Breaking

Jejak Mafia Tambang, Ambisi Emas Tiongkok dan Jaringan Global yang Tersembunyi

infomalang.com/ – Indonesia tengah menghadapi fenomena besar yang tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga menyentuh aspek ekonomi, politik, hingga keamanan nasional. Dari perbukitan terpencil di Nusantara hingga kawasan Afrika Barat, sindikat pertambangan ilegal yang berhubungan dengan investor Tiongkok terus bergerak, tambang emas tanpa izin, dan meninggalkan kerusakan lingkungan yang parah.

Investigasi terbaru menunjukkan bahwa praktik penambangan emas ilegal ini bukanlah aktivitas sporadis, melainkan bagian dari jaringan global yang terstruktur rapi. Banyak pihak menyebutnya sebagai “mafia tambang”, sebuah kelompok bayangan yang didanai dan dioperasikan dengan modal besar, koneksi politik, serta perlengkapan canggih.

Nafsu Emas Tiongkok yang Tak Terbendung

Tiongkok dalam satu dekade terakhir terus meningkatkan cadangan emasnya. Dorongan ini bukan tanpa alasan. Beijing berupaya mengurangi ketergantungan pada dolar AS, memperkuat stabilitas finansial, serta meningkatkan pengaruhnya di sistem moneter global. Akibatnya, permintaan emas di Tiongkok melonjak tajam dan ikut mengerek harga emas dunia hingga menembus angka lebih dari USD 3.000 per ons.

Di balik kebutuhan emas yang semakin besar itu, sindikat tambang ilegal menemukan ladang bisnis subur. Mereka menargetkan negara berkembang dengan cadangan emas melimpah seperti Indonesia, Ghana, hingga Guyana Prancis. Di banyak lokasi, operasi tambang berjalan tanpa izin resmi, tanpa pengawasan aparat, bahkan sering kali melibatkan praktik korupsi di level lokal.

Baca Juga:Petaka Musim Kemarau: Bumi Kanjuruhan Dilanda 4 Kali Kebakaran dalam Dua Pekan

Indonesia, Episentrum Penambangan Ilegal

Dalam investigasi yang dilakukan oleh The Washington Post, Indonesia disebut sebagai salah satu titik paling rentan dan paling masif dalam penambangan emas ilegal. Bukit-bukit di wilayah terpencil dibabat habis, meninggalkan bekas tambang yang merusak ekosistem. Ekskavator raksasa, tenda-tenda darurat, hingga tangki berisi bahan kimia pelindian menjadi pemandangan sehari-hari di area tambang yang dikendalikan investor Tiongkok.

Para penyelidik lokal menegaskan bahwa sebagian besar aktivitas ini berlangsung tanpa dokumen sah. Bahkan warga sekitar menyebut keberadaan kelompok tersebut sebagai “mafia pertambangan.” Emas yang diambil tidak pernah tinggal di wilayah tambang. Ia langsung masuk ke jalur distribusi gelap yang berakhir di Tiongkok melalui rantai pasokan tidak transparan.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: sejauh mana negara mampu mengawasi dan menindak praktik semacam ini? Sebab, dampaknya tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga menguras potensi pendapatan negara dari sektor tambang yang sah.

Keterlibatan Kejahatan Terorganisir

Peringatan keras datang dari Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) pada Mei 2025. Mereka menegaskan bahwa kejahatan terorganisir telah mengakar begitu dalam di rantai pasokan emas, hingga menimbulkan “ancaman global serius.” Kartel narkoba, kelompok teroris, hingga tentara bayaran kini ikut bermain dalam perdagangan emas ilegal.

Jaringan internasional ini sering bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan Tiongkok, baik secara langsung maupun melalui investor swasta. Sistem yang terbangun memungkinkan mereka beroperasi dari “tambang hingga pasar” tanpa hambatan berarti. Skema semacam ini membuat emas ilegal bercampur dengan emas resmi, sehingga sulit dilacak dan dikendalikan.

Pakar mineral David Soud menyebut, sebagian besar emas hasil tambang ilegal akhirnya dikirim ke Tiongkok. Proses ini dilakukan lewat jalur distribusi yang tidak transparan, tanpa pembayaran pajak atau royalti kepada negara sumber. Artinya, negara penghasil emas kehilangan potensi pendapatan dalam jumlah besar, sementara kerusakan lingkungan terus bertambah.

Bantahan Beijing

Pemerintah Tiongkok secara resmi membantah tuduhan keterlibatan mereka dalam praktik tambang ilegal. Duta Besar Tiongkok untuk Ghana, Tong Defa, menilai tuduhan tersebut sebagai “ketidakadilan besar.” Kedutaan Besar Tiongkok di Washington juga menyatakan tidak mengetahui detail peran perusahaan atau investor asal negaranya dalam penambangan ilegal.

Namun, banyak pengamat menilai bantahan tersebut tidak cukup kuat. Pasalnya, bukti dari lapangan menunjukkan keterlibatan pekerja, perusahaan, hingga investor asal Tiongkok dalam jaringan emas ilegal di berbagai negara. Bahkan, di media sosial Tiongkok, sejumlah investor terang-terangan mengiklankan peluang “gratis dan mudah” untuk mengakses cadangan emas di Indonesia.

Ancaman bagi Indonesia

Bagi Indonesia, fenomena ini adalah alarm keras. Negara bukan hanya kehilangan potensi penerimaan negara, tetapi juga menghadapi risiko jangka panjang: kerusakan ekosistem, pencemaran air, hingga konflik sosial di daerah tambang. Tanpa pengawasan ketat dan kerja sama internasional, mafia tambang emas akan terus tumbuh, memperluas jaringan, dan melemahkan kedaulatan sumber daya alam.

Menghadapi kondisi ini, penguatan regulasi, pemberantasan korupsi lokal, serta penegakan hukum yang konsisten menjadi kunci. Selain itu, diplomasi dengan Tiongkok perlu lebih tegas agar praktik tambang ilegal yang bersembunyi di balik kepentingan geopolitik emas dapat diminimalisir.

Baca Juga:Pendaki Indonesia Sukses Tundukkan Trango Tower, Tebing Legendaris Pakistan