Awal Mula: Dari Diet hingga Bisnis
Pada tahun 2018, Uma memulai usaha dimsum setelah menjalani program diet yang membutuhkan makanan rendah karbohidrat dan tinggi protein. Ia dan saudaranya meracik dimsum sendiri hingga akhirnya memutuskan untuk menjualnya.
“Dimsum itu rendah karbo dan tinggi protein. Banyak teman yang suka, jadi saya putuskan untuk dijual,” kata Uma dalam wawancara, Senin (18/3/2024). Ia memulai bisnisnya dengan konsep lesehan di Pasar Condronegaran, menciptakan suasana santai seperti budaya “Yum Cha” di Tiongkok.
Viral di Twitter, Antrean Mengular
Bisnis Uma mulai dikenal luas setelah postingan tentang dimsum-nya viral di Twitter. Postingan tersebut di-repost hingga 14 ribu kali, bahkan mendapat perhatian dari selebtwit.
“Awalnya saya buka warung dimsum ini untuk tempat santai sepulang kerja. Tidak disangka malah ramai dan antre sejak jam 4 sore,” ungkapnya.
Kesuksesan ini memungkinkan Uma membuka cabang baru di berbagai kota seperti Gor Klebengan, Solo, dan Magelang. Kini, tiap outlet bisa menjual hingga 1.500 dimsum per hari.
Baca Juga : Depot Tanjung Api, Destinasi Kuliner Autentik Bernuansa Melayu di Malang
Harga Terjangkau, Kunci Kesuksesan
Uma mematok harga Rp 3.000 per buah untuk memastikan dimsum dapat dijangkau oleh semua kalangan, terutama mahasiswa. Ia juga mengandalkan promosi dari mulut ke mulut tanpa iklan berlebihan.
“Saya paham betul harga itu penting. Jadi, saya buat semurah mungkin,” jelasnya.
Konsistensi Rasa dan Kualitas
Untuk menjaga kualitas, Uma rutin melakukan kontrol ke semua outlet. Ia memastikan dimsum selalu fresh sebelum dijual.
“Kalau ada masalah di dapur, kita langsung evaluasi. Kualitas rasa adalah prioritas utama,” pungkasnya.
Baca Juga : Daftar Menu Depot Tanjung Api Beserta Harganya