Infomalang – Guncangan gempa bumi tektonik berkekuatan 5,6 Skala Richter (SR) mengguncang wilayah Banyuwangi, Jawa Timur, pada Kamis (25/9/2025) sore sekitar pukul 16.04 WIB. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan pusat gempa berada di laut, sekitar 46 kilometer timur laut Banyuwangi, dengan kedalaman 12 kilometer. Meski berpusat di lepas pantai, getaran gempa dirasakan hingga beberapa daerah lain, termasuk Pulau Bali dan Kota Malang.
Menurut keterangan resmi BMKG, gempa ini dipicu oleh aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia yang menekan ke bawah lempeng Eurasia di selatan Jawa. “Gempa memiliki mekanisme pergerakan naik atau thrust fault. Berdasarkan analisis peta guncangan, skala intensitas mencapai IV MMI di wilayah Banyuwangi, sedangkan di Bali dan Malang terukur pada kisaran II–III MMI,” jelas Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Dr. Rahmat Triyono.
Reaksi Warga di Lapangan
Di Kabupaten Banyuwangi, banyak warga merasakan getaran yang cukup kuat selama beberapa detik. Sebagian masyarakat yang sedang beraktivitas di perkantoran dan pusat perbelanjaan memilih keluar bangunan untuk mengantisipasi kemungkinan gempa susulan. Di wilayah pesisir, sejumlah pedagang ikan juga mengaku melihat gelombang air laut sempat sedikit naik, namun tidak menimbulkan ancaman tsunami.
Dari Pulau Bali, laporan serupa datang dari Denpasar dan beberapa kota di sekitarnya. Warga merasakan goyangan yang cukup lama, meski tidak menimbulkan kepanikan berlebihan. “Terasa seperti getaran pelan tapi stabil selama beberapa detik,” ungkap Komang, warga Denpasar Selatan. Sementara itu, di Kota Malang, Jawa Timur, guncangan ringan juga sempat mengejutkan masyarakat yang sedang beraktivitas sore hari. Beberapa mahasiswa Universitas Brawijaya mengaku merasakan kursi mereka bergoyang, meskipun tidak semua orang menyadarinya.
Tidak Berpotensi Tsunami
BMKG memastikan gempa 5,6 SR Banyuwangi tidak berpotensi memicu tsunami. Kedalaman yang relatif dangkal memang membuat guncangan terasa lebih luas, tetapi energi yang dilepaskan tidak cukup untuk menggerakkan kolom air laut secara masif. Meski demikian, BMKG tetap mengimbau warga di pesisir selatan Jawa Timur dan Bali agar tetap waspada terhadap kemungkinan gempa susulan.
“Tidak ada peringatan dini tsunami, namun kami sarankan masyarakat tetap mengikuti informasi resmi dari BMKG. Jangan percaya pada kabar yang tidak dapat dipertanggungjawabkan,” tegas Rahmat Triyono.
Upaya Pemerintah Daerah
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi langsung menurunkan tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk memantau situasi di lapangan. Hingga Kamis malam, BPBD Banyuwangi memastikan tidak ada laporan kerusakan signifikan maupun korban jiwa. “Kami tetap siaga 24 jam. Relawan kami sudah disebar ke titik-titik strategis untuk memantau kemungkinan gempa susulan,” kata Kepala BPBD Banyuwangi, Ahmad Yusuf.
Di Bali, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi juga melaporkan kondisi aman. Beberapa bangunan tinggi, termasuk hotel di kawasan Kuta dan Nusa Dua, sempat melakukan prosedur evakuasi internal sebagai langkah pencegahan. Di Kota Malang, BPBD setempat meminta warga tetap tenang dan segera mengevakuasi diri ke area terbuka jika merasakan guncangan susulan.
Edukasi dan Kesiapsiagaan
Peristiwa gempa Banyuwangi menjadi pengingat penting tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana alam di kawasan rawan gempa seperti Indonesia. BMKG menegaskan bahwa Jawa Timur, khususnya bagian selatan, memang berada di zona megathrust yang aktif. Oleh karena itu, masyarakat diimbau memahami prosedur penyelamatan diri ketika gempa terjadi, seperti berlindung di bawah meja kokoh, menjauh dari kaca, dan segera menuju area terbuka setelah guncangan berhenti.
Baca Juga: Detik-Detik Burung Hampir Lepas, Berhasil Ditangkap Teman Bak Kiper Timnas
Para ahli kebencanaan juga menyarankan pemerintah daerah meningkatkan edukasi kepada masyarakat. Pelatihan evakuasi dan simulasi gempa di sekolah, perkantoran, hingga permukiman penduduk sangat penting agar masyarakat tidak panik saat menghadapi gempa nyata. “Keselamatan jiwa bergantung pada kesiapan individu dan komunitas,” kata dosen geofisika Universitas Brawijaya, Dr. Lestari Widodo.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Meskipun tidak menimbulkan kerusakan besar, gempa ini sempat mempengaruhi aktivitas ekonomi lokal. Beberapa toko dan pusat perbelanjaan di Banyuwangi menutup operasional lebih awal pada sore hari sebagai langkah antisipasi. Sektor pariwisata Bali juga mencatat sejumlah wisatawan yang khawatir, meski sebagian besar tetap melanjutkan liburan setelah mendapat kepastian situasi aman. Pelaku usaha berharap informasi akurat dari pemerintah terus disampaikan agar tidak menimbulkan kepanikan yang dapat merugikan sektor pariwisata.
Pentingnya Informasi Akurat
Peran media dan kanal resmi menjadi krusial dalam menyebarkan informasi bencana. BMKG mengingatkan masyarakat untuk hanya mengacu pada sumber resmi seperti aplikasi InfoBMKG, media sosial BMKG, dan siaran televisi pemerintah. Hoaks yang sering beredar di grup percakapan bisa memicu kepanikan yang tidak perlu.
“Setiap kali terjadi gempa, kami selalu memberikan pembaruan data dalam hitungan menit. Masyarakat tidak perlu menunggu lama dan jangan percaya berita yang belum diverifikasi,” tambah Rahmat.
Gempa tektonik 5,6 SR yang mengguncang Banyuwangi pada Kamis sore menjadi peringatan bahwa wilayah selatan Jawa masih rawan aktivitas seismik. Meski tidak menimbulkan korban jiwa atau kerusakan besar, guncangan yang terasa hingga Bali dan Malang menegaskan pentingnya kesiapsiagaan. Pemerintah daerah, BMKG, dan masyarakat diharapkan terus bekerja sama meningkatkan edukasi dan respons cepat terhadap setiap ancaman bencana.
Baca Juga: Misteri Jasad Ayah dan Anak di Sungai Terungkap, Ternyata Korbacan Kecelakaan Tunggal















