infomalang – Pemerintah Kota Malang mengambil langkah tegas dan strategis yang berorientasi pada kemandirian pangan daerah dengan mengumumkan pembukaan lahan pertanian baru seluas 60 hektare.
Inisiatif monumental ini didedikasikan untuk penanaman komoditas pangan utama, dengan fokus segera pada cabai, sebagai respons langsung terhadap fluktuasi harga yang signifikan dan upaya mitigasi tekanan inflasi menjelang akhir tahun.
Keputusan ini mencerminkan komitmen TPID Malang (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) untuk mencari solusi akar masalah, tidak hanya melalui intervensi pasar jangka pendek, tetapi juga melalui peningkatan produksi lokal berkelanjutan.
Langkah ini dianggap krusial mengingat data terbaru BPS per Oktober 2025 menunjukkan bahwa meskipun inflasi Kota Malang terkendali secara umum (2,79% y-o-y), komoditas cabai merah masih memberikan andil inflasi yang patut diwaspadai, terutama karena sensitivitasnya terhadap gangguan rantai pasok dan perubahan iklim.
Dengan lahan pertanian baru yang tersebar di Kecamatan Kedungkandang dan Lowokwaru, Pemkot Malang berupaya mengubah tantangan urbanisasi menjadi peluang untuk ketahanan pangan yang lebih tangguh.
Analisis Strategis Kebutuhan Lahan Pertanian di Kota Urban
Keputusan untuk membuka lahan pertanian di tengah kota padat seperti Malang menandai pergeseran paradigma kebijakan pangan. Dalam konteks urbanisasi cepat, mempertahankan atau bahkan memperluas lahan pertanian menjadi tantangan besar.
Namun, Pemkot Malang melihat ini sebagai investasi vital untuk memutus siklus kerentanan harga yang disebabkan oleh ketergantungan pasokan dari luar daerah.
Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, menegaskan bahwa ini adalah solusi struktural.
“Kita tidak bisa selamanya bergantung pada pasokan dari luar daerah. Setiap kali terjadi gangguan distribusi atau cuaca buruk di wilayah sentra produksi, harga di pasar kita langsung bergejolak. Oleh karena itu, kita harus memperkuat produksi lokal,” ujar Wahyu Hidayat.
Fokus segera diarahkan pada komoditas cabai karena volatilitas harganya yang tinggi. Data historis menunjukkan bahwa cabai seringkali menjadi penyumbang utama inflasi komponen harga bergejolak (volatile food) menjelang perayaan besar dan akhir tahun.
Dengan menanam 60 hektare, TPID Malang berharap dapat menciptakan buffer stock lokal yang mampu menstabilkan harga, bahkan ketika terjadi kekurangan pasokan di tingkat regional.
Distribusi Lahan dan Proyeksi Hasil Produksi
Lahan pertanian baru seluas 60 hektare ini didistribusikan secara strategis untuk mengoptimalkan akses petani dan kondisi agronomis:
- Kecamatan Kedungkandang (40 Hektare): Meliputi tujuh kelurahan (Buring, Wonokoyo, Lesanpuro, Madyopuro, Cemorokandang, Tlogowaru, dan Bumiayu). Wilayah ini dipilih karena ketersediaan lahan yang memadai dan potensi petani yang kuat.
- Kecamatan Lowokwaru (20 Hektare): Terpusat di Kelurahan Merjosari, memanfaatkan lahan potensial di pinggiran kota.
Slamet Husnan, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang, menjelaskan bahwa lahan pertanian ini diproyeksikan memberikan hasil yang signifikan.
Berdasarkan perhitungan Dispangtan, satu siklus tanam cabai dapat menghasilkan panen hingga 12 kali. Jika diakumulasikan, total produksi cabai dari lahan 60 hektare ini diperkirakan mencapai sekitar 3.000 ton.
“Angka 3.000 ton ini akan menjadi daya ungkit besar bagi ketersediaan stok di Malang. Ini cukup untuk menopang kebutuhan lokal dan menjaga harga tetap stabil, bahkan saat permintaan meningkat tajam menjelang periode Natal dan Tahun Baru,” jelas Slamet Husnan, optimistis.
Baca Juga: Fitur Terbaru GoPay Siap Permudah Transaksi Digital Masyarakat Malang
Sinergi Lintas Sektor dan Dukungan Teknologi Pertanian
Keberhasilan program perluasan lahan pertanian ini tidak lepas dari kolaborasi aktif (Triple Helix) antara pemerintah, akademisi, dan Bank Indonesia.
1. Dukungan Bank Indonesia (BI) dan GNPIP
Bank Indonesia (BI) Perwakilan Malang secara aktif mendukung program ini sebagai bagian dari Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Dukungan nyata BI diberikan dalam bentuk 3.000 bibit cabai unggul kepada kelompok tani. Bantuan bibit unggul ini sangat penting untuk memastikan produktivitas lahan maksimal dan kualitas hasil panen tinggi, yang merupakan kunci strategi 4K (Ketersediaan Pasokan) dalam GNPIP.
2. Peningkatan Kesejahteraan dan Pelatihan Petani
Dispangtan tidak hanya menyalurkan 200 benih cabai tambahan, tetapi juga fokus pada transfer pengetahuan kepada petani lokal. Program ini bertujuan meningkatkan kemampuan petani dalam mengelola lahan pertanian secara modern dan efisien, termasuk mitigasi risiko gagal panen akibat cuaca ekstrem. Tujuannya adalah memastikan hasil produksi yang lebih stabil dan berkelanjutan, yang secara langsung berdampak pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
3. Penerapan Konsep Smart Farming (Masa Depan Lahan Pertanian)
Meskipun fokus awal adalah perluasan lahan, Pemkot Malang juga berencana mengintegrasikan konsep smart farming di sebagian lahan pertanian ini. Penerapan teknologi pertanian presisi (sensor, irigasi otomatis, dan pemantauan berbasis drone) akan menjadi solusi jangka panjang untuk efisiensi penggunaan air dan memitigasi dampak perubahan iklim, yang sering menjadi penyebab utama fluktuasi harga komoditas pangan.
Menuju Kemandirian Pangan dan Ketahanan Ekonomi Berkelanjutan
Langkah berani Pemkot Malang dalam mengalokasikan lahan pertanian baru di tengah tekanan pembangunan perkotaan mengirimkan pesan kuat mengenai prioritas ketahanan pangan.
Inisiatif ini tidak hanya berfungsi sebagai alat stabilisasi harga jangka pendek, tetapi juga sebagai fondasi bagi sistem pangan yang mandiri dan berkelanjutan.
Dampak ekonomi yang diharapkan dari program ini adalah:
- Stabilitas Inflasi: Menekan inflasi dari sisi penawaran (supply side), yang merupakan strategi paling efektif dalam jangka panjang.
- Penguatan Ekonomi Lokal: Menciptakan peluang kerja dan aktivitas ekonomi di sektor pertanian urban, yang sebelumnya terabaikan.
- Ketahanan Pangan: Mengurangi kerentanan kota terhadap guncangan eksternal (bencana alam di sentra produksi lain atau kebijakan ekspor/impor).
Melalui sinergi yang baik antara pemerintah, Bank Indonesia, dan petani lokal, Kota Malang menunjukkan bahwa tantangan urbanisasi dan inflasi dapat diatasi dengan kebijakan yang inovatif dan berorientasi pada produksi.
Lahan pertanian seluas 60 hektare ini bukan sekadar area tanam, melainkan simbol komitmen Kota Malang untuk membangun masa depan yang lebih tangguh dan berkelanjutan dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan nasional.
Baca Juga: Anggaran DBHCHT Menyusut Program Bantuan Pekerja di Malang Terancam Turun 2026















