infomalang — Peringatan Hari Pahlawan tahun 2025 di Kota Malang ditransformasikan menjadi sebuah aksi nyata pengabdian kepada bumi.
Pemerintah Kota (Pemkot) Malang secara ambisius meluncurkan gerakan penghijauan besar-besaran, yang ditandai dengan penanaman simbolis 1.000 bibit pohon durian di area sekitar Monumen Hamid Rusdi, Kelurahan Wonokoyo, Kecamatan Kedungkandang.
Inisiatif ini menandai pergeseran makna perjuangan, dari upaya merebut kemerdekaan menjadi tanggung jawab kolektif untuk menjaga kelestarian lingkungan dan keberlanjutan ekonomi daerah.
Aksi yang berlangsung pada Senin (10/11/2025) ini tidak sekadar seremoni. Ini adalah penegasan bahwa pembangunan Kota Malang di masa depan akan berlandaskan pada prinsip green economy—ekonomi yang berbasis pada kelestarian lingkungan.
Gerakan penghijauan yang diinisiasi dari momentum bersejarah ini diharapkan menjadi pemicu bagi seluruh elemen masyarakat untuk terlibat aktif dalam menjaga keseimbangan ekosistem perkotaan.
Proyeksi jangka panjangnya, Gerakan Kota Malang Hijau 2030, menargetkan peningkatan drastis Rasio Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota.
Filosofi Perjuangan Modern, Merawat Bumi untuk Generasi Penerus
Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, yang dikenal dengan sapaan Pak Mbois, menyampaikan bahwa Hari Pahlawan harus dimaknai sebagai call to action di era kontemporer.
Beliau menjelaskan bahwa semangat kepahlawanan kini harus diterjemahkan ke dalam tindakan nyata yang memberikan manfaat berkelanjutan bagi anak cucu.
“Jika para pahlawan kita dahulu berjuang dengan bambu runcing untuk merebut tanah air, maka perjuangan kita sekarang adalah menanam kembali, merawat alam, dan memastikan bumi yang kita wariskan ini tetap lestari dan produktif. Menanam satu pohon adalah investasi kehidupan, dan itulah bentuk perjuangan yang paling relevan saat ini,” ujar Wahyu Hidayat.
Gerakan penghijauan ini merupakan implementasi nyata dari program unggulan Pemkot, Ngalam Seger, yang bertujuan menjadikan Malang sebagai kota yang sejuk, sehat, dan berkelanjutan.
Program ini mencakup berbagai aspek, mulai dari konservasi sumber daya air, pengelolaan sampah yang efektif, hingga, yang paling krusial, perluasan RTH. Komunitas Malang Peduli Demokrasi (MPD) yang menjadi inisiator utama kegiatan ini menunjukkan betapa pentingnya peran masyarakat sipil dalam mewujudkan visi pembangunan hijau ini.
Memilih Durian Sinergi Ekologi, Sejarah, dan Ekonomi
Pemilihan 1.000 bibit pohon durian sebagai fokus utama gerakan penghijauan di Wonokoyo bukanlah kebetulan. Keputusan ini didasarkan pada perhitungan cermat yang menggabungkan nilai ekologis, historis, dan ekonomi.
1. Nilai Ekologis dan Konservasi
Sebagai pohon berkayu keras dan berumur panjang, durian memiliki kemampuan optimal sebagai penyerap karbon dioksida (carbon sequestration). Penanaman dalam jumlah besar akan memberikan kontribusi signifikan dalam upaya mitigasi perubahan iklim mikro di kawasan Kedungkandang, membantu menjaga kualitas udara dan mengurangi efek pulau panas (urban heat island) di Kota Malang. Selain itu, pohon durian mampu menahan air, sangat efektif untuk konservasi tanah dan mencegah erosi di wilayah perbukitan seperti Wonokoyo.
Baca Juga: Semangat Hari Pahlawan, Polres Malang Teguhkan Komitmen Pengabdian pada Bangsa
2. Peningkatan Potensi Ekonomi Lokal (Agro-tourism)
Keputusan ini secara bersamaan membuka peluang bagi konsep green economy. Wali Kota Wahyu Hidayat melihat potensi besar kawasan Wonokoyo—yang dikenal sebagai tempat gugurnya Pahlawan Hamid Rusdi—untuk dikembangkan menjadi kawasan agro-tourism berbasis durian.
“Wonokoyo tidak hanya kaya sejarah perjuangan, tetapi juga memiliki kontur tanah dan iklim yang ideal untuk durian. Dengan menanam durian, kita tidak hanya menanam pohon, tetapi kita menanam potensi ekonomi bagi warga sekitar. Ini adalah gerakan penghijauan yang produktif dan mandiri secara ekonomi,” jelas Pak Mbois.
Nilai jual buah durian yang tinggi dan permintaannya yang stabil di pasar lokal maupun regional menjamin bahwa gerakan penghijauan ini akan memberikan insentif berkelanjutan bagi masyarakat untuk menjaga dan merawat pohon-pohon yang telah ditanam.
Keterlibatan Masyarakat dan Target Kota Malang Hijau 2030
Keberhasilan gerakan penghijauan ini sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat. Dalam kegiatan penanaman perdana, Pemkot tidak hanya menanam di area monumen, tetapi juga melakukan distribusi ribuan bibit durian dan bibit produktif lainnya kepada warga sekitar untuk ditanam di halaman rumah, pekarangan, dan lahan kosong yang mereka kelola.
Perwakilan Kasi Humas Pemkot Malang menegaskan bahwa distribusi bibit ini bertujuan menumbuhkan rasa kepemilikan.
Pemerintah berperan sebagai fasilitator dan regulator, sementara warga adalah pelaksana dan pengawas keberlanjutan utama. Ini mencerminkan semangat gotong royong dan sinergi tripartit (Pemerintah, Komunitas, dan Warga) yang menjadi inti dari nasionalisme modern.
Aksi penanaman 1.000 pohon durian ini adalah kick-off dari rencana besar Pemkot, yaitu Gerakan Kota Malang Hijau 2030. Target ambisius ini mencakup:
- Peningkatan Rasio RTH: Mencapai rasio RTH minimum yang ditetapkan oleh undang-undang melalui penanaman massal pohon di lahan publik dan pribadi.
- Penguatan Urban Farming: Mengintegrasikan gerakan penghijauan dengan program ketahanan pangan kota melalui urban farming yang produktif.
- Edukasi Iklim: Menyelenggarakan edukasi berkelanjutan kepada masyarakat, terutama generasi muda, mengenai pentingnya konservasi dan mitigasi perubahan iklim.
Dengan target tahunan penanaman puluhan ribu pohon baru di berbagai kecamatan, Pemkot Malang berupaya mengubah wajah kota, dari kota yang padat menjadi kota yang sejuk, hijau, dan ramah lingkungan.
Meneladani Pahlawan Melalui Pengabdian Ekologis
Momentum Hari Pahlawan di Kota Malang telah melahirkan sebuah paradigma baru dalam pengabdian kepada bangsa—yaitu pengabdian ekologis.
Melalui gerakan penghijauan 1.000 pohon durian, Pemkot Malang tidak hanya menanam bibit tanaman, tetapi juga menanamkan nilai-nilai perjuangan, disiplin, dan tanggung jawab terhadap lingkungan.
Aksi ini mengirimkan pesan kuat bahwa menjaga bumi adalah bentuk patriotisme yang paling relevan di abad ke-21. Komitmen ini diharapkan membawa Kota Malang menuju visi Kota Malang Hijau 2030, menjadi teladan nasional dalam pembangunan berkelanjutan yang menyeimbangkan antara kelestarian alam dan kemandirian ekonomi.
Baca Juga: Warga Malang Keluhkan Hilangnya Besi Penutup Selokan di Sejumlah Titik Kota















