Infomalang – Malang dikenal sebagai salah satu kota di Jawa Timur yang kaya akan warisan sejarah. Di balik suasana modernnya, tersimpan berbagai peninggalan kuno yang menjadi saksi peradaban masa lalu. Salah satu peninggalan penting yang hingga kini masih berdiri adalah Candi Kidal, sebuah candi yang memiliki nilai historis dan religius tinggi. Keunikan candi ini bukan hanya pada bentuk arsitekturnya, tetapi juga pada relief dan ukiran yang sarat dengan simbolisme Hindu Buddha. Melalui relief tersebut, kita dapat menelusuri nilai-nilai spiritual, ajaran moral, hingga filosofi kehidupan yang diwariskan leluhur.
Sejarah dan Keunikan Candi Kidal Malang sebagai Warisan Hindu Buddha Nusantara
Candi Kidal terletak di Desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Candi ini dibangun pada abad ke-13 sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Anusapati, penguasa Kerajaan Singhasari kedua. Seperti candi-candi peninggalan Hindu Buddha lainnya, tidak hanya berfungsi sebagai tempat pemujaan, tetapi juga menjadi simbol pengabdian dan peralihan jiwa raja ke alam keabadian.
Keunikan terlihat pada relief-relief yang menghiasi dindingnya. Relief tersebut menggambarkan berbagai kisah mitologi yang sarat makna. Tidak hanya berfungsi sebagai hiasan, ukiran tersebut merepresentasikan nilai religius yang diwariskan masyarakat Hindu Buddha pada masa itu. Hal ini menjadikan media pembelajaran spiritual dan budaya.
Makna Simbolisme Relief yang Menggambarkan Kisah Garuda dan Bhakti
Salah satu relief paling terkenal di Candi Kidal adalah kisah Garuda. Dalam mitologi Hindu, Garuda adalah makhluk suci berbentuk burung yang menjadi kendaraan Dewa Wisnu. Relief Garuda di Candi Kidal menceritakan pengorbanan Garuda yang berusaha membebaskan ibunya dari perbudakan akibat utang kepada bangsa ular.
Kisah ini memiliki simbolisme yang mendalam. Garuda digambarkan sebagai lambang pengabdian, kesetiaan, dan keberanian. Dalam konteks ajaran Hindu Buddha, relief ini mengajarkan pentingnya berbakti kepada orang tua, berani menanggung penderitaan, serta memiliki tekad kuat untuk mencapai kebebasan. Nilai-nilai tersebut bukan hanya relevan di masa lalu, tetapi juga masih bermakna bagi kehidupan manusia modern.
Baca juga: Sejarah Berdirinya Gereja Katedral Hati Kudus Yesus Malang
Representasi Filosofi Hindu Buddha dalam Kehidupan Manusia
Relief dan ukiran tidak hanya berfungsi sebagai cerita mitologis. Di dalamnya terkandung filosofi Hindu Buddha yang menggambarkan perjalanan hidup manusia. Misalnya, ukiran hias yang berbentuk bunga teratai melambangkan kesucian dan pencerahan spiritual. Sementara itu, pola ukiran di dinding candi yang simetris mencerminkan keseimbangan antara kehidupan duniawi dan spiritual.
Filosofi ini sejalan dengan pandangan Hindu Buddha bahwa kehidupan manusia harus dijalani dengan keseimbangan, kebajikan, serta pencarian kebenaran sejati. Oleh karena itu, bisa dikatakan sebagai “buku batu” yang menyimpan ajaran moral sekaligus panduan hidup. Dengan mempelajari reliefnya, generasi sekarang dapat memahami bagaimana leluhur menanamkan nilai kehidupan melalui karya seni.
Keindahan Arsitektur dan Relief sebagai Sumber Inspirasi Budaya dan Pariwisata
Selain kaya akan simbolisme, Candi Kidal juga menarik dari sisi arsitektur. Bangunan candi ini terbuat dari batu andesit dengan struktur yang sederhana namun kokoh. Relief-reliefnya dikerjakan dengan detail yang indah, menunjukkan keahlian seniman pada masa kerajaan Singhasari. Bentuk atap yang menjulang ke atas melambangkan hubungan manusia dengan alam spiritual, sebuah ciri khas arsitektur Hindu Buddha.
Dari perspektif pariwisata, wisatawan tidak hanya disuguhi pemandangan candi yang megah, tetapi juga dapat belajar mengenai sejarah, mitologi, dan nilai-nilai budaya. Relief dan ukiran yang penuh simbolisme ini menjadikan Candi Kidal sebagai destinasi edukatif sekaligus spiritual.
Pentingnya Pelestarian Candi Kidal sebagai Jejak Hindu Buddha yang Bernilai Abadi
Seiring perkembangan zaman, Candi Kidal menghadapi tantangan pelestarian. Faktor cuaca, kerusakan alami, hingga kurangnya kesadaran masyarakat dapat mengancam kelestarian relief dan ukiran bersejarah ini. Padahal, simbolisme Hindu Buddha yang tertuang di dalamnya memiliki nilai universal yang penting untuk diwariskan ke generasi berikutnya.
Upaya pelestarian harus melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, akademisi, hingga masyarakat sekitar. Melalui pelestarian, tidak hanya bertahan sebagai situs bersejarah, tetapi juga sebagai sumber inspirasi moral, spiritual, dan budaya. Dengan demikian, warisan Hindu Buddha yang ada dapat terus hidup dan relevan sepanjang masa.
Candi Kidal Malang adalah bukti nyata kejayaan masa Hindu Buddha di Jawa Timur. Relief dan ukiran yang menghiasi bangunan ini bukan sekadar hiasan, melainkan simbolisme mendalam tentang pengabdian, kesetiaan, kesucian, dan keseimbangan hidup. Kisah Garuda, bunga teratai, hingga pola ukiran dinding memberikan pelajaran berharga bagi manusia modern.
Melalui simbolisme yang terukir di batu, mengingatkan kita tentang pentingnya nilai budaya, spiritualitas, dan kearifan lokal. Oleh karena itu, menjaga dan melestarikan bukan hanya kewajiban, melainkan juga bentuk penghormatan terhadap warisan agung leluhur.
Baca juga: Sejarah Klenteng Eng An Kiong Malang Sejak Abad ke-19










