Breaking

Dorong Pelestarian Budaya, Warga RW 11 Merjosari Gelar Festival Kampung Klasik

 

MALANG – Indonesia adalah negara yang kaya akan warisan budaya, dan semangat untuk melestarikannya terus hidup di berbagai lapisan masyarakat.

Salah satu contoh nyata terlihat di RW 11 Merjosari, yang kembali menggelar Festival Kampung Klasik. Kegiatan yang sudah memasuki tahun ketiga ini menjadi bukti kuat bahwa inisiatif warga dapat menjadi motor penggerak untuk Dorong Pelestarian Budaya.

Festival ini bukan sekadar acara seremonial, melainkan perwujudan nyata dari kepedulian terhadap warisan leluhur.

Ketua RT 13, Doni Kurniawan, menjelaskan bahwa motivasi utama di balik festival ini adalah kecintaan terhadap tanah air dan budaya.

“Harapannya ke depan, semoga kegiatan ini bisa terus lestari sebagai bentuk cinta tanah air,” ujarnya. Antusiasme masyarakat yang sangat tinggi menjadi indikasi bahwa semangat Dorong Pelestarian Budaya di kalangan warga Merjosari sangat kuat.

Inisiatif Mandiri Tanpa Bantuan Pemerintah

Salah satu aspek yang paling menonjol dari Festival Kampung Klasik ini adalah sifatnya yang mandiri. Menurut Doni, kegiatan ini murni digerakkan oleh semangat warga Villa Bukit Tidar, khususnya di RW 11, tanpa adanya bantuan dana dari pemerintah. “Jadi memang benar-benar natural dari warga sekitar,” tambahnya.

Baca Juga:Arah Baru Budaya, Lima Rekomendasi Terpenting Lahir dari Kongres Kebudayaan Kota Batu

Hal ini membuktikan bahwa kesadaran untuk Dorong Pelestarian Budaya dapat muncul dari dalam masyarakat itu sendiri, tanpa harus menunggu dorongan dari pihak lain.

Seorang juri festival yang tidak ingin disebutkan namanya memberikan pandangan mendalam mengenai peran kegiatan ini. Menurutnya, Malang sebagai Kota Perjumpaan sangat strategis untuk menjadi miniatur dari beragam budaya.

“Melalui kegiatan ini, ruang kampung menjadi produktif. Tidak hanya itu, ini juga sekaligus memberikan edukasi pada kalangan muda tentang kekayaan budaya di Indonesia,” jelasnya. Ini adalah langkah strategis untuk Dorong Pelestarian Budaya di tengah gempuran budaya asing.

Festival ini juga berhasil membongkar stigma bahwa masyarakat di perumahan cenderung eksklusif. “Dari sini, ternyata masyarakat perumahan juga peduli terhadap kelestarian budaya dan mampu berbaur dengan khalayak,” tutur sang juri.

Kekompakan warga yang luar biasa menjadi aset penting yang perlu terus dirawat. Semangat gotong royong ini menjadi fondasi utama untuk Dorong Pelestarian Budaya.

Sinyal untuk Pemerintah dan Akademisi

Festival Kampung Klasik yang diselenggarakan secara mandiri ini juga mengirimkan sinyal penting kepada pemerintah dan perguruan tinggi.

Ini adalah panggilan bagi pemerintah untuk lebih peka terhadap inisiatif warga dalam merawat kebudayaan. Selain itu, Dorong Pelestarian Budaya juga memerlukan peran aktif dari perguruan tinggi, yang dapat hadir dengan semangat riset yang menjadi bagian dari tugas mereka.

Kolaborasi antara warga, pemerintah, dan akademisi akan menciptakan ekosistem budaya yang lebih kuat dan berkelanjutan.

Kegiatan ini bukan hanya menampilkan seni dan tradisi, tetapi juga membangun rasa memiliki dan kebersamaan di antara warga. Melalui festival, nilai-nilai luhur seperti gotong royong, toleransi, dan kebersamaan kembali dihidupkan.

Dorong Pelestarian Budaya bukan hanya tentang menjaga artefak, tetapi juga tentang merawat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Keberlanjutan festival ini menjadi cerminan komitmen warga RW 11. Mereka tidak hanya merayakan budaya setahun sekali, tetapi juga secara konsisten berupaya Dorong Pelestarian Budaya sebagai bagian dari identitas lingkungan mereka.

Komitmen ini patut menjadi contoh bagi daerah lain untuk secara mandiri mengambil peran aktif dalam menjaga warisan budaya.

Membangun Masa Depan Berbasis Budaya

Inisiatif warga Merjosari ini menunjukkan bahwa pelestarian budaya bisa dimulai dari level terkecil, yaitu komunitas. Dengan menyatukan sumber daya dan semangat yang ada, mereka mampu menciptakan sebuah pergerakan yang berdampak besar.

Festival ini menjadi magnet bagi warga sekitar untuk lebih mengenal dan mencintai budaya mereka sendiri. Dari kegiatan ini, muncul kesadaran bahwa budaya adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, bukan hanya sesuatu yang dirayakan dalam acara-acara besar.

Melalui festival ini, generasi muda juga mendapatkan kesempatan emas untuk berinteraksi langsung dengan seni dan tradisi lokal.

Mereka tidak hanya melihat, tetapi juga berpartisipasi, sehingga rasa memiliki terhadap budaya akan tumbuh secara alami. Ini adalah investasi jangka panjang untuk Dorong Pelestarian Budaya.

Kegiatan ini juga membuktikan bahwa dengan kreativitas, even budaya bisa dikemas secara menarik dan relevan dengan zaman.

Pengembangan Festival Kampung Klasik di masa depan bisa menjadi model percontohan bagi komunitas lain. Dengan dukungan pemerintah yang strategis, inisiatif ini dapat diperluas dan menjadi program nasional.

Sinergi ini akan memastikan bahwa setiap daerah di Indonesia memiliki gerakan serupa untuk menjaga warisan budaya mereka. Dorong Pelestarian Budaya adalah tugas kita bersama.

Baca Juga:Wajah Baru Taman Makam Pahlawan dan Taman Budaya Batu Enam Berkat Inisiasi Kadis LH Natuna