Di Kota Malang, gangguan penglihatan pada anak-anak semakin meningkat, dengan ribuan kasus tercatat setiap tahunnya. Salah satu penyebab utama gangguan ini adalah kebiasaan penggunaan gadget, terutama smartphone, yang melebihi batas waktu yang disarankan. Di Rumah Sakit Umum Daerah dr Saiful Anwar (RSSA), sekitar 1.200 pasien anak berobat ke poli mata setiap tahunnya, dan 240 di antaranya harus menjalani operasi.
Gangguan penglihatan yang dialami anak-anak bervariasi, dengan yang paling umum adalah gangguan refraksi seperti miopi, hipermetropi, dan astigmatisma. Staf Klinik Mata RSSA, dr. Lely Retno Wulandari SpM(K), menjelaskan bahwa selain gangguan refraksi, pasien juga dapat mengalami katarak, glaukoma, dan infeksi mata seperti konjungtivitis. Penanganan untuk gangguan refraksi umumnya dilakukan dengan penggunaan kacamata, tetapi prosesnya dimulai dengan prosedur refraksi sikloplegik.
Baca Juga : Kebakaran di TPS Tumpang Nyaris Hanguskan Gedung Eks Kawedanan Malang
Langkah Pencegahan dan Penanganan
Pencegahan gangguan refraksi pada anak dapat dilakukan dengan meningkatkan aktivitas fisik di luar ruangan, jauh dari layar gadget. Selain itu, RSSA juga telah menangani kasus gangguan penglihatan pada bayi yang tidak merespons cahaya setelah lahir, yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Penyebabnya bisa beragam, mulai dari kecacatan struktur mata hingga kelainan retina pada bayi yang lahir prematur.
Dalam beberapa situasi, gangguan penglihatan pada anak harus ditangani melalui tindakan operasi, seperti pada anak-anak dengan katarak. Tim medis di RSSA biasanya melakukan sekitar lima hingga enam operasi anak setiap pekan untuk berbagai jenis gangguan penglihatan. Di Kota Batu, hasil screening dari lima puskesmas menunjukkan bahwa 791 anak juga mengalami gangguan penglihatan, terutama pada anak berusia 6 hingga 13 tahun.
Baca Juga : Pengamat Sarankan Tarekot Jadi Solusi Parkir untuk Redakan Kemacetan di Kayutangan















