Breaking

Dompet Melangsing? Waspada Ancaman Resesi Ekonomi!

Awal tahun ini, sinyal bahaya kembali muncul: daya beli masyarakat Indonesia melemah. infomalang.com/ melaporkan bahwa kondisi ini diperkirakan akan berlanjut hingga kuartal I-2025, mengancam daya tahan ekonomi rumah tangga. Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Raden Pardede, mengungkapkan kekhawatirannya berdasarkan data indeks belanja dari sejumlah bank besar nasional, seperti Mandiri Spending Index dan Intrabel BCA. "Ini indikator peringatan dini yang menunjukkan adanya pelemahan," tegas Raden dalam acara Economic Outlook 2025 di Hotel Westin, Jakarta, Rabu (26/2/2025).

Raden menjelaskan bahwa pelemahan daya beli ini disebabkan oleh beberapa faktor. Hilangnya efek musiman, seperti euforia Pemilu 2024 yang mendorong konsumsi, menjadi salah satu penyebab utama. “Bandingkan dengan Januari tahun lalu, ada kenaikan signifikan dari belanja politik,” imbuhnya. Pemilu yang biasanya menjadi pendorong sementara bagi perekonomian, kali ini tidak memberikan dampak jangka panjang yang cukup untuk mempertahankan tingkat konsumsi masyarakat.

Baca juga : Rahasia di Balik Gerakan Saham Miliarder!

Dompet Melangsing? Waspada Ancaman Resesi Ekonomi!
Gambar Istimewa : awsimages.detik.net.id

Faktor lain yang tak kalah penting adalah minimnya lapangan kerja formal. Hal ini mengakibatkan rendahnya upah yang diterima pekerja, sehingga sulit memenuhi kebutuhan hidup. “Penelitian terbaru, termasuk dari World Bank, menunjukkan bahwa penciptaan lapangan kerja lebih banyak berasal dari perusahaan rumah tangga yang umumnya tidak mampu memberikan gaji yang memadai,” ungkap Raden. Kondisi ini memperburuk ketimpangan ekonomi dan menghambat pertumbuhan kelas menengah yang menjadi motor utama konsumsi dalam negeri.

Dampak dari situasi ini terlihat dari menyusutnya jumlah kelas menengah Indonesia. Data BPS menunjukkan penurunan signifikan, dari 57,33 juta orang (21,45% penduduk) pada 2019 menjadi 47,85 juta orang (17,13%) pada 2024. Artinya, 9,48 juta orang kehilangan status kelas menengah. “Ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah mendatang,” kata Raden. Ia menambahkan bahwa keberadaan kelas menengah yang kuat dapat meningkatkan daya beli, mendorong belanja properti, otomotif, serta ekspansi perusahaan dengan peningkatan gaji karyawan.

Pelemahan daya beli ini menjadi peringatan serius bagi perekonomian Indonesia. Jika tidak segera diatasi, situasi ini dapat memicu perlambatan pertumbuhan ekonomi, bahkan berpotensi menimbulkan resesi. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan strategis yang dapat mendorong penciptaan lapangan kerja formal, meningkatkan upah, serta memperkuat kelas menengah agar daya beli masyarakat kembali meningkat.

Baca juga : IHSG Bakal Meroket! Bos BPI Beri Bocoran Mengejutkan