Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok tajam hingga 7,9% dan menyentuh level 5.996,14 pada penutupan perdagangan Selasa (8/3/2025). Ini merupakan salah satu penurunan harian terdalam dalam beberapa tahun terakhir dan menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan investor. Berdasarkan data perdagangan, sebanyak 672 saham ditutup melemah, hanya 30 saham yang mencatat kenaikan, dan 95 saham lainnya stagnan.
Penurunan IHSG ini terjadi seiring dengan pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS yang turun 0,41%, berada di posisi Rp 16.891 per dolar AS. Kombinasi antara pelemahan pasar saham dan depresiasi mata uang menunjukkan tekanan besar terhadap stabilitas ekonomi domestik.
Analis pasar mengaitkan gejolak ini dengan kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh pemerintahan Presiden AS, Donald Trump. Kebijakan tersebut dinilai meningkatkan ketidakpastian global dan memicu aksi jual besar-besaran di pasar saham negara berkembang, termasuk Indonesia. Trump sebelumnya mengumumkan tarif tinggi terhadap berbagai produk dari sejumlah negara, yang memicu kekhawatiran akan terjadinya perang dagang global.
Baca juga: Kiamat Saham Sudah Tiba? Ramalan Kiyosaki Jadi Kenyataan!
Melalui program Closing Bell pada Selasa (8/4/2025) mengulas lebih dalam mengenai situasi ini. Dalam dialog antara presenter Dina Gurning dan Equity Analyst Research, Susi Setiawati, dibahas analisis penyebab dan potensi dampak lanjutan dari krisis pasar tersebut. Susi menjelaskan bahwa investor saat ini sangat sensitif terhadap kebijakan ekonomi global, khususnya dari Amerika Serikat, karena dampaknya yang langsung terasa di pasar keuangan Indonesia.
Diskusi juga menyoroti kemungkinan pemulihan IHSG dalam jangka menengah hingga panjang, dengan catatan adanya respons yang cepat dan tepat dari otoritas keuangan Indonesia. Stabilitas nilai tukar, intervensi Bank Indonesia, serta komunikasi kebijakan fiskal dan moneter yang konsisten menjadi faktor penting dalam meredakan kekhawatiran pasar.
Situasi ini menunjukkan betapa pentingnya sinergi antara kebijakan domestik dan dinamika global dalam menjaga kestabilan ekonomi nasional. Masyarakat dan pelaku pasar pun diimbau untuk tetap tenang dan rasional dalam menyikapi fluktuasi yang terjadi.















