Breaking

Kepala Kemenag Ponorogo Soroti Lonjakan Perceraian Karena Ikutan Tren

MALANG – Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Ponorogo, Moh. Nurul Huda, mengungkapkan keprihatinannya terhadap tingginya angka perceraian di wilayahnya.

Ia mengaku sangat sedih melihat fenomena ini, terlebih karena penyebab perceraian kini bukan semata-mata soal ekonomi atau ketidakharmonisan rumah tangga.

Menurutnya, yang lebih memprihatinkan bahwa perceraian mulai dianggap hal lumrah di kalangan masyarakat, bahkan cenderung menjadi tren yang dipengaruhi oleh gaya hidup dan pengaruh sosial.

“Ada yang bercerai karena mengikuti tren, seperti merasa lebih baik menjadi janda. Ini sangat memprihatinkan,” ujarnya.

Selain itu, Nurul Huda juga menyinggung maraknya perceraian di kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI), khususnya perempuan.

Ia menyayangkan betapa mudahnya proses perceraian dilakukan, bahkan cukup dengan menunjuk kuasa hukum tanpa melibatkan komunikasi langsung dengan pasangan.

Baca Juga: Rekayasa Lalu Lintas dan Titik Parkir di Pasar Oro-Oro Dowo Mulai Diberlakukan 1 Agustus 2025

Sebagai upaya pencegahan, Kemenag Ponorogo telah menggulirkan sejumlah program pembinaan keluarga, seperti Bimbingan Remaja Usia Sekolah (BRUS), Bimbingan Nikah bagi usia matang menikah (BNUN), serta Bimbingan Calon Pengantin (Bicatin)

Program-program tersebut bertujuan untuk membekali pemahaman tentang kehidupan berumah tangga sejak dini.

Lebih lanjut, ia pun mengimbau pasangan suami istri menjaga keutuhan rumah tangga dan tidak mencemari buku nikah dengan tindakan yang merusak pernikahan.

Tren lain yang turut menjadi sorotannya adalah fenomena childfree yang dinilai cukup meresahkan.

“Kami juga prihatin dengan tren baru yang berkembang, yakni tidak ingin memiliki anak atau keturunan (childfree). Ini sangat meresahkan,” pungkasnya.

Baca Juga: Pemusatan Pelatihan Paskibraka, Arus Lalu Lintas di Jl. Gajah Mada Dialihkan dan Parkir Disterilkan