Keberadaan tunanetra di Kota Malang sudah lama diakui, salah satunya melalui UPT Rehabilitasi Sosial Bina Netra yang berdiri sejak tahun 1980-an di Janti. Pada Minggu, 20 Oktober 2024, Komunitas Belajar Al-Quran Braille di bawah Yayasan Hikmah Matahati melakukan aksi jalan kaki mandiri di sepanjang Jalan Besar Ijen. Para tunanetra berjalan tanpa pendamping, hanya menggunakan tongkat putih mereka, yang menarik perhatian masyarakat sekitar.
Meskipun menghadapi beberapa hambatan di tengah keramaian Car Free Day (CFD), aksi mereka tetap disambut positif oleh masyarakat. Beberapa warga memberikan semangat dengan tepuk tangan dan sorakan yang mendukung perjalanan mereka. Menurut Fitri, pengurus Yayasan Hikmah Matahati, kegiatan ini adalah bentuk pembuktian diri bahwa mereka bisa mandiri berjalan di ruang terbuka tanpa perlu bergandengan dengan keluarga.
Baca Juga : Pelantikan Presiden Baru Indonesia 2024: Prabowo Subianto
Keterbatasan Fasilitas Umum dan Harapan Masa Depan
Fasilitas publik yang ramah tunanetra di Kota Malang masih sangat terbatas. Trotoar dengan marka khusus baru tersedia di Jalan Besar Ijen dan Jalan Basuki Rahmat, yang baru dibangun dalam dua tahun terakhir. Erni, salah satu peserta komunitas, berharap kegiatan ini bisa memperlihatkan bahwa kebutuhan akan fasilitas tersebut sangat penting dan mendesak.
Selain sebagai ajang pembelajaran bagi para tunanetra, Hari Tongkat Putih juga diharapkan menjadi pembelajaran bagi masyarakat luas. Ni’mah, penanggung jawab pembelajaran komunitas, menekankan pentingnya dukungan dari masyarakat untuk menciptakan ruang publik yang aman dan ramah bagi semua. Kegiatan ini juga menjadi upaya untuk mengingatkan bahwa fasilitas publik yang baik bermanfaat untuk semua kalangan, bukan hanya tunanetra.
Baca Juga : 5 Rekomendasi Wisata di Kota Batu: Lokasi dan Harga Tiket Masuk















