Breaking

Lestarikan Warisan Leluhur, Tembang Macapat Resonansi di Kejari Batu, Wujud Semangat Cinta Budaya

KOTA BATU – Nuansa formal sebuah kantor Kejaksaan Negeri mendadak berpadu dengan kekayaan seni tradisi Jawa.

Halaman Kejaksaan Negeri (Kejari) Kota Batu yang biasa digunakan untuk kegiatan seremonial, pada Minggu (31/8/2025) silam, berubah menjadi panggung budaya yang sakral.

Suara merdu lantunan tembang macapat menggema, mengundang decak kagum setiap pasang mata yang menyaksikan.

Para peserta Macapat Idol 5, sebuah lomba yang digelar oleh Kejari Batu dan Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu, duduk bersila dengan khidmat, melantunkan bait demi bait tembang dengan cengkok yang fasih. Momen ini adalah wujud nyata upaya bersama untuk Lestarikan Warisan Leluhur.

Event tahunan yang digelar dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan RI dan Hari Lahir Kejaksaan RI ke-80 ini, menjadi bukti bahwa seni budaya bisa hidup di mana saja, bahkan di lingkungan penegakan hukum.

Sebanyak 58 pelajar SD/MI se-Kota Batu ambil bagian, menunjukkan antusiasme generasi muda untuk mengenal akar budaya mereka. Dari sinilah semangat untuk Lestarikan Warisan Leluhur terus menyala.

Bakat Muda, Penguasaan Pakem Macapat

Satu per satu, para peserta cilik ini maju ke panggung dengan penuh percaya diri. Mereka tidak hanya mengandalkan suara merdu, tetapi juga penguasaan pakem macapat yang kompleks.

Kepala Disparta Kota Batu, Onny Ardianto, menjelaskan bahwa penilaian dalam lomba ini sangat ketat. “Penilaiannya mencakup laras, guru lagu, guru gatra, guru wilangan, kualitas vokal, harmoni, sampai kostum,” jelasnya.

Kompetisi ini mendorong para peserta untuk memahami lebih dalam seni Macapat, yang jauh Lestarikan Warisan Leluhur dari sekadar menyanyi.

Baca Juga:Dorong Pelestarian Budaya, Warga RW 11 Merjosari Gelar Festival Kampung Klasik

Para peserta bebas memilih jenis tembang, seperti mijil, kinanti, atau pucung. Kebebasan ini memberikan ruang bagi mereka untuk menunjukkan kepiawaian masing-masing.

Di balik wajah serius mereka, tersimpan hasrat besar untuk menampilkan yang terbaik dan memikat dewan juri. Hadiah menarik, seperti Rp1,5 juta untuk juara I, semakin memotivasi mereka untuk berjuang keras dalam ajang Lestarikan Warisan Leluhur ini.

Menurut Onny, sejak awal, Macapat Idol digagas untuk regenerasi budaya. Fokus pada anak-anak usia sekolah dasar adalah strategi jitu agar tradisi Jawa tidak punah.

Tahun depan, ada rencana untuk membuka lomba ini hingga tingkat SMP, dengan harapan dapat menjangkau lebih banyak anak muda dan memperpanjang durasi penyelenggaraan. Ini adalah langkah maju dalam upaya Lestarikan Warisan Leluhur.

Komitmen Pemerintah dan Tokoh Budaya

Dukungan penuh datang dari berbagai pihak, termasuk dari para guru yang tergabung dalam Kelompok Kerja Guru (KKG) Bahasa Jawa.

Mereka tidak hanya mendampingi, tetapi juga diberi pelatihan khusus agar dapat menularkan ilmu tembang macapat kepada para muridnya.

Antusiasme guru yang luar biasa ini menjadi indikator positif bahwa Lestarikan Warisan Leluhur bukan hanya slogan, melainkan kerja kolektif yang melibatkan semua elemen masyarakat.

Wali Kota Batu, Nurochman, yang menyaksikan langsung, menyebut Macapat Idol sebagai ajang yang layak dibanggakan.

Ia menekankan bahwa tembang macapat bukan hanya seni suara, melainkan sarat akan filosofi kehidupan. “Ini bukan sekadar lomba.

Ini adalah cara kita bersama-sama Lestarikan Warisan Leluhur budaya Jawa yang luhur,” katanya. Ia juga menegaskan komitmen Pemkot Batu untuk terus mendukung acara semacam ini setiap tahun.

Hal senada disampaikan Kajari Batu, Andy Sasongko. Kolaborasi Kejari dengan Pemkot adalah bentuk nyata dari kepedulian terhadap kearifan lokal.

Ia menekankan pentingnya mengenalkan dan menanamkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam setiap bait macapat kepada generasi muda.

Kota Batu, yang dikenal sebagai kota wisata, tidak bisa hanya mengandalkan keindahan alamnya. Ia harus menonjolkan wisata budayanya.

“Masyarakat Kota Batu ini guyup rukun, punya tradisi luhur. Macapat bagian dari itu dan harus kita rawat bersama,” pungkasnya. Gelaran ini menjadi bukti nyata keseriusan berbagai pihak untuk Lestarikan Warisan Leluhur.

Inisiatif ini lebih dari sekadar perlombaan, melainkan sebuah investasi pada masa depan budaya Kota Batu. Setiap anak yang berani naik panggung dan melantunkan macapat adalah tunas-tunas baru yang akan membawa obor tradisi ini ke depan.

Mereka tidak hanya belajar teknik vokal, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas mereka sebagai bangsa Indonesia yang kaya.

Bagi para orang tua dan guru, ini adalah kepuasan batin yang tak ternilai. Mereka melihat warisan leluhur mereka tetap hidup dan dihargai oleh generasi mendatang. Momen ini menjadi bukti nyata bahwa semangat cinta budaya takkan pernah pudar.

Baca Juga:Arah Baru Budaya, Lima Rekomendasi Terpenting Lahir dari Kongres Kebudayaan Kota Batu