Breaking

Kebiasaan Sederhana yang Bisa Dilakukan Warga untuk Cegah Banjir

infomalang – Cegah banjir di lingkungan permukiman tidak selalu membutuhkan proyek infrastruktur mahal dari pemerintah.

Banyak kasus genangan air dan banjir dapat diminimalkan secara signifikan melalui penerapan kebiasaan sederhana dan kesadaran kolektif di tingkat warga.

Di tengah musim hujan yang intensitasnya cenderung meningkat, peran aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dan mengelola air hujan menjadi kunci utama mitigasi bencana.

Upaya bersama yang konsisten antara warga dan pemerintah merupakan fondasi terkuat untuk menciptakan lingkungan yang aman dari ancaman banjir.

Peran Kunci Masyarakat dalam Upaya Cegah Banjir

Masyarakat seringkali menjadi kontributor utama penyebab banjir melalui perilaku yang tidak disadari, terutama terkait pengelolaan sampah. Tersumbatnya saluran air dan sungai oleh sampah adalah faktor pemicu banjir yang paling umum di wilayah padat penduduk.

Oleh karena itu, tindakan pencegahan harus dimulai dari perubahan perilaku fundamental:

1. Disiplin Tidak Membuang Sampah Sembarangan

Ini adalah kebiasaan paling mendasar dan penting untuk cegah banjir. Sampah, terutama plastik dan material yang sulit terurai, yang dibuang ke selokan atau sungai akan menyumbat aliran drainase.

  • Pemilahan Sampah: Dengan membuang sampah pada tempatnya dan melakukan pemilahan yang benar, kelancaran aliran air saat hujan deras dapat tetap terjaga.

2. Membersihkan Selokan dan Drainase Secara Rutin

Drainase yang tersumbat menjadi penyebab utama genangan air meluap ke jalan dan rumah.

  • Kerja Bakti Terjadwal: Warga didorong untuk mengaktifkan kembali kegiatan kerja bakti lingkungan secara rutin (misalnya, dua kali sebulan) untuk memastikan selokan di sekitar rumah dan lingkungan tetap bersih dari lumpur, daun kering, dan sampah. Semakin lancar aliran air, semakin kecil risiko banjir.

Baca Juga: Lagi dan Lagi, Kawasan Jalan Bandung-Veteran Kota Malang Jadi Arena Balap Liar

3. Peningkatan Daya Serap Tanah (Infiltration)

Area permukiman yang didominasi beton dan aspal (kedap air) menyebabkan air hujan tidak terserap optimal. Warga dapat meningkatkan area resapan secara mandiri:

  • Pembuatan Biopori: Membuat lubang resapan biopori di halaman atau taman adalah cara sederhana namun efektif untuk mengalirkan air hujan langsung ke dalam tanah.

  • Penanaman Vegetasi: Menanam pohon, tanaman perdu, atau membuat taman kecil di sekitar rumah membantu menyerap air dan memperkuat struktur tanah, mengurangi risiko erosi dan limpasan permukaan.

4. Pengendalian Limbah Rumah Tangga

Limbah rumah tangga, baik padat maupun cair, harus dikelola dengan benar.

  • Mengurangi Penggunaan Plastik: Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai (membawa tas belanja sendiri, menggunakan wadah pakai ulang) secara signifikan menekan volume sampah sulit terurai yang berpotensi menyumbat saluran air.

  • Pembuangan Limbah Cair: Memastikan limbah cair rumah tangga dibuang melalui saluran pembuangan yang benar (tidak langsung ke sungai) untuk mencegah penumpukan sedimen yang menghambat arus air dan mencemari lingkungan.

Membangun Budaya Kesiapsiagaan Kolektif

Upaya cegah banjir memerlukan lebih dari sekadar aksi fisik; dibutuhkan budaya gotong royong dan kesadaran kolektif. Kegiatan kerja bakti yang dibudayakan tidak hanya membersihkan lingkungan, tetapi juga memperkuat kolaborasi dan kepedulian antarwarga.

Kesadaran bahwa masalah banjir adalah tanggung jawab bersama, dan bahwa setiap langkah kecil seperti tidak membuang bungkus makanan ke selokan memiliki dampak besar, adalah kunci untuk menciptakan lingkungan permukiman yang lebih bersih, sehat, dan tangguh terhadap ancaman cuaca ekstrem.

Baca Juga: Lantainya Miring, Pria Ini Perlihatkan Kondisi Kos-Kosan Rp 200 Ribu/Bulan di Daerah Jakarta Pusat