infomalang.com/ – Kerusuhan Politik di Indonesia telah memicu kepanikan investor pada Jumat, 29 Agustus. Aksi jual tajam saham serta pelemahan rupiah membuat regulator keuangan segera turun tangan. Bank Indonesia (BI) menegaskan akan terus melakukan intervensi guna menjaga stabilitas dan melindungi kepercayaan pasar domestik maupun internasional.
Rupiah sempat melemah hampir 1% ke level 16.475 per dolar AS, titik terendah sejak awal Agustus. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga terkoreksi lebih dari 2%, level terendah dalam dua minggu terakhir. Kondisi ini memperlihatkan betapa Kerusuhan Politik memberi tekanan besar pada pasar dan menimbulkan keresahan mendalam.
Tekanan Terhadap Rupiah
Bank Indonesia menegaskan langkah aktif di pasar valuta asing untuk mengendalikan gejolak. Kepala Departemen Moneter BI, Erwin Gunawan Hutapea, menyebut intervensi dilakukan di pasar spot, NDF, dan pembelian obligasi pemerintah.
Meski begitu, penjualan rupiah secara masif oleh investor asing memperburuk situasi. Kerusuhan Politik yang terus meningkat membuat pelaku pasar mengantisipasi depresiasi lebih lanjut. Hal ini menciptakan kekhawatiran mendalam mengenai ketahanan ekonomi domestik Indonesia yang saat ini tengah diuji.
Saham Indonesia Ikut Tertekan
Selain rupiah, saham-saham unggulan juga menjadi korban aksi jual investor. Indeks acuan turun 2,27% pada Jumat sore, meskipun masih mencatat kenaikan bulanan 3,8%. Penurunan mendadak ini banyak dipengaruhi Kerusuhan Politik yang mengguncang keyakinan pasar.
Regulator bursa menilai koreksi saham masih dalam batas wajar, tetapi volatilitas tinggi berpotensi berlanjut jika demonstrasi terus berlangsung. Kondisi pasar yang rentan menunjukkan pentingnya kepastian politik bagi stabilitas ekonomi nasional.
Dampak Demonstrasi Mahasiswa
Kerusuhan Politik berawal dari protes mahasiswa yang menolak kebijakan pemerintah terkait gaji parlemen, pendanaan pendidikan, dan program makanan sekolah. Bentrokan dengan aparat keamanan memicu korban jiwa, yang semakin menyulut kemarahan publik.
Demonstrasi besar di Jakarta membuat investor ragu akan arah kebijakan pemerintah. Sentimen negatif ini langsung tercermin dalam arus keluar modal asing dari pasar saham dan obligasi.
Analisis Ekonomi dan Investor
Ekonom senior DBS, Radhika Rao, menegaskan Kerusuhan Politik telah menciptakan risiko tambahan terhadap aset rupiah. Menurutnya, investor kini tidak hanya memperhitungkan faktor global, tetapi juga stabilitas sosial-politik domestik. Pelemahan rupiah yang tajam menunjukkan bahwa ketidakpastian politik memiliki dampak jangka pendek maupun panjang. Jika Kerusuhan Politik tidak segera mereda, maka tekanan terhadap ekonomi bisa semakin besar dan berkepanjangan.
Respons Regulator dan Keyakinan Pasar
Direktur regulator bursa, Jeffrey Hendrik, mengatakan fundamental pasar Indonesia tetap kuat. Meski Kerusuhan Politik menimbulkan volatilitas, ia menilai pemulihan masih mungkin terjadi dalam waktu dekat.Optimisme ini didukung pandangan manajer portofolio Grasshopper Asset Management, Daniel Tan. Ia percaya pemulihan ekuitas dan obligasi tetap berada di jalurnya, meskipun guncangan politik memicu ketidakstabilan jangka pendek.
Risiko yang Masih Mengintai
Kerusuhan Politik di Indonesia belum menunjukkan tanda akan reda. Protes mahasiswa yang meluas berpotensi menimbulkan eskalasi baru, yang bisa menggerus keyakinan investor lebih dalam.
Jika tidak segera ada solusi politik yang menenangkan publik, pasar keuangan akan terus berada dalam tekanan. Hal ini bisa memicu gelombang aksi jual lanjutan pada rupiah maupun saham unggulan lainnya.
Harapan ke Depan
Meski Kerusuhan Politik memberi dampak signifikan, banyak pihak berharap stabilitas bisa segera kembali. Peran Bank Indonesia dan regulator pasar menjadi kunci untuk menjaga kepercayaan. Investor menanti langkah konkret pemerintah dalam menenangkan situasi, sekaligus menguatkan fundamental ekonomi. Tanpa langkah cepat, bayangan gejolak politik akan terus menghantui pasar Indonesia.
Di sisi lain, peluang pemulihan tetap terbuka. Jika pemerintah berhasil meredam konflik dengan dialog terbuka, arus modal asing bisa kembali deras. Sejumlah analis juga menilai pasar Indonesia masih menawarkan potensi jangka panjang, terutama sektor teknologi, energi terbarukan, dan infrastruktur yang sedang berkembang. Hal ini memberi harapan bahwa badai politik tidak akan selamanya menghambat pertumbuhan ekonomi nasional.















