infomalang.com/ MALANG– Menjelang peringatan Hari Hepatitis Sedunia pada 28 Juli, perhatian publik tertuju pada meningkatnya kasus hepatitis di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Malang Raya. Data terbaru dari Dinas Kesehatan (Dinkes) menunjukkan bahwa sepanjang tujuh bulan terakhir, ada 323 kasus hepatitis yang ditemukan di wilayah ini. Angka tersebut mengkhawatirkan karena menunjukkan bahwa penyakit peradangan hati tersebut masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.
Mayoritas kasus yang terdeteksi di Malang Raya merupakan hepatitis B, salah satu varian hepatitis yang penularannya tergolong berisiko tinggi. “Secara varian sebenarnya hepatitis ada banyak. Mulai dari Hepatitis A sampai Hepatitis E, tapi yang ditemukan baru Hepatitis B,” jelas dr Husnul Muarif, Kepala Dinkes Kota Malang, Jumat (25/7).
Memahami Varian Hepatitis
Hepatitis dikenal sebagai penyakit peradangan hati yang disebabkan oleh berbagai faktor, terutama infeksi virus. Lima varian utamanya adalah Hepatitis A, B, C, D, dan E, yang masing-masing memiliki pola penyebaran berbeda. Hepatitis A, misalnya, ditularkan melalui kontaminasi makanan atau minuman yang tidak higienis. Kondisi lingkungan yang tidak bersih, terutama di permukiman padat penduduk, turut memperbesar risiko penularannya.
Berbeda dengan itu, Hepatitis B memiliki pola penyebaran yang lebih kompleks, yakni melalui cairan tubuh. “Hepatitis ini bisa menular lewat hubungan seksual, penggunaan jarum suntik secara bergantian, atau dari ibu hamil kepada bayinya,” papar Husnul. Penularan ini membuat Hepatitis B lebih sulit dicegah tanpa intervensi medis seperti vaksinasi.
Hepatitis varian lainnya, seperti C, D, dan E, juga berpotensi menginfeksi masyarakat, meski angka temuan kasusnya di Malang Raya belum signifikan. Menurut Husnul, infeksi tersebut sering dipicu oleh mutasi virus, konsumsi alkohol berlebihan, penggunaan obat-obatan tertentu, hingga gangguan autoimun yang memengaruhi fungsi hati.
Gejala yang Perlu Diwaspadai
Meski penyebabnya beragam, gejala hepatitis pada umumnya cenderung serupa. Beberapa tanda yang kerap dialami penderita adalah kulit dan mata menguning (jaundice), nyeri pada bagian ulu hati, mual, kelelahan, dan demam. Pada tahap lanjut, penderita bisa mengalami gangguan serius pada fungsi hati.
Husnul mengingatkan masyarakat agar tidak menyepelekan gejala awal tersebut. “Kalau sudah ada tanda-tanda seperti mata menguning atau nyeri di perut bagian atas, sebaiknya segera periksa ke fasilitas kesehatan terdekat. Deteksi dini itu penting supaya penanganannya lebih cepat dan efektif,” ujarnya.
Baca Juga:Kapolres Malang Tidak Melarang Sound Horeg, Asal Tertib dan Sesuai Norma
Peran Puskesmas dalam Deteksi Dini
Sebagai langkah pencegahan, 16 Puskesmas di Kota Malang kini telah dilengkapi dengan fasilitas untuk deteksi dini hepatitis. Layanan ini mencakup anamnesa, yakni wawancara medis untuk mengidentifikasi gejala awal, hingga pemeriksaan darah seperti tes Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg). Dengan metode ini, kasus bisa diketahui lebih cepat sehingga penanganan medis dapat segera dilakukan.
Deteksi dini diyakini sebagai langkah paling efektif dalam mencegah komplikasi serius yang bisa timbul akibat hepatitis. Jika dibiarkan tanpa penanganan, penyakit ini berpotensi berkembang menjadi sirosis atau kanker hati.
Strategi Pencegahan Hepatitis
Selain deteksi dini, vaksinasi menjadi salah satu cara utama untuk mencegah penularan hepatitis, khususnya Hepatitis B. Dinas Kesehatan mendorong masyarakat untuk memanfaatkan layanan vaksinasi yang tersedia di Puskesmas maupun fasilitas kesehatan lainnya.
Tak hanya itu, pola hidup bersih dan sehat juga menjadi kunci pencegahan. Masyarakat diimbau untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, memastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi aman, serta menghindari perilaku berisiko seperti penggunaan jarum suntik secara bergantian. “Pencegahan hepatitis tidak cukup hanya dengan pengobatan. Gaya hidup bersih dan vaksinasi adalah benteng pertama,” tegas Husnul.
Kesadaran Masyarakat Masih Rendah
Meski layanan deteksi dan vaksinasi telah tersedia, Husnul mengakui bahwa kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan rutin masih rendah. Banyak warga baru mendatangi fasilitas kesehatan ketika gejala hepatitis sudah cukup parah. “Padahal, semakin cepat diketahui, semakin besar kemungkinan sembuh dan mencegah komplikasi,” ujarnya.
Momentum peringatan Hari Hepatitis Sedunia diharapkan bisa meningkatkan kesadaran masyarakat. Edukasi publik mengenai pola penularan dan pencegahan hepatitis menjadi agenda penting yang terus digencarkan oleh pemerintah daerah dan berbagai organisasi kesehatan.
Peringatan Hari Hepatitis Sedunia
Peringatan Hari Hepatitis Sedunia tahun ini mengangkat tema pentingnya deteksi dini dan pencegahan melalui vaksinasi. Dengan mengedukasi masyarakat, diharapkan angka kasus hepatitis dapat ditekan, termasuk di Malang Raya yang kini mencatat ratusan kasus baru dalam waktu singkat.
“Kesadaran dan kepedulian semua pihak sangat diperlukan. Mulai dari individu, keluarga, hingga komunitas. Tanpa itu, sulit untuk menekan penyebaran hepatitis,” pungkas Husnul.
Kasus hepatitis yang mencapai 323 penderita di Malang Raya dalam kurun waktu tujuh bulan menunjukkan bahwa penyakit ini masih menjadi ancaman nyata. Dengan deteksi dini, vaksinasi, serta komitmen menjaga kebersihan lingkungan, risiko penularan bisa ditekan. Hari Hepatitis Sedunia bukan hanya momentum peringatan, tetapi juga ajakan untuk bersama-sama melindungi diri dan keluarga dari bahaya penyakit ini.
Baca Juga:Cuaca Ekstrem Hantam Karangploso: Petani Tomat Panen Sebelum Waktunya, Harga Jatuh Rp 20 ribu/kg















