Breaking

Pelajar Denpasar Ciptakan Drone, Rangkanya Dirakit dari Tusuk Sate

Di sebuah sudut Banjar Dukuh yang asri di Serangan, Denpasar Selatan, teknologi canggih tidak diukur dari harga atau merek, melainkan dari kreativitas dan bahan sederhana.

Sekelompok siswa sekolah dasar membuktikan bahwa inovasi bisa lahir dari tangan-tangan mungil dengan imajinasi tak terbatas.

Dalam sebuah workshop yang diselenggarakan oleh Fab Lab Bali dan Cast Foundation, Pelajar Denpasar Ciptakan Drone yang rangkanya dirakit dari tusuk sate.

Ini adalah kisah inspiratif tentang bagaimana pendidikan teknologi dapat diakses oleh siapa saja, bahkan dengan menggunakan bahan-bahan yang tak pernah terbayangkan.

Pelajar Denpasar Ciptakan Drone bukan sekadar membuat mainan, melainkan merakit masa depan dengan penuh rasa ingin tahu.

Workshop tersebut sengaja dirancang untuk menghindari kesan kaku dan mahal. Alih-alih menggunakan perangkat modern dan mahal, para siswa kelas 1 hingga 4 SD ini diberikan tantangan untuk bekerja dengan apa yang ada di sekitar mereka. Tusuk sate, motor mini, kabel bekas, dan baling-baling kecil menjadi komponen utama.

Di bawah bimbingan mentor utama, Duwi Arsana, anak-anak ini dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil, belajar untuk saling berdiskusi, berbagi ide, dan memecahkan masalah bersama. Ini menunjukkan bahwa Pelajar Denpasar Ciptakan Drone dengan mengandalkan kolaborasi.

Belajar Berpikir Kritis Lewat Bahan Sederhana

“Anak-anak bukan hanya belajar merakit drone, mereka belajar berpikir,” ujar Duwi Arsana, sang mentor. Pernyataan ini menjadi inti dari keseluruhan kegiatan.

Proses merakit rangka dari tusuk sate memaksa anak-anak untuk memahami prinsip-prinsip dasar fisika dan teknik.

Mereka belajar tentang keseimbangan, titik tumpu, dan bagaimana struktur yang ringan namun kokoh dapat menahan beban motor dan baling-baling.

Baca Juga:Kontras dengan Aksi Demo, Izabelle Kiara Kenalkan Keindahan dan Keramahan Indonesia di Negeri Tirai Bambu

Pelajar Denpasar Ciptakan Drone dengan menerapkan konsep-konsep aerodinamika dasar secara langsung. Mereka mengerti bagaimana baling-baling yang berputar bisa menghasilkan gaya angkat yang diperlukan untuk terbang.

Baca Juga:

Lebih dari itu, kegiatan ini juga memberikan pelajaran berharga tentang elektronika dasar dan energi. Anak-anak belajar cara menghubungkan kabel dengan benar, memahami polaritas, dan mengelola daya dari baterai mini.

Mereka menyaksikan sendiri bagaimana energi listrik diubah menjadi energi gerak. Dengan demikian, Pelajar Denpasar Ciptakan Drone sambil menyerap ilmu pengetahuan yang kompleks dengan cara yang paling menyenangkan.

Inovasi yang Ramah Lingkungan

Pendekatan Fab Lab Bali dan Cast Foundation ini juga menanamkan kesadaran lingkungan sejak dini.

Penggunaan tusuk sate, yang merupakan limbah dari warung sate, memberikan pesan kuat bahwa teknologi tidak harus selalu merusak lingkungan.

Di tengah isu limbah plastik yang kian marak, kegiatan ini membuktikan bahwa bahan-bahan sederhana dan ramah lingkungan bisa menjadi pondasi untuk inovasi.

Pelajar Denpasar Ciptakan Drone dari bahan yang bisa terurai, mengajarkan sebuah filosofi penting bahwa kemajuan teknologi bisa sejalan dengan pelestarian alam.

Respons anak-anak terhadap pendekatan ini sangatlah luar biasa. Mereka bukan hanya sekadar antusias merakit, tetapi juga kritis dan penuh rasa ingin tahu.

Ada yang bertanya apakah drone tersebut bisa membawa barang, bahkan ada yang penasaran apakah bisa dikendalikan dari jarak jauh.

Pertanyaan-pertanyaan ini menunjukkan bahwa kegiatan ini berhasil menumbuhkan imajinasi dan keinginan untuk terus berinovasi. Ini adalah bukti bahwa Pelajar Denpasar Ciptakan Drone dengan semangat ilmiah yang murni.

Membangun Masa Depan Pendidikan Inklusif

Workshop ini menjadi contoh sempurna bagaimana pendidikan teknologi dapat dibuat lebih inklusif dan terjangkau.

Fab Lab Bali dan Cast Foundation berharap kegiatan ini menjadi pintu masuk bagi anak-anak di komunitas lokal untuk lebih dekat dengan dunia teknologi.

Pelajar Denpasar Ciptakan Drone ini adalah awal dari sebuah gerakan yang lebih besar, di mana setiap anak berkesempatan untuk belajar dan berkreasi tanpa dibatasi oleh latar belakang ekonomi.

Kisah di Banjar Dukuh ini menjadi pengingat bahwa inovasi sejati tidak selalu lahir dari laboratorium mahal atau perangkat canggih.

Sebaliknya, ia bisa tumbuh dari ruang sederhana, tangan mungil yang penuh semangat, dan bahan yang tak pernah diduga.

Di tangan anak-anak Banjar Dukuh, tusuk sate sederhana berubah menjadi drone, sebuah transformasi kecil yang mengandung makna besar. Itu menunjukkan bahwa Pelajar Denpasar Ciptakan Drone dari ide-ide kreatif.

Baca Juga:Tips Memilih Les Privat di Malang yang Tepat dan Terpercaya