Breaking

Kegiatan Edukasi Budaya di Kampung Tematik Malang Semakin Menarik Perhatian Warga

infomalang – Kampung tematik di Kota Malang kembali menunjukkan geliatnya sebagai pusat kegiatan edukasi budaya yang dinamis, menarik perhatian tidak hanya wisatawan, tetapi juga institusi pendidikan.

Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah kampung tematik, mulai dari sentra kerajinan hingga kampung seni, ramai dikunjungi oleh mahasiswa dan pelajar yang menjadikannya sebagai ruang belajar terbuka, memperkaya strategi pembelajaran berbasis kearifan lokal.

Antusiasme dari berbagai kampus di Jawa Timur, termasuk ITN dan Ummuh Surabaya, serta perguruan tinggi lokal seperti UB dan UMM, menegaskan peran kampung tematik sebagai pusat pemberdayaan masyarakat dan pelestarian tradisi.

Kerajinan Lokal Menjadi Pusat Studi Akademik

Dua kampung kerajinan di Malang menjadi pusat kegiatan edukasi budaya yang fokus pada pelestarian keterampilan tradisional:

1. Kampung Keramik Dinoyo

Kampung Keramik Dinoyo menerima kunjungan dari mahasiswa ITN yang melakukan pemetaan kebutuhan edukasi, khususnya terkait teknik pengolahan keramik manual dan mekanik. Ketua Kampung Keramik Dinoyo, Syamsul Arifin, menyebut kegiatan ini vital untuk pengembangan kerajinan.

Selain itu, 70 pelajar dari SMP Tamiriyah Surabaya turut berpartisipasi dalam praktik membuat, mewarnai, dan membawa pulang hasil karya mereka. Sementara mahasiswa PAUD dari Ummuh Surabaya fokus mendata metode pembelajaran seni keramik yang dapat diterapkan pada anak-anak.

Baca Juga: Jenis Prestasi yang Paling Banyak Dikejar Anak Muda di Era Digital

2. Kampung Gerabah Penanggungan

Kampung Gerabah Penanggungan menyambut rombongan mahasiswa dari UB, UMM, UM, dan Widyagama. Kunjungan ini bertujuan memperkenalkan kembali kerajinan gerabah sebagai warisan tradisi Kota Malang.

Ketua Kampung Gerabah Penanggungan, Haryono, menekankan pentingnya pelestarian, mengingat saat ini hanya tersisa satu kelompok pengrajin yang bertahan. Minat baru terhadap gerabah sebagai dekorasi dan properti seni membuat kegiatan edukasi ini semakin relevan bagi generasi muda.

Seni dan Interaksi Spontan di Jodipan

Kampung Warna-Warni Jodipan menampilkan nuansa berbeda dengan hadirnya kegiatan edukasi budaya yang lebih performatif:

  • Aksi Slakec: Mahasiswa Seni Tari dan Musik UM menggelar “Slametan Kecil-Kecilan (Slakec)” sebagai wujud syukur, menampilkan tarian di tepian Kali Brantas. Aksi spontan ini menarik perhatian wisatawan mancanegara yang berada di lokasi.

  • Daya Tarik Wisata: Ketua Kampung Warna-Warni Jodipan, Agus Kodar, menyebut bahwa interaksi spontan mahasiswa dan wisatawan asing yang terjadi selama pertunjukan tari, termasuk busana ala Korea, menambah semarak suasana. Dengan rata-rata 200 hingga 300 wisatawan asing berkunjung setiap hari, kehadiran seni semakin memperkuat daya tarik autentik kampung tersebut.

Pembelajaran Tradisi di Kampung Budaya Polowijen

Di Kampung Budaya Polowijen, mahasiswa UM dan UB memulai program “sambang kampung sinau budaya”.

Kegiatan ini mengusung konsep pembelajaran tradisi lokal secara langsung dari warga dan tokoh masyarakat.

Melalui aktivitas edukatif yang intensif ini, kampung tematik di Kota Malang membuktikan diri tidak hanya sebagai destinasi wisata visual, tetapi juga sebagai laboratorium terbuka yang berperan aktif dalam pelestarian dan pengembangan kegiatan edukasi budaya berbasis komunitas.

Baca Juga: Peran Beasiswa Pendidikan dalam Membuka Akses Belajar yang Lebih Merata