Dua anak muda asal Malang terpilih mengikuti forum internasional bertajuk Global Youth Innovation Summit (GYIS) 8 yang diselenggarakan oleh Pemuda Mendunia dan Sejahtera Centre for Sustainability and Humanity International Islamic University Malaysia (IIUM) di Singapura dan Kuala Lumpur, 15 -18 Juni 2025.
Dua delegasi terpilih itu adalah Farhan Alif Ujilast, anggota Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Timur dan Nafisa Al Zahra, siswi SMA Negeri 8 Malang. Farhan dan Nafisa juga juga menjadi pembicara dengan membawakan materi terkait isu sosial-ekonomi di kalangan anak muda. Keduanya tergabung dalam satu tim yang sama dengan judul presentasi “From Learning to Earing: Empowering Youth with Skills in Digital Era”.
Dalam materi yang disampaikan dalam bahasa Inggris, Nafisa terlebih dahulu memaparkan data, bahwa satu dari lima generasi z terancam menganggur setelah lulus dari dunia pendidikan. Berdasarkan data lain, 82% keterampilan soft skill lebih dibutuhkan dunia kerja, sisanya 18% adalah hard skill.
Baca Juga: Peluang dan Informasi Seputar Magang Bakti BCA: Awal Karier yang Menjanjikan
Dengan kata lain, keterampilan yang didapat saat belajar di pendidikan formal lebih banyak tidak relevan dengan kebutuhan lapangan kerja. Maka masalah pengangguran di kalangan anak muda sejauh ini masih menjadi perbincangan hangat dan patut diselesaikan. “Masalah utama yang dihadapi anak muda Indonesia saat ini adalah pengangguran. Masalah ini perlu diangkat karena pengangguran menjadi sebab angka kemiskinan dan penurunan kualitas hidup masyarakat”, terangnya.
Farhan menyambung presentasi dengan menawarkan solusi agar era digital ini mampu dimanfaatkan generasi z untuk bertransformasi, dari pengangguran menjadi profesional. Untuk merealisasikannya, diperlukan sebuah wadah pengembangan diri semacam bootcamp. Dari wadah tersebut, anak muda mendapatkan fasilitas pelatihan dan pendampingan hingga bisa berkompetisi di kancah ekonomi global.
“Generasi muda adalah aset berharga untuk masa depan pertumbuhan ekonomi global. Di tengah kompleksitas perubahan, mengembangkan kemampuan diri dibarengi aktivisme digital dalam komunitas, menjadi salah satu jalan untuk membentuk masa depan yang lebih baik”, tambahnya.
Meski sebelumnya tidak saling kenal, Farhan dan Nafisa dengan cepat beradaptasi dalam tim. Keduanya bersama anggota tim lainnya menyelesaikan project dalam kurun waktu kurang dari satu bulan. Project tersebut mereka beri nama “Impactin”, platform yang menaungi anak muda untuk mengembangkan diri.
Selain Farhan dan Nafisa, Impactin juga beranggotakan lima anak muda yang lain dari berbagai daerah. Yaitu Aisyah Risqia Ramadhani (mahasiswi Universitas Airlangga), Ridha Amalia (mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati Bandung), Gita Gloria Geovanni (mahasiswi President University), Irfan Al Faris (mahasiswa Universitas Darussalam Gontor), dan Erina Darlene Tirza Liu (siswi SMA Negeri 10 Samarinda).
Baca Juga: Dzaky, Imam Muda yang Pimpin Shalat Iduladha di Lapangan Desa Sumbersekar Kab. Malang













