Breaking

Keberagaman dalam Satu Wilayah,Malang Raya Sebagai Representasi Kekayaan Indonesia

MALANG, Jawa Timur – Malang Raya, yang mencakup Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu, adalah sebuah kolaborasi epik yang sulit ditemukan padanan kata yang pas untuk menggambarkannya. Namun, jika harus memilih satu kata, maka kata itu adalah “Indonesia”. Sebagai cerminan sempurna dari keberagaman dan dinamika negeri ini, Malang Raya menampilkan potret utuh dari kekayaan alam, kompleksitas sosial, hingga tantangan birokrasi yang serupa dengan apa yang ada di Indonesia.

Bentang Alam yang Sangat Kaya

Malang Raya memiliki bentang alam yang begitu kaya, seolah menjadi miniatur dari seluruh kepulauan Indonesia. Wilayah ini punya segalanya, dari pegunungan yang menjulang tinggi hingga pesona pantai yang memesona.

Di sisi pegunungan, Malang memiliki pilihan yang lengkap. Ada gunung-gunung yang ramah bagi pendaki pemula seperti Budug Asu, hingga gunung tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Semeru, yang juga masuk dalam wilayahnya. Selain itu, ada juga Gunung Kawi yang dikenal dengan nuansa mistisnya.

Baca Juga:Warna-Warni Indonesia di Penang, Festival Budaya Nusantara 2025 Pukau Malaysia

Tidak hanya gunung, Malang juga diberkahi dengan puluhan air terjun atau coban. Di wilayah utara, terdapat banyak air terjun yang masih alami dan belum ramai dijamah, seperti Coban Jahe dan Coban Siuk di Kecamatan Jabung. Ada pula yang lebih terkenal seperti Coban Rondo di Kecamatan Pujon.

Di sisi lain, di bagian selatan, Malang menyuguhkan panorama puluhan pantai yang tak kalah menawan. Berjejer pantai-pantai indah seperti Pantai Tiga Warna, Pantai Teluk Asmara, hingga yang paling masyhur, Pantai Balekambang. Semua keindahan alam ini seolah menegaskan bahwa Malang benar-benar memiliki wajah geografi Indonesia yang beragam.

Kekayaan Pertanian dan Perkebunan

Selain keindahan alam, Malang Raya juga merupakan surga bagi sektor pertanian dan perkebunan. Kekayaan ini tidak hanya terpusat di Kota Batu, melainkan tersebar di berbagai wilayah. Sebut saja perkebunan apel di Poncokusumo, kebun jeruk di Dau, hingga perkebunan durian di daerah Ngantang.

Bahkan, dari sektor minuman, Malang memiliki hamparan luas kebun teh di Kecamatan Lawang dan Singosari. Begitu pula dengan kebun kopi yang jamak ditemui di kawasan timur Kabupaten Malang.

Kopi dari daerah ini bahkan sudah mendunia sejak zaman Belanda. Ada akronim unik yang menggambarkan sentra kopi tersebut, mirip nama kota di Belanda, yaitu Amstirdam, singkatan dari Ampelgading, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, dan Dampit. Ini adalah bukti lain dari kekayaan alam yang terkelola dengan baik.

Sisi Gelap yang Juga “Indonesia Banget”

Namun, representasi Malang sebagai “wajah” Indonesia tidak berhenti pada hal-hal indah saja. Ada juga sisi-sisi yang mencerminkan tantangan besar yang dihadapi bangsa ini.

Salah satunya adalah transportasi umum yang tidak memadai. Baik di Kota Batu, Kota Malang, maupun Kabupaten Malang, fasilitas transportasi umum yang nyaman, aman, dan murah sangat minim.

Akibatnya, masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi, yang berujung pada kemacetan parah di mana-mana.

Selain itu, banyak titik di kota ini yang tidak ramah pejalan kaki. Trotoar yang seharusnya menjadi hak pejalan kaki justru sering kali disesaki oleh pedagang kaki lima atau bahkan dimanfaatkan sebagai lahan parkir oleh jukir liar.

Malang juga memiliki potret masyarakat yang sulit diatur. Contohnya adalah fenomena sound horeg yang diinisiasi dari daerah ini, serta beberapa insiden yang menunjukkan kurangnya kedisiplinan.

Potret Tantangan Birokrasi

Bicara soal Indonesia, tak lengkap rasanya tanpa menyinggung kasus korupsi. Malang juga punya cerita yang mencengangkan dalam hal ini.

Pada tahun 2018, 41 dari 45 anggota DPRD Kota Malang, beserta mantan wali kotanya, tersandung kasus korupsi. Bahkan, dua dari tiga calon wali kota saat Pilkada di tahun yang sama menyandang status tersangka.

Tantangan ini tidak hanya terjadi di Kota Malang. Bupati Malang dua periode (2010–2021) dan Wali Kota Batu dua periode (2007–2017) juga pernah menjadi tahanan KPK.

Ironisnya, anak dari mantan kepala daerah yang pernah dipenjara tersebut kembali bertarung dalam Pilkada. Lebih mencengangkan lagi, salah satu mantan wali kota yang korupsi pada 2018 berhasil meraup 132.266 suara pada Pilkada kemarin. Situasi ini menunjukkan tingkat toleransi yang mengkhawatirkan terhadap korupsi.

Secara keseluruhan, Malang adalah representasi sempurna dari Indonesia. Di satu sisi, ia memiliki sumber daya alam yang indah dan melimpah.

Namun di sisi lain, ia juga bergumul dengan masalah-masalah sosial dan birokrasi, termasuk kasus ketidakadilan yang mangkrak seperti Tragedi Kanjuruhan yang perlahan mulai terabaikan.

Ini adalah cerminan dari sebuah bangsa yang kaya, namun dikelilingi oleh tantangan yang kompleks.

Baca Juga:Warna-Warni Indonesia di Penang, Festival Budaya Nusantara 2025 Pukau Malaysia