“Alhamdulillah, sekarang tinggal satu pasien saja yang masih dirawat. Dua minggu lalu ada 27 kasus terkonfirmasi campak, tapi setelah kami pantau, sebagian besar sudah sembuh,” jelasnya, Minggu (5/10/2025).
Menurut Meifta, pasien yang masih dirawat saat ini menunjukkan perkembangan kesehatan yang baik. Setelah mendapatkan penanganan medis yang tepat, kondisinya berangsur membaik. “Kami terus melakukan pemantauan dan berharap pasien tersebut segera pulih sepenuhnya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Meifta menjelaskan bahwa penyakit campak atau measles disebabkan oleh Morbili Virus, yang dapat menular dengan sangat mudah melalui percikan air liur (droplet) ketika penderita batuk atau bersin. Penularan juga bisa terjadi melalui kontak langsung dengan pasien maupun memegang benda yang telah terkontaminasi virus tersebut.
“Karena sifatnya sangat menular, maka kewaspadaan masyarakat perlu terus ditingkatkan, terutama di lingkungan dengan banyak anak-anak,” terang Meifta.
Gejala penyakit campak biasanya muncul setelah masa inkubasi 7 hingga 14 hari. Tanda-tandanya mirip seperti flu, antara lain demam tinggi, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, mata merah dan berair, serta muncul ruam merah di kulit. Pada beberapa kasus, penderita juga mengalami diare atau muntah akibat respon tubuh terhadap infeksi virus.
“Namun untuk memastikan apakah seseorang benar-benar terjangkit campak, harus melalui pemeriksaan laboratorium. Jadi tidak bisa hanya berdasarkan gejala klinis semata,” tambah Meifta.
Baca Juga: BPOM Pastikan Mi Instan Indomie yang Ditemukan Mengandung EtO di Taiwan Aman Dikonsumsi di Indonesia
Meski kasus campak di Kota Malang telah menurun drastis, Dinkes tetap meningkatkan pengawasan dan langkah-langkah pencegahan. Salah satu fokus utama adalah memperkuat program imunisasi dasar lengkap, terutama bagi bayi usia 9 bulan dan 18 bulan. Program ini menjadi upaya kunci dalam membangun kekebalan tubuh anak terhadap campak.
“Imunisasi menjadi langkah paling efektif untuk mencegah penularan. Karena itu, kami terus mendorong para orang tua agar memastikan anak-anak mereka mendapatkan imunisasi lengkap di puskesmas,” tegas Meifta.
Selain imunisasi, Dinkes juga menggencarkan sosialisasi Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di masyarakat. Edukasi dilakukan melalui puskesmas, sekolah, serta kader posyandu agar masyarakat memahami pentingnya kebersihan lingkungan dalam mencegah penularan penyakit menular, termasuk campak.
“PHBS ini penting sekali. Dengan mencuci tangan, menjaga kebersihan rumah, dan memastikan anak mendapat asupan gizi yang baik, risiko penularan bisa ditekan,” imbuhnya.
Dinkes Kota Malang juga melakukan pemantauan rutin terhadap pemberian vitamin A kepada anak-anak. Vitamin ini berperan penting dalam menjaga daya tahan tubuh dan mencegah komplikasi berat akibat infeksi campak.
Sementara itu, Meifta menegaskan bahwa Dinkes tidak hanya fokus pada penanganan pasien, tetapi juga aktif melakukan monitoring kasus di seluruh wilayah. Setiap laporan gejala mirip campak akan segera ditindaklanjuti dengan pemeriksaan dan pelacakan kontak. Hal ini dilakukan untuk memastikan tidak ada kasus baru yang muncul di masyarakat.
“Jadi meskipun sudah menurun, kami tidak boleh lengah. Pengawasan tetap kami lakukan di setiap wilayah kerja puskesmas,” katanya.
Dari hasil evaluasi, sebagian besar kasus campak yang tercatat di Kota Malang terjadi pada anak-anak usia sekolah dasar yang belum mendapatkan imunisasi lengkap. Faktor lingkungan dan tingkat kesadaran orang tua menjadi aspek penting dalam mencegah penyebaran penyakit.
“Kami juga mengimbau orang tua agar tidak menyepelekan gejala demam disertai ruam merah. Jika ditemukan tanda-tanda seperti itu, sebaiknya segera memeriksakan anak ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis,” ujar Meifta.
Upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah daerah mendapat apresiasi dari berbagai pihak, terutama tenaga medis di lapangan. Dengan koordinasi yang baik antara Dinkes, rumah sakit, dan puskesmas, penurunan angka kasus campak di Kota Malang dinilai sebagai indikator keberhasilan strategi pengendalian penyakit menular.
“Kami optimistis kasus campak bisa ditekan seminimal mungkin. Prinsipnya, pencegahan jauh lebih penting daripada pengobatan,” pungkas Meifta.
Dengan kondisi yang semakin membaik, Dinas Kesehatan Kota Malang tetap mengingatkan masyarakat agar tidak abai terhadap pentingnya imunisasi dan perilaku hidup sehat.
Meskipun angka kasus menurun, kewaspadaan terhadap potensi wabah baru harus terus dijaga, terutama menjelang musim pancaroba yang kerap memicu peningkatan penyakit menular.
Baca Juga: Bidan Kaget Temui Pasien Sudah 15 Kali Hamil, Dua Kali Keguguran dan Kini Mengandung Lagi














