MALANG – Di tengah arus deras revolusi industri 4.0, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dituntut untuk beradaptasi demi keberlanjutan bisnis.
Di Desa Wringinanom, Kabupaten Malang, sebuah inisiatif luar biasa datang dari mahasiswa.
Gerakan KSM-T Kelompok 12 dari Universitas Islam Malang (UNISMA) hadir dengan program edukasi yang langsung menyentuh para pelaku UMKM, memperkenalkan solusi pembayaran digital melalui QRIS berbasis GoPay Merchant.
Program ini bukan hanya tentang teknologi, melainkan tentang bagaimana cara memberdayakan masyarakat agar tidak tertinggal.
Visi besar di balik Gerakan KSM-T Kelompok 12 adalah menciptakan ekosistem UMKM yang modern, efisien, dan siap bersaing di pasar yang lebih luas.
Inisiatif ini berangkat dari pemahaman bahwa transaksi tunai seringkali memunculkan berbagai kendala, mulai dari risiko keamanan, kesulitan mencari uang kembalian, hingga keterbatasan jangkauan pasar.
Dengan QRIS, kendala tersebut dapat diatasi. Pelanggan hanya perlu memindai kode QR menggunakan aplikasi pembayaran digital di ponsel mereka, dan transaksi pun selesai dalam hitungan detik.
Mentransformasi UMKM dengan Literasi Digital
Vivi, salah satu perwakilan mahasiswa, menjelaskan bahwa tujuan utama program ini adalah memberikan solusi praktis yang mudah dipahami dan bisa langsung diterapkan.
“Kami ingin memberikan solusi yang mudah dipahami dan bisa langsung diterapkan. Dengan QRIS dari GoPay Merchant, pelaku UMKM dapat menjangkau lebih banyak pelanggan dan meningkatkan efisiensi dalam mengelola keuangan,” ujarnya saat berinteraksi langsung dengan pelaku UMKM.
Baca Juga:Pelajar Denpasar Ciptakan Drone, Rangkanya Dirakit dari Tusuk Sate
Pernyataan ini menunjukkan bahwa Gerakan KSM-T Kelompok 12 tidak hanya berfokus pada teori, tetapi pada praktik yang memberikan dampak langsung.
Fokus program ini tidak hanya sebatas sosialisasi. Mahasiswa KSM-T juga memberikan pelatihan intensif yang mencakup seluruh aspek digitalisasi pembayaran.
Mulai dari membantu para pedagang membuat akun merchant GoPay, mengajarkan cara memantau laporan transaksi harian secara digital, hingga memberikan tips dasar tentang strategi pemasaran digital.
Respon yang sangat positif dari para pedagang di Desa Wringinanom menjadi bukti keberhasilan awal dari Gerakan KSM-T Kelompok 12 dalam menumbuhkan antusiasme terhadap teknologi.
QRIS sebagai Kunci Memperluas Pasar
Adopsi QRIS menjadi sangat relevan bagi UMKM di Desa Wringinanom, mengingat statusnya sebagai desa wisata. Pengunjung atau wisatawan yang datang seringkali lebih terbiasa dengan pembayaran nontunai.
Dengan adanya QRIS, para pelaku usaha dapat mengakomodasi preferensi pembayaran ini, yang pada gilirannya dapat meningkatkan volume penjualan dan pengalaman belanja yang lebih nyaman bagi wisatawan.
Gerakan KSM-T Kelompok 12 secara cerdas menyasar kebutuhan ini, menjadikan desa lebih profesional di mata pengunjung dari luar.
Inovasi ini diharapkan menjadi langkah awal yang signifikan bagi UMKM Desa Wringinanom untuk lebih siap menghadapi era digital.
Dengan pendampingan yang berkelanjutan dari mahasiswa, para pelaku usaha tidak hanya mengenal teknologi pembayaran digital tetapi juga belajar cara memanfaatkannya untuk memperluas pasar dan meningkatkan profesionalisme dalam berbisnis.
Dampak nyata dari Gerakan KSM-T Kelompok 12 terlihat dari bagaimana para pedagang yang tadinya ragu, kini antusias mempraktikkan langsung cara penggunaan aplikasi dan melihat peluang baru.
Kolaborasi Nyata Antara Perguruan Tinggi dan Masyarakat
Program ini sejalan dengan semangat “UMKM Go Digital” yang gencar digaungkan oleh pemerintah.
Dengan adanya pendampingan langsung dari mahasiswa UNISMA, para pelaku UMKM di Desa Wringinanom diharapkan semakin percaya diri menghadapi persaingan usaha yang ketat.
Gerakan KSM-T Kelompok 12 adalah bukti konkret bahwa kolaborasi antara perguruan tinggi dan masyarakat dapat membawa dampak nyata dan berkelanjutan, terutama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi lokal.
Lebih jauh, Gerakan KSM-T Kelompok 12 menjadi representasi sempurna dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat.
Mahasiswa tidak hanya belajar di dalam kelas, tetapi juga turun langsung ke lapangan, mengaplikasikan ilmu yang mereka miliki untuk memberikan solusi praktis bagi permasalahan di lingkungan sekitar.
Gerakan KSM-T Kelompok 12 menunjukkan bahwa transformasi digital bukan lagi wacana, melainkan langkah nyata yang bisa diwujudkan dengan kolaborasi, inovasi, dan semangat pengabdian.
Baca Juga:Perkuat Pendidikan Berbasis Teknologi, DPRD Palangka Raya Prioritaskan Ekskul Digital













