Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang terus menunjukkan komitmennya dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Pada tahun 2025 ini, DLH menargetkan pertumbuhan kampung iklim (Proklim) baru di setiap kecamatan yang ada di wilayah Kota Malang. Upaya ini sejalan dengan tujuan nasional untuk memperkuat ketahanan lingkungan melalui partisipasi aktif masyarakat.
Kepala DLH Kota Malang, Noer Rahman Wijaya, menjelaskan bahwa pihaknya berencana menambah lima hingga enam kawasan Proklim di setiap kecamatan. Langkah ini bertujuan untuk memperluas jangkauan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang berbasis komunitas. “Target kami di 2025, setiap kecamatan bisa memiliki tambahan 5 sampai 6 kampung iklim. Tahun lalu sudah ada 23 lokasi Proklim yang berjalan aktif,” ujar Rahman.
Program Kampung Iklim sendiri merupakan program nasional yang digagas oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Program ini bertujuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dan pemerintah daerah dalam menghadapi dampak perubahan iklim dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
DLH Kota Malang melihat bahwa perubahan iklim bukan hanya isu global, tetapi juga menyentuh kehidupan sehari-hari masyarakat. Oleh karena itu, pelibatan komunitas lokal menjadi kunci keberhasilan program ini. Rahman menyebutkan bahwa program Proklim akan difokuskan pada aksi nyata di tingkat desa, kelurahan, bahkan lingkungan RW atau RT. “Fokus kami adalah membentuk gerakan nyata dari masyarakat. Dari lingkungan terkecil, kita bisa ciptakan dampak besar,” tambahnya.
Baca Juga: Atlet Muda Kota Batu Rebut Perak Catur Campuran
Namun, tantangan masih ada. Salah satunya adalah belum meratanya partisipasi masyarakat dalam kegiatan Proklim. Sosialisasi memang telah dilakukan, tetapi tingkat kesadaran serta keterlibatan aktif masyarakat dinilai masih perlu ditingkatkan. “Yang paling penting adalah membangun kesadaran bersama. Perilaku berwawasan lingkungan harus menjadi budaya,” ujar Rahman.
Untuk mengatasi hal tersebut, DLH juga tengah mendorong tersedianya struktur dan infrastruktur pendukung. Fasilitas seperti sumur resapan, lubang biopori, dan ruang terbuka hijau menjadi bagian penting dari implementasi Proklim. Selain itu, kegiatan seperti urban farming juga didorong agar masyarakat tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga mendapatkan manfaat ekonomi.
Contoh konkret dari pelaksanaan Proklim di Kota Malang bisa dilihat di RW 2 Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sukun. Wilayah ini telah berhasil menjalankan berbagai inisiatif lingkungan, seperti pembangunan sumur resapan, pengelolaan sampah berbasis warga, dan budidaya tanaman pangan. Atas upaya tersebut, RW tersebut telah diverifikasi oleh KLHK pada tahun 2024 sebagai wilayah Proklim aktif.
Kesuksesan Kebonsari menjadi inspirasi bagi wilayah lain di Kota Malang. DLH kini aktif menjalin komunikasi dengan perangkat kelurahan, RW, dan komunitas lokal untuk menjaring lebih banyak calon kampung iklim. Proses ini dilakukan secara bertahap dengan pendampingan teknis dan pembinaan yang berkelanjutan.
Program Proklim juga mendukung tercapainya target pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya pada poin tentang perubahan iklim, kota berkelanjutan, serta konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, inisiatif ini menjadi bagian penting dari kebijakan lingkungan Kota Malang yang berorientasi jangka panjang.
DLH Kota Malang optimis bahwa melalui kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat, program ini dapat berkembang secara masif. Kesadaran lingkungan yang tumbuh dari tingkat lokal akan menjadi kekuatan besar dalam melindungi bumi dari dampak perubahan iklim.
Baca Juga: Tulungrejo Kota Batu Larang Toko Modern, Ini Alasannya
Sebagai penutup, Rahman kembali menekankan bahwa pertumbuhan kampung iklim bukan sekadar target angka, tetapi bagian dari transformasi sosial. “Kami tidak hanya ingin menambah jumlah, tapi juga membangun kualitas kampung iklim. Lingkungan yang sehat adalah hasil dari kebiasaan yang baik dan gotong royong,” tegasnya.
Dengan semangat tersebut, DLH Kota Malang terus mendorong pertumbuhan kampung iklim baru yang inklusif, berkelanjutan, dan membawa manfaat nyata bagi masyarakat dan lingkungan.















