Infomalang – Rencana pembangunan jalan tembus antara RW 9 dan RW 12 di kawasan Perumahan Griya Shanta, Kelurahan Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, kini menjadi sorotan publik. Proyek ini memunculkan perdebatan di kalangan warga karena menimbulkan dua pandangan yang berseberangan sebagian mendukung dengan alasan kepentingan umum, sementara sebagian lainnya menolak karena kekhawatiran akan dampak lingkungan dan ketenangan warga.
Proyek Jalan Tembus Griya Shanta dan Alasan di Balik Pembangunannya
Pemerintah Kota Malang berencana membangun jalan tembus di kawasan Griya Shanta sebagai bagian dari upaya mengurai kemacetan di beberapa ruas jalan utama, seperti Jalan Candi Panggung dan kawasan sekitar Jalan Soekarno-Hatta. Ruas jalan tersebut dikenal memiliki aktivitas lalu lintas yang padat, terutama karena lokasinya yang berdekatan dengan area kampus dan permukiman padat penduduk.
Pembangunan jalan tembus di Griya Shanta dianggap menjadi solusi alternatif untuk mengurangi tingkat kejenuhan lalu lintas yang sudah mendekati batas maksimal. Dengan adanya jalur baru, arus kendaraan diharapkan dapat terbagi lebih merata dan mengurangi kemacetan yang sering terjadi pada jam sibuk.
Penolakan Warga terhadap Proyek Jalan Tembus Griya Shanta
Meski memiliki tujuan positif, proyek jalan tembus Griya Shanta menuai penolakan dari sebagian warga sekitar. Beberapa di antaranya menunjukkan ketidaksetujuan secara terbuka dengan memasang banner penolakan di area perumahan. Warga yang menolak khawatir bahwa pembangunan jalan tersebut akan mengganggu kenyamanan lingkungan dan menimbulkan peningkatan polusi serta kebisingan di kawasan perumahan yang sebelumnya tenang.
Selain itu, kekhawatiran lain muncul terkait potensi penurunan kualitas udara, berkurangnya ruang hijau, dan meningkatnya volume kendaraan di sekitar rumah warga. Bagi mereka, pembangunan ini seharusnya mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan keseimbangan lingkungan agar tidak hanya berfokus pada kepentingan transportasi semata.
Pendukung Jalan Tembus Griya Shanta dan Perspektif Kewenangan Pemkot
Di sisi lain, ada pula warga yang mendukung pembangunan jalan tembus Griya Shanta. Mereka menilai bahwa lahan yang akan digunakan merupakan fasilitas umum (fasum) yang sudah menjadi kewenangan Pemerintah Kota Malang. Menurut mereka, Pemkot memiliki hak penuh untuk memanfaatkan fasilitas tersebut demi kepentingan publik.
Pendukung proyek ini percaya bahwa jalan tembus akan membawa dampak positif bagi masyarakat luas, bukan hanya bagi warga sekitar. Dengan akses jalan yang lebih terbuka, mobilitas masyarakat bisa meningkat, waktu tempuh perjalanan menjadi lebih efisien, dan perekonomian kawasan sekitar berpotensi tumbuh lebih cepat.
Baca juga: Kerja di Kemenkeu, Pria Ini Dapat Titipan Pesan dari Ojol untuk Pak Purbaya
Dinamika Sosial di Griya Shanta dan Perbedaan Pandangan Antarwarga
Situasi di Griya Shanta menunjukkan adanya perbedaan pendapat yang cukup tajam antarwarga. Sebagian besar warga bersikap netral, tidak terlalu menolak namun juga tidak mendukung secara aktif. Mereka memahami bahwa proyek ini memang sudah menjadi bagian dari rencana tata kota dan merupakan kewenangan pemerintah daerah.
Namun, dinamika sosial ini tetap menciptakan ketegangan kecil di lingkungan perumahan. Diskusi antarwarga dan pertemuan komunitas sering diwarnai perdebatan terkait manfaat dan risiko pembangunan tersebut. Fenomena ini mencerminkan bagaimana masyarakat modern kini semakin kritis dan ingin dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan publik.
Dampak Lalu Lintas dan Efisiensi Mobilitas di Sekitar Griya Shanta
Salah satu alasan utama pembangunan jalan tembus Griya Shanta adalah untuk memperlancar arus lalu lintas yang sudah mencapai tingkat kejenuhan tinggi. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kota Malang, ruas Jalan Candi Panggung memiliki derajat kejenuhan di kisaran 0,8 hingga 0,9, mendekati angka 1 yang berarti macet total.
Dengan kondisi seperti ini, Pemkot Malang berupaya menambah jalur alternatif agar beban kendaraan dapat terbagi. Bila proyek ini terealisasi, diperkirakan mobilitas antarwilayah, terutama antara Dinoyo, Karangploso, dan Soekarno-Hatta, dapat berjalan lebih efisien. Hal ini juga bisa memberikan manfaat ekonomi bagi warga sekitar karena akses menuju pusat bisnis dan kampus menjadi lebih cepat.
Kekhawatiran Lingkungan dari Pembangunan Griya Shanta
Walaupun bertujuan meningkatkan efisiensi lalu lintas, proyek jalan tembus Griya Shanta juga menimbulkan kekhawatiran mengenai dampak lingkungan. Penebangan pohon, hilangnya lahan hijau, dan meningkatnya suhu udara menjadi isu yang sering disuarakan kelompok penolak proyek. Mereka menilai bahwa pembangunan infrastruktur seharusnya tetap memperhatikan keseimbangan ekologis kawasan.
Pemerhati lingkungan di Malang juga menyoroti pentingnya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebelum proyek dijalankan. Kajian tersebut penting untuk memastikan bahwa pembangunan tidak menimbulkan kerusakan permanen dan tetap memberikan ruang bagi ekosistem lokal untuk bertahan.
Keterlibatan Pemerintah dan Transparansi Informasi di Griya Shanta
Pemerintah Kota Malang diharapkan dapat memberikan penjelasan yang transparan kepada masyarakat terkait detail proyek jalan tembus Griya Shanta. Sosialisasi yang terbuka, partisipasi warga dalam proses perencanaan, dan penyampaian data lingkungan menjadi langkah penting untuk membangun kepercayaan publik.
Dengan melibatkan masyarakat sejak awal, konflik horizontal dapat diminimalisir. Pendekatan partisipatif juga akan membantu pemerintah mendapatkan masukan langsung dari warga yang terdampak, sehingga keputusan akhir bisa lebih adil dan berkelanjutan.
Mencari Titik Tengah Kepentingan Griya Shanta
Polemik jalan tembus Griya Shanta pada dasarnya merupakan pertemuan antara dua kepentingan besar kepentingan publik untuk mobilitas dan kepentingan lingkungan untuk keberlanjutan. Keduanya sama-sama penting dan perlu dikelola dengan kebijakan yang bijak. Pemerintah daerah perlu memastikan bahwa proyek ini tidak hanya mengejar aspek fisik, tetapi juga mempertimbangkan dampak sosial dan ekologis secara menyeluruh.
Melalui komunikasi terbuka dan pendekatan berbasis data, solusi terbaik dapat dicapai tanpa harus mengorbankan salah satu pihak. Dengan demikian, Griya Shanta dapat menjadi contoh bagi daerah lain tentang bagaimana pembangunan bisa berjalan selaras dengan nilai-nilai keberlanjutan dan kepentingan masyarakat luas.
Baca juga: Rendra Masdrajad Safaat Datangi Korban yang Tertimpa Baliho di Suhat












