Rabu siang, 22 Oktober 2025, wilayah utara Kabupaten Malang diguyur hujan deras yang memicu terjadinya tanah longsor di Desa Srigading, Kecamatan Lawang. Peristiwa ini mengakibatkan terputusnya akses jalan utama yang menghubungkan Dusun Mendek Barat dan Dusun Mendek Timur. Akibatnya, sekitar 125 kepala keluarga (KK) yang tinggal di wilayah tersebut kini terisolasi tanpa jalur alternatif.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, Sadono Irawan, menjelaskan bahwa longsor terjadi sekitar pukul 13.45 WIB. Hujan dengan intensitas tinggi sejak pukul 11.00 WIB menyebabkan tebing di sisi jalan ambrol sepanjang 25 meter dengan ketinggian sekitar 8,5 meter. Kondisi ini membuat jalan desa tidak bisa lagi dilalui kendaraan roda empat.
“Jalan di Dusun Mendek Timur ambrol karena struktur tanah tidak kuat menahan curah hujan yang deras. Saat ini akses jalan tertutup total untuk kendaraan besar,” ujar Sadono, Kamis (23/10/2025).
BPBD Kabupaten Malang langsung menerjunkan tim ke lokasi untuk melakukan penanganan darurat. Petugas telah memasang garis pengaman (yellow line) dan papan peringatan agar masyarakat tidak melintas di sekitar area longsor karena tanah masih labil.
Longsor tersebut berdampak besar terhadap mobilitas warga di Dusun Mendek Timur, yang terdiri atas dua RT dengan total 125 KK. Saat ini, satu-satunya jalur penghubung menuju wilayah lain tidak bisa dilalui kendaraan roda empat, termasuk ambulans dan kendaraan logistik.
“Belum ada jalur alternatif yang bisa digunakan. Warga hanya bisa melintas dengan jalan kaki melewati area yang rawan longsor,” kata Sadono.
Ia menambahkan, BPBD bersama aparat desa dan kecamatan tengah mencari solusi untuk membuka akses sementara. Sementara itu, petugas juga menyiapkan distribusi logistik bagi warga terdampak yang kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok.
Selain di jalur penghubung dua dusun, longsor juga dilaporkan terjadi di Dusun Jeruk, Desa Srigading. Material tanah menimpa sebagian rumah milik warga bernama Tiaya, yang dihuni oleh tiga orang anggota keluarga.
“Bagian kamar mandi dan kandang ternak milik Ibu Tiaya rusak akibat longsor. Tidak ada korban jiwa, tetapi kerusakan cukup mengganggu aktivitas harian mereka,” jelas Sadono.
BPBD telah melakukan pendataan dan berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk memberikan bantuan darurat kepada keluarga tersebut. Hingga Rabu sore, wilayah setempat masih diguyur hujan, sehingga petugas belum dapat melakukan pembersihan material secara maksimal.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda, Sidoarjo, sebelumnya telah mengeluarkan imbauan waspada cuaca ekstrem yang berlaku hingga 29 Oktober 2025. Menurut BMKG, fenomena ini dipengaruhi oleh adanya gangguan atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Rosby, dan gelombang Kelvin yang melintasi wilayah Jawa Timur.
Gangguan atmosfer tersebut menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di sejumlah wilayah, termasuk Kabupaten Malang bagian utara. Kondisi inilah yang menjadi pemicu terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, dan hujan es.
“Wilayah Malang termasuk daerah dengan topografi perbukitan, sehingga potensi longsor meningkat saat curah hujan tinggi,” ujar seorang prakirawan BMKG Juanda.
Sadono Irawan menegaskan, pihaknya telah menyiagakan seluruh personel untuk mengantisipasi kemungkinan bencana susulan di wilayah utara Kabupaten Malang. Selain itu, BPBD juga terus memantau kondisi tanah di sekitar tebing yang rawan longsor.
“Kami mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan, terutama bagi warga yang tinggal di lereng bukit atau dekat tebing curam. Hindari aktivitas di sekitar lokasi longsor sampai situasi benar-benar aman,” katanya.
Selain itu, BPBD juga berkoordinasi dengan perangkat desa untuk menyiapkan lokasi penampungan sementara jika terjadi longsor susulan. Dinas PUPR Kabupaten Malang juga dilibatkan dalam upaya perbaikan akses jalan yang rusak.
Meski kondisi saat ini cukup mengkhawatirkan, BPBD meminta warga tidak panik. Pemerintah daerah berjanji akan mempercepat upaya penanganan agar akses jalan kembali normal. Distribusi bantuan logistik seperti makanan, air bersih, dan obat-obatan terus dilakukan melalui jalur darurat.
Sadono menegaskan, curah hujan tinggi yang masih berlangsung membuat pihaknya menetapkan status siaga bencana di wilayah Lawang dan sekitarnya.
“Kami sudah menyiapkan tim siaga 24 jam untuk respon cepat jika ada laporan tambahan dari masyarakat,” ujarnya.
Peristiwa longsor di Desa Srigading ini menambah daftar bencana hidrometeorologi yang terjadi di Kabupaten Malang selama Oktober 2025. Dengan curah hujan yang cenderung meningkat di awal musim penghujan, warga diminta untuk rutin memantau informasi cuaca resmi dari BMKG dan segera melapor ke BPBD jika menemukan tanda-tanda pergerakan tanah di sekitar tempat tinggal mereka.
Dengan koordinasi yang baik antara BPBD, pemerintah desa, dan masyarakat, diharapkan proses penanganan darurat berjalan efektif serta mampu mencegah jatuhnya korban jiwa di tengah kondisi cuaca ekstrem yang masih berlanjut.
Baca Juga: Banjir Rendam 22 Titik di Kota Malang, BPBD Sebut Drainase Tersumbat Jadi Pemicu Utama















