Breaking

Krisis Puncak Umay Shahab, Sutradarai dan Bintangi Sendiri Film Box Office ‘Perayaan Mati Rasa’

Umay Shahab telah lama melampaui citra dirinya sebagai mantan artis cilik. Di usianya yang masih muda, ia kini mapan sebagai salah satu sineas paling produktif dan berani di Indonesia.

Puncaknya terlihat di awal tahun 2025, di mana Umay merilis film terbarunya, “Perayaan Mati Rasa”, sebuah karya yang sangat personal.

Film ini tidak hanya menandai debutnya sebagai sutradara, penulis cerita, sekaligus aktor utama dalam satu proyek, tetapi juga berhasil masuk jajaran box office, mengukuhkan posisinya sebagai filmmaker muda dengan visi yang kuat dan nilai komersial yang teruji.

Menyutradarai Diri Sendiri: Sebuah Pengakuan ‘Pertama dan Terakhir’

“Perayaan Mati Rasa” yang tayang perdana pada 29 Januari 2025 menjadi masterpiece ketiga Umay Shahab sebagai sutradara, menyusul kesuksesan “Kukira Kau Rumah” (2022) dan “Ketika Berhenti di Sini” (2023).

Namun, yang membuat proyek ini berbeda dan penuh tantangan adalah keputusan Umay untuk memerankan karakter utama, Uta Antono, beradu akting dengan Iqbaal Ramadhan yang berperan sebagai kakaknya, Ian Antono.

Keputusan ganda ini diakui Umay sebagai pengalaman yang sangat menguras fisik dan mental. Dalam konferensi pers, ia berkelakar bahwa “kepalanya hampir meledak” karena harus membagi fokus antara mengarahkan puluhan kru di belakang kamera dan mengeksplorasi emosi mendalam di depan kamera.

Umay secara tegas menyatakan bahwa “Perayaan Mati Rasa” adalah kali pertama, dan kemungkinan besar, terakhir baginya menjalankan peran ganda sebagai sutradara dan pemeran utama.

Pengakuan ini menunjukkan betapa besar krisis kreatif dan energi yang ia curahkan demi menuntaskan visi personalnya dalam film tersebut.

Kisah di Balik ‘Mati Rasa’: Duka dan Refleksi Keluarga

Film ini bukan sekadar drama biasa. “Perayaan Mati Rasa” berakar dari pengalaman pribadi Umay Shahab sendiri, khususnya rasa takutnya akan kehilangan orang tua.

Cerita film ini mengeksplorasi konflik dua saudara, Ian (musisi) dan Uta (podcaster), yang harus menghadapi krisis keluarga setelah kehilangan orang tua mereka secara mendadak.

Umay ingin menampilkan duka kehilangan bukan sebagai akhir, melainkan sebagai proses pembelajaran untuk menjadi lebih kuat.

Film ini membedah lapisan trauma dan insecurity yang sering dialami oleh anak pertama dan anak kedua dalam menghadapi ekspektasi serta kepergian.

Baca Juga:Hito ‘Galaxy’, Tekad Pensiun Dini dan Perjuangan Jaga Keluarga di Sela Sinetron Stripping

Dengan alur cerita yang autentik dan didukung original soundtrack yang kuat (termasuk band fiksi Midnight Serenade yang diperankan Iqbaal Ramadhan, Devano Danendra, dan Dul Jaelani), film ini sukses menawarkan kedalaman emosi yang menyentuh hati penonton.

Sinemaku Pictures: Ekspansi Genre dan Proyek 2025

Kesuksesan Umay Shahab tidak lepas dari perannya sebagai salah satu pendiri rumah produksi Sinemaku Pictures bersama Prilly Latuconsina.

Tahun 2025 menjadi babak baru bagi Sinemaku dengan mengumumkan slate announcement (daftar proyek) yang jauh lebih eksploratif dan beragam.

Umay dan Prilly berkomitmen untuk “berevolusi” dengan menggandeng sineas dan aktor baru, serta keluar dari zona nyaman genre drama romansa yang selama ini identik dengan rumah produksi mereka.

Beberapa proyek besar Sinemaku Pictures yang siap tayang atau diproduksi di sepanjang 2025 meliputi:

  1. Tumbal Darah: Film horor pertama Sinemaku yang bekerja sama dengan MAGMA Entertainment, disutradarai Charles Gozali. Proyek ini dibintangi Sallum Key dan Marthino Lio, menandai eksplorasi Sinemaku ke genre horor kental yang sedang diminati pasar.
  2. Siksa Sampai Mati: Film crime-horror yang menampilkan empat “Ratu Horor” Indonesia, yaitu Prilly Latuconsina, Luna Maya, Taskya Namya, dan Yasamin Jasem. Proyek ini menunjukkan keberanian Umay dalam memproduseri konten yang unik dan berani.
  3. Hanya Namamu dalam Doaku: Sebuah drama keluarga dengan bintang-bintang senior seperti Vino G. Bastian dan Nirina Zubir, menegaskan bahwa Umay tidak meninggalkan kekuatan utama Sinemaku di genre drama.
  4. Patah Hati Paling Sengaja: Reuni antara Prilly Latuconsina dan Bryan Domani, melanjutkan chemistry yang telah sukses di serial sebelumnya, namun dengan nuansa yang lebih dewasa dan konflik yang kompleks.

Kontribusi Umay Shahab dalam Sinemaku tidak hanya sebagai filmmaker, tetapi juga sebagai pengembang kreatif dan produser eksekutif.

Visi eksploratifnya ini mendorong Sinemaku menjadi salah satu rumah produksi yang paling dinamis dan diperhitungkan di industri film Indonesia tahun 2025.

Warisan dan Masa Depan Sineas Muda

Umay Shahab termasuk segelintir mantan bintang cilik yang berhasil bertahan dan bertransformasi di industri hiburan.

Kebanyakan child star kesulitan mempertahankan popularitas saat beranjak dewasa, namun Umay membuktikan bahwa dengan ketekunan, dedikasi, dan visi yang jelas, transisi karier dapat berjalan mulus, bahkan melahirkan profesi baru.

Dengan tiga film yang sukses menembus box office (termasuk pengakuan dari kritikus film dan public figure lainnya), Umay telah mengukir jejaknya sebagai salah satu sineas muda paling berpengaruh di generasinya.

Kisah Umay adalah pelajaran berharga tentang bagaimana memanfaatkan platform popularitas awal untuk berinvestasi pada kualitas karya di masa depan.

Fokus Umay kini beralih sepenuhnya ke belakang layar, memperkuat ekosistem Sinemaku Pictures. Dengan deretan proyek baru yang ambisius di genre horor dan drama, Umay Shahab tidak hanya membangun kariernya sendiri, tetapi juga memberikan panggung dan peluang bagi talenta-talenta muda lainnya untuk bersinar di industri film nasional.

Baca Juga:Ciccio Manassero Kepergok Selingkuh di ‘Swipe Right’