DONOMULYO – Petani garam di pesisir selatan Kabupaten Malang menunjukkan adaptabilitas dan kecerdasan bisnis yang luar biasa.
Menghadapi kendala minimnya infrastruktur untuk memproduksi garam konsumsi berkualitas tinggi, Kelompok Usaha Garam (KUGAR) Sumberoto Makmur Sejahtera di Pantai Modangan, Desa Sumberoto, Kecamatan Donomulyo, mengambil langkah strategis yang patut diacungi jempol.
Mereka memutuskan untuk mengalihkan fokus pemasaran ke sektor peternakan. Inovasi Pemasaran Petani Garam Malang ini adalah strategi bertahan yang cerdas.
Langkah ini bukan hanya tentang menjual produk, melainkan upaya menjaga roda ekonomi lokal tetap berputar. Inovasi Pemasaran Petani Garam Malang menunjukkan semangat kewirausahaan yang kuat.
Strategi Bertahan: Garam Non-Konsumsi Jadi Prioritas
Ketua KUGAR Sumberoto Makmur Sejahtera, Edi Santoso, menjelaskan bahwa penyesuaian pasar ini menjadi solusi pragmatis atas keterbatasan yang ada.
Saat ini, produksi garam untuk konsumsi masyarakat belum dapat dimulai karena belum adanya rumah produksi dan peralatan yang memadai di lahan tepi pantai tersebut.
Oleh karena itu, Inovasi Pemasaran Petani Garam Malang diarahkan pada segmen yang memiliki persyaratan kualitas berbeda, yaitu pakan ternak.
Baca Juga:BI Siap Gunakan Semua Instrumen Demi Jaga Stabilitas Rupiah
Garam yang diproduksi untuk campuran pakan sapi dan kambing ini dijual dengan harga yang kompetitif, berkisar Rp2.000 per kilogram.
Edi Santoso menegaskan bahwa garam yang disalurkan untuk ternak bukanlah jenis garam yang putih bersih, melainkan memiliki tampilan yang sedikit keruh.
Kualitas ini masih sangat memadai untuk memenuhi kebutuhan mineral esensial pada hewan ternak, terutama yang berada di kawasan pesisir.
Segmen pasar ini dinilai sangat potensial dan permintaannya tinggi, sehingga produksi untuk keperluan ternak diprioritaskan. Inovasi Pemasaran Petani Garam Malang memanfaatkan kebutuhan pasar yang sudah ada.
Mengejar Balik Modal: Motivasi Ekonomi KUGAR
Keputusan untuk menyasar peternak bukan sekadar mencari peluang, tetapi merupakan langkah taktis untuk menjamin keberlanjutan operasional KUGAR.
Biaya produksi garam di Sumberoto per ton mencapai Rp800.000. Dengan kemampuan produksi rata-rata sebanyak 4 ton sekali panen, total biaya yang harus ditutup adalah sebesar Rp3,2 juta.
Tanpa adanya pasar yang pasti, biaya operasional ini tentu akan menjadi beban berat bagi kelompok usaha.Melalui penjualan garam ternak, KUGAR bertujuan untuk menutup seluruh pengeluaran produksi tersebut.
Harga jual Rp2.000 per kilogram dengan potensi volume penjualan yang besar diyakini mampu mencapai titik impas (break-even point) dengan cepat. Inovasi Pemasaran Petani Garam Malang adalah upaya krusial untuk menjaga likuiditas kelompok.
Strategi ini menunjukkan kejelian petani dalam melihat bahwa produk mereka, meskipun belum memenuhi standar estetik untuk garam meja, tetap memiliki nilai fungsional yang tinggi di sektor lain.
Inovasi Pemasaran Petani Garam Malang adalah contoh adaptasi terhadap keterbatasan infrastruktur.
Kolaborasi Lokal: Peran Penting Kopdes Merah Putih
Dalam melaksanakan rencana pemasaran ini, KUGAR Sumberoto Makmur Sejahtera tidak bergerak sendirian. Mereka menggandeng Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih Sumberoto sebagai mitra distribusi utama.
Kemitraan ini sangat strategis karena koperasi desa memiliki jaringan yang luas dan pemahaman mendalam tentang kebutuhan peternak di tingkat lokal.
Kerja sama ini mencakup penyiapan desain kemasan yang sesuai dengan kebutuhan peternak, baik dalam kemasan kilogram maupun bentuk karung.
Dengan Kopdes sebagai saluran penjualan, proses distribusi menjadi lebih efisien dan dapat menjangkau peternak di berbagai area Kabupaten Malang dengan lebih mudah. Kolaborasi lokal ini juga memperkuat ekosistem ekonomi di Desa Sumberoto.
Inovasi Pemasaran Petani Garam Malang diwujudkan melalui sinergi antarlembaga. Inovasi Pemasaran Petani Garam Malang memperkuat perekonomian desa.
Diversifikasi Produk Tambahan: Air Sisa Kristalisasi
Selain garam untuk ternak, KUGAR juga menunjukkan resourcefulness dengan memaksimalkan produk sampingan.
Inovasi Pemasaran Petani Garam Malang tidak berhenti pada garam saja, tetapi juga pada pemanfaatan air sisa kristalisasi garam. Cairan ini memiliki potensi pasar sebagai bahan pengental alami untuk pembuatan tahu.
Rencananya, air sisa kristalisasi tersebut akan dijual melalui Kopdes Merah Putih dengan harga sekitar Rp3.000 per liter, selama persediaan masih ada.
Pemanfaatan produk sampingan ini menjadi langkah maju dalam konsep zero waste atau meminimalisir limbah produksi, sekaligus menambah sumber pendapatan baru bagi kelompok usaha.
Inovasi Pemasaran Petani Garam Malang memanfaatkan semua potensi sumber daya. Inovasi Pemasaran Petani Garam Malang menunjukkan komitmen terhadap efisiensi dan diversifikasi.
Baca Juga:Kenaikan Gaji ASN 2025 Diproyeksikan Habiskan Rp192,44 Triliun















