pengunjung yang datang untuk menikmati suasana bebas kendaraan.

Baca Juga: Ombak Tinggi Intai Pantai Malang Selatan di Musim Kemarau Basah

Dampak Terhadap Kenyamanan Warga

Kehadiran PKL di area terlarang CFD jelas berdampak terhadap kenyamanan warga. Banyak warga yang merasa aktivitas olah raga atau sekadar bersantai mereka terganggu.

“Saya datang ke CFD untuk jogging, tapi harus zig-zag menghindari lapak pedagang. Selain itu, banyak sampah yang tertinggal. Jadi kurang nyaman,” kata Dinda, salah satu pengunjung rutin CFD.

Selain mengganggu alur pejalan kaki, penumpukan massa di lapak-lapak pedagang juga berisiko menimbulkan kemacetan di titik-titik tertentu. Hal ini tentu bertentangan dengan tujuan utama CFD sebagai kawasan tertib, bersih, dan sehat.

Upaya Solutif Pemkot Malang

Pemerintah Kota Malang melalui Satpol PP dan Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopindag) tengah mengkaji solusi jangka panjang untuk menata PKL tanpa menghilangkan peluang ekonomi mereka. Salah satu wacana adalah menyediakan zona khusus bagi pedagang yang jauh dari jalur utama CFD.

“Kami tidak anti terhadap kegiatan ekonomi, namun harus ada penataan yang baik agar semua pihak bisa nyaman dan tertib. Kami berupaya mencari titik tengah agar PKL tetap bisa berjualan tanpa merusak tatanan CFD,” ujar pejabat Diskopindag Kota Malang.

Kolaborasi lintas instansi dan penguatan komunikasi dengan komunitas PKL menjadi langkah penting yang sedang ditempuh pemerintah. Edukasi mengenai peran penting CFD sebagai ruang sehat juga terus digalakkan melalui media sosial dan penyuluhan di lapangan.

Kegiatan CFD di Kota Malang seharusnya menjadi ruang sehat dan bebas gangguan bagi warga kota. Sayangnya, masih banyak PKL yang melanggar aturan dan mencemari suasana dengan mendirikan lapak di area terlarang. Meski ada alasan ekonomi di balik aksi mereka, aturan tetap harus ditegakkan demi kepentingan bersama.

Upaya penertiban secara persuasif serta pendekatan humanis menjadi kunci dalam menjaga ketertiban CFD. Dengan dukungan warga, pelaku usaha kecil, dan kebijakan tepat dari Pemkot Malang, diharapkan Car Free Day bisa kembali menjadi ruang publik yang nyaman, aman, dan tertib untuk semua.

Baca Juga: Embun Es Kembali Selimuti Bromo, Pesona Bunga Salju di Musim Kemarau