PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) mengumumkan penurunan laba bersih yang cukup signifikan sepanjang tahun 2024. Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk turun sebesar 15,9% menjadi US$ 1,38 miliar atau sekitar Rp 22,68 triliun. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan capaian tahun 2023 yang tercatat mencapai US$ 1,64 miliar.
Penurunan laba tersebut terjadi meskipun pendapatan usaha ADRO masih bertahan di angka US$ 2,08 miliar (setara Rp 34,19 triliun). Namun, angka ini tetap mengalami penurunan tipis sebesar 2,66% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai US$ 2,13 miliar. Situasi ini menjadi cukup ironis karena di saat yang sama, anak perusahaan ADRO, yakni PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), justru mencatatkan peningkatan volume produksi dan penjualan batu bara metalurgi masing-masing sebesar 30% dan 26%, menjadi 6,63 juta ton dan 5,62 juta ton.
Sayangnya, peningkatan produksi tersebut tidak mampu mendorong kinerja laba karena harga jual rata-rata (Average Selling Price/ASP) mengalami penurunan hingga 16%. Penurunan ASP ini terjadi akibat melemahnya permintaan baja di pasar China, terutama dari sektor properti dan infrastruktur, yang selama ini menjadi konsumen utama. Kondisi pasar global yang lesu ini menjadi salah satu penyebab utama penurunan pendapatan ADRO meski volume penjualan meningkat.
Baca juga : Perbandingan Gaji Patrick Kluivert Vs Shin Tae-yong sebagai Pelatih Timnas Indonesia

Selain itu, beban pokok pendapatan juga menjadi faktor yang menekan laba ADRO. Berdasarkan laporan infomalang.com/, beban pokok pendapatan ADRO mencapai US$ 1,2 miliar, sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$ 1,27 miliar. Namun, hal ini belum cukup membantu menjaga margin keuntungan perusahaan.
Tak hanya itu, penurunan aset ADRO juga cukup tajam, dari US$ 10,47 miliar pada akhir 2023 menjadi hanya US$ 6,7 miliar di akhir 2024. Penjualan sebagian besar kepemilikan di PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) serta selesainya proses Publicly Purchased Shares (PUPS) turut memengaruhi performa keuangan perusahaan. Padahal, AADI sendiri sebelumnya menjadi penyumbang utama bisnis ADRO, memberikan kontribusi sebesar 52,9% terhadap total aset dan 89,4% terhadap total pendapatan pada pertengahan 2024.
Dengan berbagai perubahan ini, kinerja ADRO pada kuartal pertama 2025 diperkirakan akan semakin terdampak, seiring berkurangnya kontribusi signifikan dari AADI yang selama ini menjadi andalan perusahaan.
Baca juga : Fenomena Tarawih Kilat di Bulan Ramadan 2025, Tradisi atau Kontroversi?















